Kebijakan pendidikan di Kota Tangerang (studi kasus: periode Walikota Wahidin Halim)

(1)

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI KOTA

TANGERANG

(Studi Kasus : Periode Walikota Wahidin Halim )

Tesis

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan Islam (M.Pd.I)

oleh:

Lia Nurmalia

Nim : 2811011000027

Pembimbing :

Prof.Dr.Husni Rahim

PROGRAM MAGISTER (S2) PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI KOTA TANGERANG

( Studi Kasus: Periode Walikota Wahidin Halim)

Diajukan kepada Program Magister (S2) PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan sebagai syarat memperoleh gelar M. Pd.I

oleh Lia Nurmalia Nim : 2811011000027

Pembimbing

Prof.Dr. Husni Rahim Nip. 150060369

PROGRAM MAGISTER (S2) PAI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Transliteration

b =

t =

ت

th =

ث

j =

ج

h{ =

ح

kh =

خ

d =

د

dh =

ذ

r =

ر

z =

ز

s =

س

sh =

ش

s{ =

ص

d{ =

ض

t{ =

ط

z{ =

ظ

‘ =

ع

gh =

غ

f = =

ف

q =

ق

k =

ك

l =

ل

m =

م

n =

ن

h =

ه

w =

و

y =

ي

Short: a = ´ ;i = ِ ; u = ِ Long: a< = ا ;i> = ي; ū = و


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, shalawat serta salam semaga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW.

Dalam penyusunan tesis ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, dari bebagai pihak dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Ibu Nurlena rifai MA, Ph.D.

3. Bapak Prof. Dr. Husni Rahim, sebagai pembimbing, atas

bimbingan petunjuk dan arahan-arahannya yang telah diberikan sehingga penulis dapat merampungkan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen program Magister FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terutama pada program PAI konsentrasi Supervisi Pendidikan.

5. Kedua orang tua, Ayahanda Alm. H. Uung Mahrun, dan

Ibunda Hj. E. Suryati yang telah bersusah payah melahirkan, mengasuh, mendidik dan membesarkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada tingkat dasar sampai kepada jenjang magister (S2) ini.

6. Suami tercinta H. Nanang Setiadi B.Sc, yang telah

mendampingi penulis , anak-anakku Hasna Fadhila S.Mb, Salsabila Syifa Rahmania dan Marsha Setiadi yang senantiasa menjadi motivasi bagi penulis.

7. Keluarga besar di SMK Negeri 3 Kota Tangerang , Bapak

kepala sekolah, rekan guru dan staf tata usaha serta siswa/siswi SMKN 3 tangerang.

8. Kantor Pemerintah daerah Kota Tangerang, yang telah

memberikan informasi dan buku-buku karya Wahidin halim.

9. Kantor DPRD kota Tangerang serta Anggota DPRD Kota

Tangerang yang telah memberikan informasi tentang Peraturan Daerah Kota Tangerang.

10. Bapak dan ibu pegawai perpustakaan UIN Syarif


(5)

Semua pihak yang telah turut membantu, Semoga bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis, menjadi amal ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT., akhirnya dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga jerih payah penulis ini menjadi langkah awal bagi pengembangan wawasan intelektual dan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.insyaAllah.

Tangerang,1 Januari 2014 Penulis,


(6)

ABSTRAK

Sebagai kota perbatasan dan penyangga Ibukota Jakarta, Tangerang menjadi kota mempunyai masalah sosial yang sangat kompleks, sehingga membutuhkan strategi jitu dalam memetakan permasalahan pertumbuhan kota yang cepat melebihi daya dukung Kota Tangerang itu sendiri. Pedidikan di Kota Tangerang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh permasalahan Kota yang terus bergerak pesat.

Undang-undang nomor 22 tahun 1999, tentang otonomi daerah, memberi jalan pemberdayaan dan pengembangan suatu wilayah agar dapat mengatur sendiri wilayahnya sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan di wilayah tersebut. Perda Kota Tangerang nomor 11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan di Kota Tangerang adalah produk bersama antara kepala daerah dengan DPRD kota Tangerang yang mengatur pendidikan agar dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat yaitu wajib belajar 12 tahun (pasal 29), penambahan jam pelajaran PAI menjadi 3 jam pelajaran (pasal 16), anggaran pendidikan 20%(pasal 49), komitmen pemerintah dalam anggaran pendidikan di Kota Tangerang setiap tahun selalu diatas 20 %, terutama pada anggaran 2004 yang mencapai 48% dari anggaran secara keseluruhan. Selanjutnya Perwal no. 54 tahun 2008, tentang larangan merokok, Perda no. 7 tahun 2005, tentang larangan peredaran minuman keras dan Perda no. 8 tahun 2005, tentang larangan prostitusi, merupakan Perda yang dapat mendukung terciptanya situasi wilayah Kota Tangerang yang tenang dan dapat berdampak positif bagi kemajuan pendidikan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, yaitu dengan penelaahan dokumen, wawancara dan pengamatan terhadap objek yang diteliti.

Hasil penelitian kebijakan ini menunjukan adanya peningkatan kualitas pendidikan, dan adanya peningkatan dukungan Pemda terhadap dunia pendidikan di Kota Tangerang. Selanjutnya pemda perlu melakukan pemantauan terhadap pelaksaan perda-perda tersebut agar dapat berfungsi secara maksimal.


(7)

ABSTRACT

As a border town and the capital buffer Jakarta, Tangerang is a city that has a very complex social issue, thus requiring a surefire strategy of mapping problems in the city's rapid growth beyond the carrying capacity of the city itself. Education in the city of Tangerang can not be separated from the influence of the problems of the city which is moving rapidly.

The Government constitution No. 22 of 1999, concerning regional autonomy gave way for the empowerment and development of an area in order to regulate its own territory in accordance with the problems and needs in the region, including autonomy in education as a form of building democracy community. Tangerang city Regulation No. 11 of 2007 on the organization of education in the city of Tangerang is a joint product between the regional head andTangerang City Council which set about education so that it can be felt by the whole society, namely 12 -year compulsory education ( Article 29 ) , the addition of PAI school hours to 3 hours of lessons ( article 16 ), 20 % of education budget ( article 49 ) , the government's commitment to education in the city of Tangerangbudget every year is always above 20 % , especially in the 2004 budget reached 48 % of the overall budget. Furthermore head of municipality regulation No. 5 of 2010, about the smoking ban , regulation No. 7 of 2005 on the prohibition of liquor distribution and regulation No. 8 of 2005 on the prohibition of prostitution are the ones that can support the creation of the city of Tangerang situation quiet and can have a positive impact for the advancement of education.

This study used a qualitative research that prefer the process than the result with analyze the document, make a conversation to the speaker and do the observation of the object.

The results of this policy shows the enhancement of education quality and endorsement from the government in Tangerang city. So, the government in Tangerang city need to monitor the implementation of those regulation and functionate with maximum.


(8)

صخلما

ةيعامتجا ةلكشم هيدل لا ة يدما يه جنار ات ، اتركاج ةمصاعلا ةلزاعلا ةقط ما و دود ا ة يدمك ةدقعم

لل ةيباعيتساا ةردقلا ءارو عيرسلا وم لا ي نيعتلا لكاشم نم حاج لا ةدكؤم ةيجيتارسا بلطتي ام ، ادج ة يدما اه م ياعت لا لكاشما رثأت نع اهلصف نكم ا جنار ات ة يدم ي ميلعتلا . ة يدما ي اهسفن ة يدم

عرسب كرحتت لا

مقر روتسدلا ةموكح 22

ة سل 1999 ريوطتو نكم ل قيرطلا يميلقإا ياذلا مك ا نأشب ىطعأ ،

ي ياذلا مك ا كلذ ي ام ، ةقط ما ي تاجايتحااو لكاشم لل اقفو اهيضارأ ميظ ت لجأ نم ةحاسم مقر ةحئالا جنار ات ة يدم . عمتجا ةيطارقمدلا ءا ب لاكشأ نم لكشك ميلعتلا 11

نسل 2002 نأشب

عتلا ميظ ت ة يدم سلج سيئر نب كرشم جاتن وه جنار ات ة يدم ي ميل dnardnaaىdna

لا ةيميلقإا

ةدم يمازلإا ميلعتلا يهو اأ ، هلك عمتجا اه رعشي نأ نكم ثيح ميلعتلا لوح تعضو 12

ةداما( ة س

29 نم كلذ ىإ ةفاضإاب و ،) IAP

ىإ يسردما ماودلا تاعاس 3

سوردلا نم تاعاس ةداما(

11 و ،)

20 ٪ ةداما( ميلعتلا ةينازيم نم 99

ة يدم ي ميلعتلا ىلع ةموك ا مازتلا ،) rdnaaىdnareaaaT

لك

قوف امئاد وه ماع 20

٪ ةينازيم ي ةصاخو ، 2009

و 94 ٪ كلذ ىلع ةواعو . ةماعلا ةينازيما نم

مقر ميظ تلا ةيدلب سيئر 5

ة سل 2010 ا ،نخدتلا رظح نأشب ، مقر ةحئال

2 ة سل 2005 رظح نأشب

( مقر ميظ تلاو روم ا عيزوت 4

ة سل ) 2005 ة يدم ءاشنإ معدت نأ نكم لا كلت يه ةراعدلا رظح نأشب

. ميلعتلاب ضوه لل ياجإ رثأت اه نوكي نأ نكم و ئداه عضولا جنار ات ة يدم ي عمتجا ميظ ت ةمد مازتلا رهظي ةسايسلا ذه جئاتن عمتجا ىلع رثؤت نأ نكمو ميلعتلا ي جنار ات

ىوتسم ح ميلعتلا ةيناجم عتمتلا ي AMA / AMS

لا ةيميلعتلا ةئيب ةئيه نع اضف ، رتسجام /

. ةيوقلا تايصخشلا نم لماكلاو ديج لكشب فرصتت

ة يدم وه ثحبلا اذه يساسأا ردصما rdnaaىdnanيregnaT

ةساردلا ذه مدختست . ثحبلا ىلع

ي ميظ تلاو ميلعتلا ةسايسلا ةسارد ل جه ك اهخرات و ، ةيعامتجاا ةيرظ لا و ،ىوتحا ليلح ليلحو يعو لا . ميلعتلا معد حئاول لكش


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTARTABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian ... 9

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 11

BAB II KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA A. Konsep Kebijakan Pendidikan di Indonesia... 18

B. Sistem Pendidikan Nasional ... 27

C. Desentralisasi Pendidikan ... 36

D. Kebijakan Pendidikan Pada Sekolah ... 44

BAB III PERDA PENDIDIKAN DAN PERDA PENDUKUNG PENDIDIKAN DI KOTA TANGERANG A. Kondisi Objektif Kota Tangerang ... 50

B. Proses Lahir Perda ... 54

1. Peran Walikota Wahidin Halim ... 54

a. Pendidikan dimata Wahidin Halim. ... 55

b. Visi Akhlakul Karimah ... 58

2. Peran DPRD Kota Tangerang ... 63

C. Perda Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pendidikan .... 67

1. Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan ... 68

2. Kebijakan Penambahan Jam PAI ... 69


(10)

D. Perda Pendukung Pendidikan ... 81

1. Perda No.7 Th.2005 tentang Pelarangan Minuman Beralkohol ... 83

2. Perwal No.54 Th.2008 tentang Larangan Merokok 87 3. Perda No.8 Th.2005 tentang Pelarangan Pelacuran 90 BAB IV IMPLEMENTASI DAN DAMPAK PERATURAN DAERAH A. Implementasi dan Dampak Perda Pendidikan ... 96

1. Peningkatan mutu Pendidikan ... 96

2. Penambahan Jam PAI ... 104

3. Kebijakan Anggaran pendidikan ... 112

B. Implementasi dan Dampak Perda Pendukung Pendidikan ... 124

1. Perda Larangan Minuman beralkohol ... 124

2. Perwal Larangan Merokok ... 130

3. Perda Larangan Pelacuran ... 133

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 135

B. Saran ... 137 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3,1 Susunan Panitia Khusus Raperda... .. 61

Tabel 4.1 Program Peningkatan Mutu Siswa ... 92

Tabel 4.2 Peningkatan Peserta KKG dan MGMP ... 93

Tabel 4.3 Peningkatan Pendidikan Formal Pendidik ... 94

Tabel 4.4 Peningkatan Nilai Ujian Nasional ... 95

Tabel 4.5 Angka Putus Sekolah ... 96

Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Guru tahun 2008-2012 ... 97

Tabel 4.7 Penghargaan yang diterima Pemerintah Kota Tangerang bidang Mutu Pendidikan ... 98

Tabel 4.8 Perbandingan Jam PAI 2JP dengan 3JP... 100

Tabel 4.9 Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa SMA/SMK/MA... 101

Tabel 4.10 Pengalaman Khatam Al-Qur’an Siswa SMA/SMK/MA... 103

Tabel 4.11 Penghargaan Pemkot Bidang Keagamaan ... 108

Tabel 4.12 Anggaran Pendidikan di Kota Tangerang ... 109

Tabel 4.13 Daftar Besaran Dana Bantuan Operasional Pendidikan ... 113

Tabel 4.14 IPM Kota Tangerang ... 115

Tabel 4.15 Perkembangan Jumlah Sekolah th.2009-2012 ... 116

Tabel 4.16 Peningkatan Jumlah Gedung Sekolah ... 116

Tabel 4.17 Perbandingan Jumlah Murid ... 117

Tabel 4.18 APM dan APK kota Tangerang ... 118

Tabel 4.19 Penghargaan Pemkot Bidang Keuangan ... 118

Tabel 4.20 Perbandingan Operasi Miras di Kota Tangerang ... 123

Tabel 4.21 Perbandingan Operasi Penertiban Perkelahian ... 125


(12)

DAFTAR LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Surat Keputusan bersama DPRD dan Walikota Tangerang

Pengesahan Perda Pendidikan

2. Surat Keputusan Bersama DPRD dan Walikota Tangerang

3. Pengesahan Perda Miras dan Larangan Prostitusi

4. Surat Keputusan Pimpinan DPRD tentang pembentukan

Panitia Khusus

5. Lembaran Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2007 tentang

Pendidikan

6. Lembar Peraturan Walikota nomor 54 tahun 2008 tentang

Larangan Merokok bagi Siswa, Pendidik, dan tenaga Pendidik

7. Lembar Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2005 tentang

Larangan Peredaran Minuman Beralkohol.

8. Lembar Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2005 tentang

Larangan Pelacuran.

9. Surat keterangan Penelitian


(13)

(14)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kota Tangerang merupakan sebuah kota perbatasan antara kota Serang dengan Jakarta dan berfungsi sebagai penyangga Ibukota. Sebagai kota perbatasan, penduduk Kota Tangerang terdiri dari beragam suku dan etnis dan sebagian penduduknya merupakan pelimpahan dari kota Jakarta, hampir setiap tahun terus bertambah sebagai akibat dari urbanisasi.

Menurut Wahidin Halim, “Kota Tangerang berhadapan

dengan persoalan ketimpangan sosial dengan ragam persoalan perkotaan, sebagai akibat pertumbuhan kota yang pesat melampaui daya dukung kota itu sendiri, masalah Kota Tangerang berakar pada masalah-masalah sosial atau persoalan yang berpijak pada

prasarana dan sarana kota”1, selain itu, di Tangerang terdapat

Bandara Internasional Soekarno Hatta, salah satu jalan masuknya peredaran gelap narkotika ke Indonesia, sehingga terjadi peningkatan kasus dan jumlah tersangka narkoba pada usia tingkat pemula di Indonesia yang juga terjadi di Kota Tangerang pada

periode 2003-20072.

1Ketimpangan sosial tersebut seperti urbanisasi, kemiskinan, disorganisasi keluarga, kejahatan dan lumpuhnya lembaga-lembaga sosial masyarakat.Kota Tangerang juga menghadapi berbagai ragam persoalan perkotaan yang berkaitan dengan prasarana dan sarana kota.Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota Tangerang, (Jakarta, Melibas, 2004), cet.1 h.48,49

2Jumlah kasus peredaran narkotika adalah jumlah kasus atau kejadian peredaran narkoba yang terjadi pada tahun tertentu untuk masing-masing jenis narkoba seperti ekstasi, putau, shabu-shabu, Jumlah kasus penyalahgunaan narkoba adalah jumlah kasus atau kejadian penyalahgunaan narkoba yang terjadi pada tahun tertentu untuk masing-masing jenis narkoba. Tahun 2003 terjadi sebanyak 189 kasus dan 198 tersangka,tahun 2004, sebanyak 208 kasus dan 208 tersangka,, tahun 2005, sebanyak 248 kasus dan 337 tersangka, tahun 2006 sebanyak239 kasus dan 345 tersangka, tahun 2007 sebanyak 261 kasus dan 354 tersangka. Sumber Badan Narkotika Tangerang (BNK), 2008 yang di kutip dalam buku. Badan Perencanaan Daerah Profil Daerah Kota Tangerang


(15)

Kebijakan pemerintah memberlakukan sektor industri

sebagai salah satu penopang perekonomian nasional,3 hal tersebut

mendorong perpindahan penduduk dari daerah ke Ibukota dan sekitarnya serta berlangsung dengan cepat, seiring terbukanya banyak lapangan pekerjaan dengan banyak dibukanya pabrik-pabrik, terutama memasuki dasawarsa 1990-an, termasuk di Kota Tangerang dan sekitarnya. Keadaan tersebut merubah suasana Kota Tangerang menjadi lebih modern dengan penduduk yang berbudaya urban berpadu dengan penduduk asli yang sederhana dengan pendidikan rendah.

Selain berada di batas antara Banten dan Jakarta, keunikan

yang lain karena keberadaan kaum Cina Benteng4, yaitu

orang-orang Cina yang telah tinggal di sini sebelum Belanda datang,

mereka hidup sebagai tukang pembuat arak5. Arak buatan orang

Cina ini, sangat disukai awak kapal Belanda. Inilah yang kemudian akan mewarnai kehidupan masyarakat Tangerang yang mengikuti kebiasaan orang Cina yang suka minum arak hingga mereka mabuk ditambah permainan judi sebagai bagian dari budaya yang melekat

3Tangerang dengan letaknya yang strategis (hanya 26 kilometer barat Jakarta), kemudian tumbuh menjadi salah satu zona industri terpenting dan menjadi daerah penyangga Ibukota Jakarta, wilayah Tangerang dipersiapkan untuk mendorong kegiatan perdagangan dan industri, mengembangkan pusat-pusat pemukiman dan menjaga keserasian pembangunan antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah yang berbatasan langsung. Toni Wismantoro, Fajar Merekah di Kota Tangerang, (ATS), (Jakarta:Amanat Tangerang Sejahtera,

2008),hal. 104.

4Hokkian yang datang ke Tangerang dan tinggal turun temurun di kawasan pasar lama ,mereka masuk dengan perahu melalui sungai Cisadane sejak lebih dari 300 tahun silam. Wahidin Halim, Ziarah budaya Kota Tangerang Menuju Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah,

(Jakarta,Auracitra Cet.II 2011),hal 27.

5Arak merupakan minuman keras yang paling tua dikonsumsi manusia.. Miras jenis ini dibuat dari beras dikukus sampai setengah matang, kemudian ditaruh di tampah dan diratakan setelah itu, ditaburi biang ragi dan di simpan pada tempat yang kering selama tiga hari agar terjadi proses fermentasi, kemudian beras yang sudah menjadi tape diperas guna diambil airnya. Tahap selanjutnya air hasil perasan beras kemudian disuling guna diambil araknya, setelah itu, arak muda disimpan dalam wadah steril agar kadar alkoholnya meningkat, kadar alkohol arak putih sekitar 40 %. Wawancara Dengan Lautse Indra pada tanggal 2 April 2013 di SMKN 3 Tangerang.


(16)

turun temurun pada masyarakat Tionghoa6 sehingga mejadi budaya

masyarakat Tangerang juga yang berdampak pada persoalan pendidikan, sehingga masyarakat Tangerang walaupun berada dekat dengan Ibukota tetapi tertinggal dalam pendidikannya.

Banyak orang tidak mengetahui keadaan Tangerang pada masa lalu sungguh berbeda jauh dengan keadaan Kota Tangerang

pada masa sekarang yang banyak mengalami perubahan7,

Tangerang merupakan kota yang sangat kotor, jorok dan kumuh, kesemrawutan terjadi di setiap sudut, baik pemukiman seperti menjemur pakaian di sembarang tempat, jalan berlubang bak kubangan kerbau, terlebih lagi pasar yang berjualan sampai ke jalan , warga terbiasa dengan bau got yang sangat menyengat, bagi

6Budaya ini dilakukan bila terjadi pergantian musim dari musim gugur ke musim semi untuk menghangat tubuh dan budaya jika ada salah satu keluarga yang meninggal Wawancara dengan Lautse Indra, Warga Etnis Tionghoa dan mengajar Bahasa Mandarin di SMKN 3 Tangerang pada tanggal 2 April 2013 di SMKN 3 Tangerang.

7Awal pembentukan kabupaten Tangerang didasarkan maklumat Jakarta Syu Nomor 4 tanggal 27 Desember 1943, sedangkan peresmianya dilakukan pada hari Selasa 4 Januari 1944, dengan R. Atik Suardi menjadi Bupati Tangerang pertama, seorang aktifis yang menjadi seorang pimpinan paguyuban Pasundan, ia pernah menjabat sebagai pembantu R.Pandu Suradiningrat di Gunseibu Jawa Barat. Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 mendapat sambutan hangat dari para pemimpin dan masyarakat Tangerang. Wujudnya terdiri atas dua bentuk, pertama menegakan kemerdekaan dengan cara membentuk pemerintahan daerah di Tangerang yang menunjang Proklamasi kemerdekaan RI, mulai dari tingkat kabupaten ke bawah. Kedua mempertahankan kemerdekaan dengan cara menentang dan melawan pihak asing dan antek-anteknya yang berusaha untuk menjajah kembali dan pihak yang mau mendirikan negara sendiri yang tidak mengakui keberadaan Republik Indonesia, Terjadilah revolusi kemerdekaan . Akhirnya kedaulatan Republik Indonesia bisa ditegakan di Tangerang. Kedudukan Kabupaten Tangerang yang dikukuhkan kembali pada awal masa Republik Indonesia (19 Agustus 1945) dan berlaku terus hingga kini. Kabupaten ini jadi salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Sesuai dengan semangat dan tuntutan otonomi daerah serta perkembangan Kota Tangerang yang meningkat pesat , status pemerintahan Kota Tangerang sendiri di tingkatkan. Tadinya kota itu adalah kota kecamatan , lalu jadi kota administratif. Kota Tangerang yang memiliki luas wilayah 17.729.794 hektar dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 1993 tentang pembentukan Kota Tangerang. Wahhidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju Masyarakat Berperadaban Aklakul Karimah, (Jakarta:Auracitra, 2011), cet. 2, hal. 19-20.


(17)

orang yang baru datang ke Tangerang akan merasa aneh melihat warga yang aman-aman saja walau lingkungan kotor, tidak hanya lingkungan yang semrawut, masyarakatnya pun seperti tidak mengenal aturan tatakrama dan aturan agama, berjudi menjadi suatu hal yang biasa dilakukan warga penduduk sebagai pengisi waktu atau untuk meramaikan tatkala ada salah satu warga yang sedang punya hajatan atau ada salah satu keluarga yang berduka, saat berjudi sudah seperti pelengkap dengan minum arak.

Bangunan sekolah menurut data pada tahun 1993 tercatat jumlah Sekolah dasar (SD) hanya sebanyak 778 sekolah, Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 96 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 82 sekolah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 38 sekolah, Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) sebanyak 65 sekolah, Madrasah Aliyah (MA) 14 sekolah dan

Perguruan Tinggi hanya 1 Universitas8.

Telah disebutkan di atas, masyarakat Tangerang banyak yang tidak mementingkan pendidikan, prestise bagi mereka adalah jika bisa melaksanakan pesta (menikahkan atau khitanan ) warga

terbisa menggelar acara pesta selama 3 hari tiga malam9, salah satu

malamnya mengundang penari Cokek10. Banyaknya penjara yang

berada di wilayah Tangerang seperti penjara wanita, penjara khusus anak-anak dan penjara pemuda kelas 1, menambah buramnya kesan Kota Tangerang sehingga kita yang berada jauh dari kota ini , tak jarang mendengar orang tua yang menakut-nakuti, jika ada anak yang nakal akan di buang ke Tangerang.

Dengan berbagai permasalahan dan keberadaan dari kota

Tangeranag tersebut maka pemerintah Kota Tangerang

memerlukan langkah langkah yang dapat meminimalisir masalah-masalah yang ada di Tangerang, dan untuk dapat terciptanya

8 Pemda Kota Tangerang, Sejarah terbentuknya Kotamadya Dati II Tangerang, Cet I 1995.

9 Wawancara dengan Bapak Saarin, penduduk asli Tangerang yang tinggal di daerah Bojong Larang Karawaci Rt02/05.

10 Tari Cokek adalah tarian khas Tangerang yang diwarnai budaya etnik China, tarian Cokek mirip sintren dari Cirebon, tarian ini kerap identik dengan keerotisan penarinya yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat lantaran dalam peragaannya pria wanita menari berpasangan dalam posisi berempet-dempetan. Dinas Pemuda Olah Raga Budaya Dan Pariwisata Kota Tangerang,


(18)

sebuah kota yang kondusif, maka perlu adanya kebijakan-kebijakan yang harus di keluarkan oleh pemerintah daerah, dan tentu peran pemimpin daerah yang mempunyai visi untuk membangun daerahnya dan tahu kebutuhan warganya. Menurut Plilip Kottler yang di kutip oleh Rozali Abdulah, kepemimpinan di daerah adalah :

“The vision of a nation’s political leader can vitally affect

that nation’s economic performance”...”the potential

leaders must formulate and sell to citizens of the country

positive vision of a future society’. Rajiv gandhi’s “push

toward the twenty-first centur”, and Deng Xiaoping’s New

China all create roles for’ managerial vision of the future

for their nations11.

Sedangkan menurut Wahidin Halim,

“Keberhasilan dan kegemilangan sebuah wilayah dalam

mengakses pertumbuhan dan perkembangan daerah akan ditentukan oleh banyak faktor yang ikut serta menopang dan menyangga laju kehidupan masyarakat, dan berbagai faktor itu dalam banyak hal, telah terbukti banyak andil dalam merubah sebuah wilayah dalam menghadapi perubahan di

masyarakat” .12

Kepemimpinan suatu negara/daerah sangat diperlukan guna mengatur dan mengurus manusia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara dengan membimbing rakyat kepada kemaslahatan dan menjauhkannya, dari kemadhorotan, pada masa Nabi Muhammad SAW, di samping berstatus sebagai nabi, juga pemimpin negara dalam pemerintahan Islam (622 M) yaitu sejak menetap di kota

11 Rozali Abdulah,Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung, (Jakarta:Grafindo Persada), hal.153.

12 Hambatan fundamental dari berbagai daerah dalam mengelola keberhasilan pembangunan wilayahnya, selalu saja terletak pada sumber daya alam, yang biasanya dialokasikan untuk sumber pendapatan pos-pos tertentu, apalagi jika UU no 25/99 tentang perimbangan keuangan Pusat dan Daerah menganut sistim bagi hasil eksploitasi sumber daya alam (SDA), dan secara teoritis jika menggantungkan pada SDA, hanya beberapa daerah yang siap menyongsong diberlakukannya UU tersebut. Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota Tangerang, (Jakarta: Melibas,2004), hal. 15.


(19)

Yatsrib, kepemimpinan negara yang dilaksanakan oleh Nabi

Muhammad SAW, adalah kepemimpinan pemerintahan

Islam,artinya sumber-sumber perundang-undangnnya berorioentasi kepada nilai-nilai kewahyuan atau syariat, dan setidak-tidaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai wahyu atau syariat, sebab menciptakan perundang-undangan juga terdapat pada manusia dan lingkungannya sendiri, nilai-nilai kepemimpinan negara yang dipelopori hal ini dapat dipahami dari Qs. Asyuraa ayat 214-216:





 

 



 

 



 

 

 



“ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang

terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan";

Kepemimpinan yang tidak tepat akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap yang dipimpinnya, kepemimpinan merefleksikan kemampuan untuk mempengaruhi orang ke arah pencapaian tujuan, kepemimpinan merupakan proses yang digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi anggota kolompok ke arah pencapaian tujuan kelompok atau kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok ke arah pencapaian visi atau seperangkat tujuan. Karena kondisi masyarakat Tangerang tersebut maka penelitian ini akan berfokus pada kebijakan pendidikan di Kota Tangerang dan dibatasi pada masa waalikota Wahidin Halim

dalam melahirkan kebijakan Perda13 dan Perwal14.

13 Perda (Peraturan Daerah) adalah Produk Undang-Undang yang dibuat atas kesepakatan antara Eksekutif dengan legislatif di satu Daerah. (Keputusan Legislatif dan Eksekutif), wawancara hari Selasa, 25 Juni 2013 dengan anggota


(20)

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut terdapat persoalan penting yang berkaitan pendidikan di Kota Tangerang, sehingga permasalahan tersebut diantaranya :

a. Alokasi anggaran untuk pendidikan belum memadai untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

b. Permasalahan kenakalan anak sekolah di Kota Tangerang.

c. Munculnya Perda pendidikan dan Perda pendukung

pendidikan.

d. Seberapa efektif Perda Pendidikan dan Perda Pendukung

Pendidikan itu meningkatkan mutu pendidikan di Kota Tangerang.

2.Pembatasan Masalah

Untuk lebih fokusnya penelitian ini diperlukan pembatasan masalah penelitian. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang terjadi di Kota Tangerang yang telah terpisah dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Selanjutnya permasalahan yang diteliti adalah seputar kebutuhan pendidikan masyarakat Kota Tangerang yang terimbas dari keadaan kota yang berdampingan dengan Ibukota Jakarta. Dengan demikian kajian ini difokuskan pada kebijakan pendidikan di Kota Tangerang, (Studi kasus periode Walikota Wahidin Halim) dengan menelaah kebijakan-kebijakan pemerintah daerah Kota Tangerang berupa Peraturan Daerah (Perda), dan Peraturan Walikota (Perwal) yang berkaitan dengan pendidikan dan nantinya akan dilakukan komparasi kebijakan pemerintah daerah Dewan Bapak Suratno Abubakar sebagai Anggota DPRD Kota Tangerang dan bapak Komarudin mantan anggota DPRD kota Tangerang periode 1999-2004.

14 Perwal (Peraturan Walikota) Undang-undang yang merupakan menjabaran /rincian dari Peraturan Daerah agar peraturan bisa lebih jelas dan lebih fokus pada masalah ( Keputusan Eksekutif). Hasil wawancara hari Selasa, 25 Juni 2013 dengan anggota dewan bapak Suratno Abubakar sebagai anggota DPRD kota Tangerang dan bapak Komarudin mantan anggota DPRD kota Tangerang periode 1999-2004.


(21)

dengan implimentasi dan dampaknya di sekolah. Sedangkan kurun waktunya hanya dibatasi pada kepemimpinan Wahidin Halim dalam 2 periode,yaitu dari tahun 2004 sampai 2009 dan periode ke 2 dari 2009 sampai 2013.

Untuk melihat implikasi dan dampak kebijakan perda pendidikan dan perda pendukung pendidikan tersebut akan dilihat dari responden pelajar di SMA, SMK, MA, yang berada di Kota Tangerang.

3.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah utama dalam penelitian ini yaitu, bagaimanakah dampak perda pendidikan dan perda pendukung pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kota Tangerang? Untuk mengkaji masalah utama tersebut perlu ditelaah perumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana peran walikota Wahidin Halim dan DPR dalam

melahirkan Perda Pendidikan dan perda pendukung di Kota Tangerang?

b. Bagaimanakah isi Perda pendidikan dan Perda pendukung

pendidikan di Kota Tangerang?

c. Bagaimana implementasi dan dampak dari Perda

pendidikan terhadap sekolah di Kota Tangerang ?

d. Bagaimana implementasi dan dampak dari Perda

pendukung pendidikan bagi sekolah di Kota Tangerang ? C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kebijakan daerah dalam penddikan dapat memperbaiki mutu pendidikan di Kota Tangerang, lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis peranan walikota dalam melahirkan peraturan

daerah yang didukung oleh kalangan Eksekutif dan Legislatif ( DPRD).

2. Mengidentifikasi beberapa kebijakan pemerintah Kota


(22)

3. Mengetahui informasi peraturan daerah membawa implikasi positif terhadap dunia pendidikan serta

4. Menggali informasi dampak Perda dalam pendidikan di

Kota Tangerang.

D. Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoritis – Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

kepustakaan tentang peranan kepala daerah terhadap kebijakan pendidikan di daerahnya terutama pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan berakhlak mulia.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu

mensosialisasikan peraturan daerah yang berhubungan dengan dunia pendidikan kepada sekolah-sekolah yang ada di lingkungan kota Tangerang.

c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi

masukan kepada setiap kepala daerah agar membuat

kebijakan –kebijakan yang berpihak pada pendidikan

dan akhlak mulia

2. Manfaat Praktis – Pragmatis

a. Memberi masukan kepada para pendidik terutama guru

pendidikan Agama Islam tentang keberadaan Peraturan Daerah yang dapat banyak membantu terbentuknya akhlak siswa.

b. Memberi masukan kepada para guru di sekolah agar

memanfaatkan peraturan daerah dan peraturan Wali Kota Tangerang sebagai pendukung materi pelajaran PAI yang disampaikan di kelas.

c. Memberi masukan kepada ulama dan pemuka agama

yang berada di wilayah Kota Tangerang agar mensosialisasikan peraturan daerah dan peraturan Wali


(23)

Kota Tangerang kepada masyarakat dalam menyampaikan dakwahnya.

d. Sebagai tolak ukur dari keberhasilan dalam

meminimalisir tingkat kejahatan yang terjadi di Kota Tangerang

e. Sebagai tolak ukur dalam meminimalisir tingkat

kenakalan remaja dan anak sekolah yang berada di wilayah KotaTangerang.

E. Penelitian Terdahulu yang relevan

Penelitian tentang kebijakan pendidikan bukanlah penelitian yang baru, banyak para peneliti menulis tentang kebijakan pendidikan diantara nya:

Muhammad Sirozi , yang mengkaji tentang Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran Tokoh-tokoh Islam dalam penyusunan UU No 2 / 1989, penelitian tersebut mengkaji peran

pemimpin muslim dalam perumusan kebijakan 15 pendidikan

nasional di Indonesia, serta mengenali perjuangan kelompok kepentingan pendidikan yang dominan dan agamawi dalam pembentukan kebijakan pendidikan nasional utama dalam era orde baru.

Hamlan AB. Andi Malla, yang mengkaji kebijakan pemerintah tentang madrasah, (Posisi Madrasah dalam Konfigurasi Sistem Pendidikan Nasional) menyimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan politik adalah dua disiplin ilmu yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kebijakan pemerintah tentang madrasah selain dipengaruhi oleh keinginan untuk modernisasi pendidikan Islam juga didorong oleh

kepentingan politik pemerintah.16

Fauzan, yang mengkaji Kebijakan Pemerintahan terhadap

Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri di Indonesia, suatu analisis

15Muhamad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran

Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU No 2/1989”.(Desertasi Indonesian-Netherlands Cooperation In Islamic Studies )

16Hamlan Ab.Andi Mallla, Kebijakan Pemerintah tentang Madrasah,

Posisi Madrasah dalam Konfigurasi Sistem Pendidikan Nasional 1945-2005”.(Desertasi , UIN Syarif Hidayatullah 2008).


(24)

kebijakan dalam pemerintahan orde lama dan orde baru, tesis ini

membahas tentang kebijakan-kebijakan yang diterapkan

pemerintah, baik pada masa orde lama maupun orde baru sangat berpengaruh terhadap proses penciptaan kondisi PTAIN yang lebih inklusif, terbuka dan lebih memberi peluang kepada para lulusan

pendidikan tinggi.17

Ratu Sutiah yang mengkaji kurikulum madrasah pada era

orde baru dalam tesisnya Integrasi Madrasah ke dalam Sistem

pendidikan Nasional (studi banding Kurikulum Madrasah dan Sekolah Umum sebelum dan sesudah UUPN no 2 tahun 1989)

menyimpulkan bahwa kurikulum madrasah sesudah UUSPN no 2

tahun 1989 cenderung mengikuti kurikulum sekolah umum.18

Abdul Mukti Bisri, judul Desertasi, Kebijakan

Pengembangan Madrasah Unggulan Model dan Terpadu, desertasi ini membahas bahwasanya kebijakan pengembangan madrasah unggulan ketika intervensinya bertumpu pada aspek fisik, sarana dan prasarana juga mengkritik kebijakan penganggaran pendidikan

di Departemen Agama yang lebih terfokus.19

Abdul Munir judul tesis, Kebijaksanaan Pemerintah Orde

Baru terhadap Pendidikan Islam di Bidang Madrasah. Dalam tesis ini membahas tentang eksistensi madrasah masa orde baru sejak sebelum lahirnya SKB Tiga Menteri 1975 dan pasca lahirnya SKB tiga menteri yang menjadikan madrasah sebagai bagian integral

dari sistem pendidikan nasional.20

Melihat penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semua penelitian itu diarahkan kepada kebijakan pemerintah tentang pendidikan pada tingkat pusat, maka dalam penelitian ini akan di khususkan pada kebijakan pemerintah di bidang pendidikan di

17Fauzan,Kebijakan pemerintahan terhadap Pendidikan Tinggi Agama

Islam Negeri (PTAIN) di Indonesia,” (Tesis, Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2003)

18Ratu Sutiah, Integrasi Madrasah Kedalam Sistem Pendidikan

Nasional: Studi Banding Kurikulum Madrasah dan Sekolah Umum Sesudah UUSPN No 3 Tahun 1989,”(Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1999).

19Abdul Mukti Bisri, Kebijakan Pengembangan Madrasah Unggulan

Model Terpadu, “(Desertasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).

20Abdul Munir, Kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru Terhadap

Pendidikan Islam di Bidang Madrasah, (Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2000). h. 21


(25)

daerah, tepatnya di Kota Tangerang, karena belum ada penelitian tentang kebijakan pemerintah Kota Tangerang oleh karena itu maka penelitian ini layak dibahas berkaitan dengan otonomi daerah, intinya bagaimana pemerintah daerah dapat memanfaatkan tugas dan wewenangnya dalam mengelola dan mengembangkan daerahnya termasuk bidang pendidikan, karena perbedaan kondisi daerah membawa implikasi pada pembangunan daerah tersebut. F. Metodologi Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln yang dikutip oleh Lexy J. Maleong

,”Metode kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi.”21

Begitupun menurut Mahmud, yang menyatakan, “Metode kualitatif

merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang

berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami.”22

Sedangkan Lexy J. Maleong sendiri menuturkan,” Penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, tindakan secara holistik dandalam bentuk bahasa pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.”23Penelitian ini merupakan penelitian

kebijakan, menurut Ladson-Bilings&Tate ed yang dikutip Nusa

Putra menjelaskan,”Penelitian kebijakan harus dapat membnatu

merumuskan, menilai dan mengevaluasi kebijakan secara sistematis dan objektif karena kebijakan selalu bersentuhan dengan banyak pihak, maka penelitian kebijakan mengembangkan berbagai

cara untuk mengukur damapak kebijakan yang telah ada.”24

21Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2013) cet.ke 31, h.5.

22 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung,Pustaka Setia 2011) h.89.

23 Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2013) cet.ke 31, h.6.

24 Nusa Putra, Hendarman, Metodologi Kebijakan, (Bandung, Rosda Karya,2012), h.10.


(26)

Pertimbangan pemilihan pendekatan ini didasarkan pada penelitian yang peneliti lakukan melihat fenomena sosial yang terjadi di Kota Tangerang dan bersifat deskriptif karena teknik pengumpulan data dilakukan dengan kajian dokumen yang berhubungan dengan bentuk kebijakan dan pencarian sumber data yang dipakai lewat wawancara dengan pihak-pihak yang telibat dalam pembuatan Peraturan Daerah (Perda), serta observasi untuk melihat implikasi dari perda pendidikan dan perda pendukung pendidikan terhadap sekolah-sekolah yang berada di Kota Tangerang.

Tak dapat dipungkiri dalam penelitian kualitatif kebutuhan

data dokumen25 sangat penting salah satu sebab keterkaitan ini

adalah untuk menggambarkan konteks kajiannya, data dokumen terutama merupakan sumber utama karena bisa mengadakan penyelidikan dalam proses terjadinya kebijakan, berupa Surat Keputusan (SK) pembentukan panitia khusus tanggapan DPRD Tangerang terhadap rancangan Perda Pendidikan dan Perda

pendukung Pendidikan,26 persetujuan ditetapkannya perda

pendidikan dan perda pendukung pendidikan27 dan dokumen yang

memperkuat dan membuktikan dari isi perda tersebut dalam bentuk bahan tertulis, catatan umum dan arsip, dokumen pribadi dan melibatkan sebagian besar jenis dokumen ini.

1. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

25 Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan yang tetulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa dan berguna bagi sumber data,bukti, informasi kealamiahan yang diperoleh, sukar ditemukan dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Mahmud,

Metode Penelitian Pendidikan(Bandung ,Pustaka Setia 2011) h.183.

26 SK tentang Pembentukan Panitia Khusus Tanggapan DPRD Tangerang terhadap Perda pendidikan dan Perda Pendukung pendidikan sebanyak 3 halaman ditanda tangani oleh ketua DPRD kota Tangerang.

27 SK tentang Pembentukan Panitia Pengesahan Perda Pendidikan sebanyak 3 halaman ditanda tangani oleh walikota dan ketua DPRD kota Tangerang.


(27)

Sumber data primer adalah data yang menjadi pijakan utama dalam menjelaskan masalah penelitian, diantara sumber data primer adalah :

Dokumen yang memuat tentang peraturan daerah Kota Tangerang, laporan pertanggung jawaban Walikota Tangerang tahun 2011 dan tahun 2012, dokumen BOP (Bantuan Operasional Sekolah), dokumen laporan dari Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, dokumen sekolah-sekolah SMA/SMK/MA di Kota Tangerang. Dalam studi dokumen ini, peneliti mengumpulkan dokumen naskah Perda no.11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan, Perda no 5 tahun 2010 tentang larangan merokok, Perwal no 54 tahun 2008 tentang larangan merokok bagi siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, Perda no. 7 tahun 2005 tentang Perda pendukung pendidikan (larangan minuman beralkohol), Perda no 8 tahun 2005 tentang Perda pendukung pendidikan (larangan pelacuran), dokumen naskah pembentukan panitia khusus

pembahasan 4 buah raperda penyelenggaraan pendidikan 28,

dokumen naskah persetujuan terhadap 2 (dua) buah rancangan peraturan daerah Kota Tangerang menjadi peraturan daerah Kota

Tangerang29, naskah Bantuan Operasional Sekolah (BOP) yang

mengatur tentang besaran biaya sekolah SMA/SMK/MA Negeri di Kota Tangerang yang dibiayai oleh pemerintah Kota Tangerang, naskah laporan keuangan Walikota Tangerang yang berkaita dengan pendidikan pada Tahun 2011 dan 2012.

Wawancara dengan kepala bidang Humas Pemerintahan Kota Tangerang, Anggota DPRD Kota Tangerang, Anggota DPRD Propinsi Banten, Dinas Pendidikan Kota Tangerang.

28 Keputusan pempinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang No 171/KEP.013-PIM.DPRD/2007 berisi susunan Pimpinan dan anggota Panitia Khusus RAPERDA penyelenggaraan Pendidikan, yang terdiri dari 15 Orang yang diketuai oleh Drs. PO Abas Sunarya, M.Si dari Fraksi Golkar 29Naskah No 188.34/KEP.032-DPRD/2005,tentang berisi persetujuan

antara DPRD Kota Tangerang dengan Walikota Tangerang tentang 2 (dua) buah Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah Kota Tangerang yaitu Raperda Tentang Pelarangan Prostitusi dan Larangan Pengadaan dan Persetujuan Minuman Keras.


(28)

Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan

sistimatis dari fenomena-fenomena yang di selidiki30, penelitian

akan lebih jelas jika kita mengamati langsung objek yang kita teliti sehingga kita dapat membandingkan kebenaran dari hasil wawancara dan pengkajian dokumen, observasi dilaksankan di sekolah negeri/swasta yang berada di wilayah Kota Tangerang untuk melihat secara langsung penerapan/implementasi dan dampak kebijakan pendidikan di sekolah.

Kuesioner merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada observer mengenai implementasi dan dampak dari kebijakan pemerintah daerah berupa Perda terhadap sekolah-sekolah yang ada di Kota Tangerang, kuesioner ini akan di sebar kepada SMA, MA, SMK, Negeri dan swasta yang berada di wilayah Kota Tangerang.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber sekunder adalah subjek tempat asal data dapat diperoleh dapat berupa bahan pustaka (informan atau responden)

31., beberapa yang termasuk data sekunder diantaranya adalah

:Buku-buku analisis kebijakan pendidikan, buku–buku tentang

otonomi dalam bidang pendidikan, buku-buku penujang kajian teoritis, undang-undang Sisdiknas, tesis, desertasi, artikel, jurnal, majalah, surat kabar, data-data dari internet, karya para pakar atau pemerhati pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti serta buku-buku lainnya.

Wawancara dengan mantan anggota DPRD, staf risdang DPRD Kota Tangerang, perwakilan kepala sekolah negeri /swastadi Tangerang dan wakil kepala sekolah serta guru PAI di sekolah negeri /swasta yang berada di wilayah Kota Tangerang sebagai salah satu contoh pembuktian tentang Perda Pendidikan dan Perda Pendukung Pendidikan serta membuktikan dugaan bahwa perda lahir atas pemikiran dari Walikota Wahidin Halim

30Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan , (Bandung Pustaka Setia 2011) h.168 .

31 .Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung, Pustaka Setia 2011) h.151.


(29)

yang di setujui oleh anggota DPRD Kota Tangerang dan terakhir membantu memetakan dalam membuat laporan penelitian sebagai pelengkap dan penyempurna data dokumen dan hasil observasi. 2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data dengan memakai cara :

Wawancara, yaitu menggali informasi yang

sebanyak-banyaknya dari nara responden32. Menurut Irawati Singaribuan’

wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi’33,

Studi dokumen, yaitu dengan mengorganisir berbagai dokumen yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Kota

Tangerang. Menurut Lexy J. Maleong,” Dokumen ialah setiap

bahan tertulis atau film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan

karena adanya permintaan serang penyidik.34

Observasi, observasi merupakan teknik pengamatan dan

pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang di selidiki,35

dalam hal ini peneliti mendatangi kantor DPRD kota Tangerang, kantor Pemerintahan Kota Tangerang, Kantor Dinas Kota Tangerang, Sekolah-sekolah SMA/SMK/MA di Kota Tangerang

Kuesioner yang diajukan kepada observer mengenai implementasi dari kebijakan pemerintah daerah berupa Perda terhadap sekolah-sekolah yang ada di Kota Tangerang, Kuesioner

ini akan di sebar secara acak sederhana 36

32 Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES, 2012), cet.ke 30, h. 207.

33 Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES, 2012), cet.ke 30, h, 207.

34Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2013) h. 216..

35Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung Pustaka Setia 2011) h.168.

36 Sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, sampel acak sederhana merupakan sampel kesempatan sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara objektif. terpilihnya tetap satuan elementer kedalam sampel itu harus benar-benar berdasarkan faktor kebetulan bebas dari subjektifitas. Sofian Effendi dkk, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES, 2012), cet.ke 30, h, 158.


(30)

3. Teknik Analisis Data

Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini menggunakan

teknik analisis (content analysis)37, untuk menganalisa makna yang

terkandung dalam data yang terhimpun, melalui tahap identifikasi, klasifikasi dan kategorisasi, kemudian dilanjutkan dengan interpretasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber seperti dokumen pribadi, dukumen resmi, wawancara dan hasil pengamatan di lapangan, langkah selanjutnya adalah membuat rangkuman inti dan menyusunnya, kemudian mengadakan pemeriksaan keabsahan data, setelah selesai kemudian selesai tahap ini, mulaialah kini tahap penafsiran data dan diuraikan secara deskriptif, penafsiran

data (Interpretasi data) menurut Lexy J.Maleong adalah,”Upaya

untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan dengan cara

meninjau hasil penelitian.”38

Dalam bahasa lain, Marzuki menjelaskan bahwa :

“Analisis data dalam penelitian diperlukan untuk

mempersempit dan membatasi penemuan-penemuan,

sehingga menjadi data yang teratur, tersusun, dan lebih berarti. Langkah-langkah yang perlu untuk dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut: (1) unitisasi data, yaitu data-data yang ada di kelompokkan berdasarkan kerangka

37Tujuan utama analisis data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.Moch. Kasiran, Metodologi Penelitian, Refleksi pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian

(Malang, UIN Malang 2008) h.128.

38 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2013) h. 151.


(31)

pemikiran; (2) kategorisasi data disusun sesuai rumusan masalah atau tujuan penelitian; (3) penafsiran data dengan

berdasar teori, kemudian diinterpretasikan. 39


(32)

19

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA A. Konsep Kebijakan Pendidikan di Indonesia

Kunci berhasil atau tidaknya suatu bangsa ada pada bidang

pendidikan, dunia pendidikan merupakan modal dalam

mempersiapkan masa depan peradaban dunia, sehingga pemerintah perlu mengembangkan strategi pendidikan, melalui kebijakan pendidikan yang berorientasi pada kualitas yang menyeluruh,

menurut George S. Papadopoulos,” kebangkitan pendidikan sebagai gerbang bagi kemakmuran masa depan.”40 walaupun

menurut Winarno,”Pendidikan Nasional dewasa ini cenderung

menuju kepada suatu tragedi Nasional karena kekurang mantapan

kebijakan pendidikan.”41 M.Mastuhu beranggapan,”terpuruknya

Pendidikan Nasional karena demokrasi di negara kita bagaikan

orang sakit.”42 Alex melihat adanya inkonsistensi kebijakan karena

40 George S. Papadopoulos, Pendidikan Pada abad XXI Pokok

Persoalan dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI, (UNESCO Publising,1996), h. 10

41 Menurut Winarno disamping kekurangmantapan kebijakan Pendidikan juga karena kurangnya profesionalisme birokrasi pendidikan serta masih kurangnya profesionalnya pelaksana pendidikan , Kebijakan-kebijakan yang telah dirumuskan di dalam strategi pembangunan pendidikan nasional apabila tidak diarahkan kembali kepada tujuannya yang hakiki maka hasilnya adalah tragedi suatu bangsa,Winarno mencanangkan konsep-konsep yang sangat brilian sebagai sintesa dari strategi-strategi pendidikan yang dianggapnya keliru sehingga dapat menuju kepada tragedi suatu bangsa Winarno surahkmad,

pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi, (Jakarta, KOMPAS Penerbit Buku, 2009), h. 41.

42 M.Mastuhu beranggapan dalam era globalisasi “penyakit dunia” dengan cepat menjalar ke berbagai negara lain, terutama negara-negara yang belum menguasai sains dan teknologi maju. Indonesia dewasa ini bagaikan orang sakit yang hampir seluruh persendian tulang-tulangnya terasa ngilu, ada tanda-tanda hanyut menjadi korban globalisasi, jika kita tidak cepat mengobatinya.dengan gejala demokrasi yang sakit, masalahnya lahan kegiatan kerja demokrasi sebagian besar adalah politik.rakyat Indonesia sudah habis dipeta-petakan menurut partai politik sehingga rakyat tidak bisa menyuarakan aspirasinya secara langsung.M. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, (Jakarta, Lentera Hati, 2007), h.38.


(33)

perbedaan visi dan pemahaman terhadap arah pembangunan

pendidikan yang disebabkan oleh pergantian

pemerintahan43sedangakan Tilaar berasumsi Pendidikan Nasional

Indonesia kehilangan rohnya44selanjutnya Tilaar menulis bahwa

dewasa ini pendidikan Nasional bukan lagi pemersatu bangsa tetapi

telah merupakan ajang pertikaian45 dari berbagai pendapat di atas

dapat kita simpulakan bahwa peran pemerintah sangatlah besar dalam menggiring arah kemajuan dan keberhasilan pendidikan

melalui kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

itu sendiri.

Kebijakan merupakan bagian dari strategi dalam membangun suatu pemerintahan baik di tingkat pusat ataupun tingkat daerah dalam menghadapi suatu masalah, dengan maksud memperbaharui mutu pendidikan pemerintah RI mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada kesadaran akan bahaya ketertinggalan dalam mutu pendidikan nasional. Perkembangan pendidikan pada masa

orde baru Tilaar menyebutnya dengan “Miracle Asia”46. Pada masa

orde baru pertumbuhan ekonomi yang cepat dan stabilitas keamanan menjadikan pendidikan sebagai penunjang keberhasilan ekonomi.

43 Dalam pergantian mentri pendidikan nasional seperti : Juwono Sudarsono,yahya Muhaimin, Malik Fajar dan Bambang Sudibjo, dari keempat mentri pada pemerintahan berbeda, telah memberi pengaruh yang berbeda –beda pada pelaksanaan kebijakan dalam pendidikan. Alex,Menyoal Konsep mutu dalam Kebijakan Pendidikan Isu-isu Kritis Kebijakan Pendidikan di Era Otonomi Daerah, (bogor, Ghalia 2002) h.17

44 Menurut Tilaar munculnya banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas menunjukan hilangnya alat vital di dalam pendidikan nasional yang menggerakan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi 1945. H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 14

45 Tilaar berpendapat setiap kelompok mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri dan masing-masing ingin mewujudkan kepentingan kelompoknya sendiri , menurut Tilaar terdapat dua kekuatan besar yang mempengaruhi jalannya pendidikan nasional dewasa ini, yaitu kekuatan politik dan kekuatan ekonomi H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 14

46 Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis,(Jakarta, Rineka cipta, 2006). H. 10.


(34)

Menurut Moh. Alifudin, “Kebijakan merupakan pedoman atau prinsip-prinsip untuk bertindak bagi masyarakat yang menguraikan sasaran penting dan secara luas menunjukan

bagaimana aktifitas dapat dikerjakan.”47 M. Sirozi berpendapat

“Kebijakan adalah sebagai kompromi politik yang dinamis dan interaktif, satu penyelesaian diantara kepentingan yang saling

bersaing.”48 Kareel Steenbrink menggambarkan,” Kebijakan

sebagai tindakan pembaharuan.”49 Kebijakan merupakan asal kata

dari bijak artinya selalu menggunakan akal budinya50 yang

selanjutnya dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikatakan kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak. Sedangkan Wahidin Halim

menuturkan, “kebijakan merupakan kecenderungan kepada suatu

hal yang akan menentramkan pihak lain, kebijakan pemimpin yang berprinsip sebagai pelayan, pemimpin tak lain hanyalah seorang yang tangan dan semua potensi diri yang dimilikinya adalah kepanjangan tangan dari Tuhan ,untuk diabadikan demi kemaslahatan orang banyak, dalam arti, hal tersebut merupakan

tugas yang diembankan Tuhan”51.

Kebijakan merupakan wacana yang bersifat terbuka dan harus di sodorkan dalam wacana publik yang terbuka, demokratis dan bebas tekanan,

Blackmore & Lauder yang dikutip Nusa Putra menjelaskan,”

Policy-as-text distinguishes between more open ended

‘readerly’ texts that allow for interpretation by policy actors, and more closed ‘writerly’ policy texts that are more prespective and constraining of reinterpretation by teachers. In both cases policy texts are seen as inherently ambiguous

47 Moh.Alifudin, Reformasi Pendidikan.(Jakarta, Magnascript Publishing, 2012), h. 16.

48 Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Peran

Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU no 2 / 1989,( Indonesia Netherlands Cooperation in Islamic Studies, 2004) hal 1.

49Kareel A. Steenbrink, Pesantren, madrasah, Sekolah : pendidikan Isam dalam kurun Modern ( Jakarta ; LP3ES, 1974), h.23,24.

50 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta ,Gramedia Pustaka Utama,2008), h190.


(35)

and open to degrees of interpretation. Policy-as-discourse sees policy as part of wider system social relation, framing what is said and tought. Policy texts simultaneously emergeout of, but also produce, particular policy

discourses.”52

Kebijakan sebagai wacana lebih mmenekankan pada

konteks sosial yang melibatkan banyak orang, kebijakan itu didiskusikan dan diperdebatkan secara terbuka oleh bnayak orang yang terlibat. Dengan demikian yang akan dihasilkan bukan interpretasi seorang individu yang membancanya, tapi sebuah konsensus yang bersifat sosial. Kebijakan tidak akan bermakna apa-apa tanpa diimplementasikan (dilaksanakan). Kebijakan yang tidak diimplemantasikan tidak akan memberikan kontribusi apa pun terhadap kehidupan. Jadi, implementasi kebijakan merupakan hal penting di bandingkan formulasi kebijakan. Suatu kebijakan dapat dilaksanakan dan kemudian memiliki dampak tertentu maka harus ada usaha menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dapat dilaksanakan.

Menurut Wahidin Halim,”seorang pemimpin kepala daerah

yang bijaksana akan memperhatikan kepentingan sesuai dengan nurani yang berlandaskan pada aturan agama yang diyakininya,

bukan pada kepentingan pribadi atau kepentingan golongan.”53

52

Nusa Putra, Hendarman, Metodologi Kebijakan, (Bandung, Rosda Karya,2012), h.44-45.

53 Selanjutnya menurut Wahidin tiga elemen kebijakan publik: (1) identifikasi dari tujuan ingin dicapai; (2) taktik atau strategi dari beragam langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) penyediaan ragam input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik maupun strategi tersebut di atas. Dari ketiganya tersirat bahwa pada dasarnya kebijakan publik adalah sebuah sikap pemerintah yang berorientasi pada tindakan. Artinya kebijkan publik merupakan kerja kongkrit dari adanya organisasi birokrasi pemerintah yang memang diberi wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas kepublikan, tugas-tugas yang menyangkut hajat orang banyak, seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, peneranga, air dan sebagainya. Dan tugas-tugas kepublikan tersebut lebih konkret lagi adalah berupa serangkaian program tindakan yang hendak direalisasikan dalam bentuk nyata. karena itu biasanya diperlukan pentahapan dan managemen tertentu agar tujuan tersebut terealisasi. Rangkaian proses perealisasian tujuan program kepublikan tersebutlah yang dinamakan kebijakan publik. kebijakan publik memiliki beberapa implikasi (1) bahwa kebijakan publik itu bentuk awalnya adalah penetapan tindakan-tindakan


(36)

Walaupun menurut M. Sirozi ,”Dalam kenyataannya kebijakan akan dipengaruhi oleh kelompok yang berkepentingan”54.

Dari uraian di atas maka kita dapat menarik kesimpulan :

1. Kebijakan adalah tindakan perubahan menurut kepentingan

2. Kebijakan merupakan peraturan yang dibuat seorang

pengambil keputusan dengan maksud mengarahkan kepada yang lebih baik.

3. Kebijakan dapat dibuat karena kepentingan politik

4. Kebijakan terjadi karena tuntutan masyarakat

5. Kebijakan merupakan tuntutan nurani pemimpin yang berpihak

pada kebenaran.

Kebijakan memerlukan kontrol yang berkesinambungan agar dapat terlihat dampak yang maksimal, karena dapat terjadi kebijakan berjalan namun dampak hanya sedikit. Kebijakan Umum dalam undang-undang harus dilanjutkan dengan kebijakan khusus yang menunjang, seperti anggaran, sarana dan prasarana serta SDM (sumber daya manusia), agar kebijakan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, atau kebijakan terstruktur.

Selanjutnya pendidikan dalam kamus besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasankan manusia melalui pemerintah; (2) bahwa kebijakan publik tersebut tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk teks-teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau diimplementasikan secara nyata; (3) bahwa kebijakan publik tersebut pada hakikatnya harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak, baik jangka panjang, menengah, dan jangka pendek, yang sebelumnya telah dirancang secara matang dan terencana dan (4) bahwa segala proses itu diperuntukan semata bagi pemenuhan kepada masyarakat. Itu artinya karena kebijakan publik merupakan sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka ukuran sukses atau tidaknya kebijakan tersebut tergantung bagaimana masyarakat menilai. Bila masyarakat merasa kebutuhan dan kepentingannya sudah terpenuhi oleh kebijakan publik, maka dengan sendirinya kebijakan tersebut akan dianggap telah menjalankan fungsi pelayanannya dengan baik. tapi bila yang terjadi sebaliknya, maka dengan sendirinya masyarakat menganggap bahwa kebijakan publik yang ada tidaklah sukses atau gagal. Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota tangerang, Pembangunan menuju Akhlakul Karimah (Jakarta, Melibas, 2004), hal 90,91.

54 Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Peran

Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU no 2 / 1989,( Indonesia Netherlands Cooperation in Islamic Studies,2004) hal. 2.


(37)

upaya pengajaran dan pelatihan,55 pendidikan, kata latin untuk

mendidik adalah educare yang berasal dari e-ducare yang berarti menggiring keluar, jadi educare dapat diartikan usaha pemuliaan, jadi pemuliaan manusia atau pembentukan manusia, maka proses pendidikan sebagai proses pembentukan merupakan proses informal. Seluruh proses pemuliaan ialah pembentukan moral manusia muda hanya mungkin lewat interaksi informal antara dia

dan lingkungan hidup manusia muda56. Pendidikan merupakan

usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat, UUD RI 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistim pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang.57 Menurut Zaki Badawi, “dalam perspektif Islam,

pendidikan pada dasarnya berupaya untuk mengembangkan seluruh potensi seoptimal mungkin , baik yang menyakut aspek jasmaniah

maupun rohaniah.”58

Al-Qur’anul Karim menyebutkan beberapa istilah yang dipergunakan dalam pengertian pendidikan, biasa dipergunakan

ta’lim, sesuai dengan firman Allah SWT, dalam QS.Al-Baqoroh

ayat 31. Ngalim Purwanto berpendapat, “Pendidikan bentuk usaha

orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.59

sependapat dengan Ahmad Tafsir,” Pendidikan dalam Islam

merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif ( kedewasaan), baik secara akal, mental maupun

55 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta , Gramedia Pustaka Utama, 2008), h190.

56 J.Drost,sj, Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan, ( Grasindo Jakarta 1999), hal 1-2.

57Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

58 A. Zaki badawi, Mu’jam Musthalahat al-‘Ulum al-Ijtimaiyat (Bairut Maktabah Lubnan, 1982) h. 127.

59 M. Ngalim Purwanto, ilmu pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1994, hal 11.


(38)

moral, tujuannya dalam rangka untuk menjalankan fungsi

kemanusiaan yang diembannya.”60 Dalam lintasan sejarah

peradaban Islam peran pendidikan Islam, peran pendidikan ini, benar-benar bisa dilaksanakan pada masa kejayaan Islam, hal ini dapat kita saksikan, dimana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban, sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur, oleh karena itu, adanya paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan. Sejak akhir perang dunia kedua, pendidikan telah menjadi kegiatan utama di dunia, dari segi

pendanaan merupakan urutan ke dua setelah anggaran

ketentaraan61. Menurut Paul Lengrand, ”manusia memiliki

persediaan bahan ideologi yang berlimpah ruah, tetapi hanya teori pendidikan yang mempunyai hubungan yang tipis dengan praktek

pendidikan.”62

Tujuan pendidikan di Indonesia sekarang ini jauh berbeda

dengan tujuan pendidikan pada masa Kolonial63, menurut Amini

60 Muhaimin , Pluralisme dan Multikulturalisme paradigma baru,

pendidikan agama islam di indonasia,(Malang, Adytia media publishing, , 2011), hal 197.

61 Miguel Fernansez Perez, Krisis dalam Pendidikan, (Jakarta, Balain Pustaka, 1982) h.11

62 Dari semua usaha manusia agaknya pendidikan adalah salah satu yang mengalami rintangan paling besar dalam perjalanan kemajuannya. Hingga kini belum pernah terjadi evolusi di dalam dunia pendidikan, standar moral umum telah maju dan gelombang kejutan dari sejumlah kemajuan yang menentukan dalam peradaban kita telah terasa dalam pendidikan, secara umum dapat dikatakan bahwa integritas atau kesempurnaan pelajar setidaknya telah dihargai sampai tingkat tertentu rencana pelajaran dan metodik telah lebih menurut penalaran. Tetapi menurut sebagian besar masih tetap tidak berubah, rintangan-rintangan yang dijumpai dalam jalan perubahan telah diketahui. Apakah nilai-nilai fisik, sosial, emosional dan estetis telah dikorbankan guna pengertian terbatas dari pengetahuan dan pemikiran, sejauh mana pendidikan menunjukan jalan tentang adanya kita di dunia ini dalam usaha seseorang yang terarah secara sistematis untuk mengkordinasi fakta-fakta pengalaman menjadi kepribadian yang utuh dan seimbang.Paul Legrad, Pendidikan Dipersoalkan, (Jakarta, PN Balai Pustaka, 1982) h.23-24.

63Pada masa Kolonial, kebijakan diskriminasi pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda disertai oleh agenda politik, dan jika dilihat dari struktur kelembagaan pendidikan yang sentralistik dan besarnya intervensi


(39)

Gani Soeriokoesoemo “melalui pendidikan, Belanda berusaha

mengganti kebudayaan nasional menjadi kebudayaan jajahan. Di sekolah siswa dididik dan diajar bahasa dan tata cara hidup Barat (Belanda) dengan menjauhkan segala yang bersifat kepribadian bangsa”64, kebijakan politik pemerintahan Belanda telah

memperluas akses pendidikan bagi kaum pribumi, khususnya para aktivis nasionalis dengan tujuan meningkatkan loyalitas

tokoh-tokoh pribumi namun menurut M. Sirozi “tokoh-tokoh-tokoh tersebut justru berkembang menjadi figur utama dalam gerakan Nasionalis

yang menggugat kolonialisme”65. Berlanjut pada masa penjajahan

Jepang yang memberikan kebebasan dari penjajahan belanda, yang menghapuskan sekolah-sekolah berbahasa Belanda. Bahasa Indonesia digunakan secara lebih luas di lingkungan pendidikan, begitupun dengan kurikulumnya yang banyak mengalami

perubahan66, ini berarti bekal pendidikan akan memperluas

wawasan rasa kebangsaan dan nasionalisme.

Kebijakan pendidikan di Indonesia sekarang diwarnai oleh kebijakan Pendidikan Belanda yaitu sistem Eropa. Akh. Minhaji pemerintah kolonial dalam bidang pendidikan khususnya dalam pengangkatan guru, penyusunan kurikulum dan penentuan akses pendidikan, begitu juga dengan kebijakan politik etis yang diterapkan oleh pemerintah belanda pada waktu itu, sangat sarat dengan implikasi-implikasi kependidikan. M. Sirozi,

Politik pendidikan, Dinamika Hubungan antara kepentingan kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta Grafindo 2007), h.40.

64 Amini Sutari Gani Suriokusumo adalah bersekolah di ELS (SD berbahasa Belanda), MULO, AMS, dan Taman Guru (Tamman Siswa), Pada saat Jaman Penjajahan bekerja sebagai Guru Taman Siswa di Yogyakarta dan Jakarta dan sebagai anggota DPR-GR/MPRS. Amini Sutari Gani Suriokusumo, Bunga Rampai Soempah Pemoeda yang dihimpun oleh Yayasan gedung-gedung bersejarah, (Jakarta, Balai Pustaka, 1986) h.35.

65 Inilah yang terjadi pada Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo dan tokoh-tokoh nasinalis lainnya, bekal pendidikan yang diperoleh telah memperluas wawasan sosial politik mereka dan pada saat yang sama memperkuat sentimen kebangsaan mereka. Wawasan dan sentimen inilah yang kemudian memacu aktivitas politik mereka dan menumbuhkan semangat perlawanan mereka terhadap pemerintahan kolonial pada waktu itu. .M.Sirozi,Politik Pendidikan, Dinamika Hubungan antara kepentingan kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta Grafindo 2007), h.15.

66 Lee Kam Hing, Educational and Politic in Indonesia 1945-1965, (Kuala Lumpur University of Malaya Pess, 1995), h. 23-25.


(40)

menafsirkan bahwa,”Kebijakan pendidikan tersebut sebagai

pengembangan ilmu.”67 Sebaiknya kita mengakui walaupun

Belanda pernah menjajah kita namun konsep kebijakan pendidikannya membawa dampak positif dan membuka mata kita untuk mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada akal dan nalar. Sehingga bangsa Indonesia dapat bangun dari kebodohan, dan mengembangkan potensi akal, selanjutnya pendapat M. Amin

Abdullah,” Kebijakan pendidikan pemerintah di masa orde baru menuntut masyarakat untuk bersandar pada keahlian, kepakaran

dan keterampilan deangan pertimbangan pasar’68,

Konsepsi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari Kebijakan pemerintahan suatu bangsa, misalnya kebijakan tentang negara

demokrasi. Menurut B.J. Habibie, “Demokrasi dan masyarakat

madani atau civil society sulit dipisahkan satu sama lain dan manusialah yang berperan, oleh karena itu, kualitas demokrasi dan civil society sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan dan

kehidupan manusia dalam masyarakat termasuk kualitas

pendidikan tentunya”69. Dalam mencapai tujuan pendidikan dengan

mutu yang bagus diperlukan kebijakan yang tidak berubah-ubah agar mutu pendidikan dapat tercapai, Hamzah B. Uno

memaparkan,”Kebijakan baru cenderung tidak memiliki

kesinambungan dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh

pemimpin sebelumnya dan cenderung bersifat politis,” 70dalam

undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional yang pokoknya menjamin pemerataan kesempatan

67 Akh.Minhaji, Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia dan Tradisi Berfikir Kritis, Paradigma Baru Pendidikan, (Jakarta, PIC UIN Jakarta, 2008), h. 35.

68 M.Amin Abdullah, Paradigma Baru pendidikan Islam, restrospeksi

dan proyeksi Modernisasi pendidikan Islam di indonesia, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jendral pendidikan Islam , Departemen Agama Islam RI , (Jakarta, IISEP, 2008), h.46.

69Lihat Bacharuddin Yusuf Habibie, Detik-detik yang menentukan, Jalan

panjang Indonesia menuju Demikrasi, (Jakarta THC Mandiri 2006).h. 201. 70 Depolitisasi pendidikan , berbagai kebijakan telah ditetapkan yang pada umumnya berada dalam kerangka perbaikan mutu pendidikan .hanya perubahan-perubahan tersebut cederung bersifat politis , seperti kebijakan KBK yang baru saja di tetapkan kemudian dibekukan dan diganti dengan kurikulum baru, Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Probleme, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), hal.10


(41)

pendidikan, tujuan Pendidikan Nasional dipaparkan Alex menjadi empat aspek :

Pertama, aspek agama yang meliputi keimanan, ketakwaan

dan akhlak mulia, kedua, aspek Intelektual meliputi ilmu

pengetahuan, dan teknologi, ketiga, aspek politik, yaitu

menjadi warga negara yang cinta tanah air, kesadaran hukum

dan kesadaran lingkungan dan keempat, aspek individual

terdiri dari fisik, yaitu sehat dan etos kerja yang tinggi71

Menurut Anthony Brock, “Pendidikan di seluruh dunia akan

berubah dalam generasi yang akan datang, asal jiwa semangat dan tujuan berubah, hasil pendidikan tidak akan diukur menurut sekian banyak pengetahuan yang telah diberikan, tetapi manusia berkumpul untuk membuat usul-usul yang akan membantu pemerintah dalam menentukan strategi sesuai dengan keadaan

pendidikan.”72

B. Sistem Pendidikan Nasional

Kebijakan pendidikan di Indonesia akan mengacu pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, segala macam kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan akan ditentukan berdasarkan kepada undang-undang

tersebut, dalam UU Sisdiknas pasal 1 Ayat 1 : “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, Akhlak

71 Alex, Menyoal Konsep Mutu Pendidikan, Isu-isu kritis Kebijakan

Pendidikan Era Otonomi Daerah, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), h.16 72 Pemecahan sebenarnaya terhadap masalah pendidikan dapat diperoleh dengan mereorganisasi secara luas ke arah pendidikan, sebab sekali pendidikan menjadi berkesinambungan, maka gagasan tentang keberhasilan dan kegagalan akan berubah. Manusia sadar atau tidak sadar tetap terus belajar dan melatih diri selama hidupnya , terutama melalui pengaruh lingkungannya.Anthony Brock,

Pendidikan dan Hari Depan, Kerangka Masyarakat Belajar, (jakarta, PN Balai Pustaka 1982) h.89,90.


(1)

Imatu Rofi dkk, Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam di SMP dan SMA ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group) 2012

Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH Satu Dekade Pimpin Kota Tangerang.

Irwan Abdullah, Kondisi Sosial yang dibayangi Disintegrasi Tanpa Ujung, ( Jakarta, Penerbit Harian Kompas, 2000 ). J.drost,sj, Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan,

(Jakarta, grasindo 1999)

Juan Carlo Tedesco, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI, (Jakarta, UNESCO Publising,1996) Kareel Steenbrink, Pesantren, Sekolah, Madrasah, (

Jakarta, LP3S 1974)

Lexi J. Moleong, MetodePenelitianKualitatif, (Bandung, Rosdakarya, 2002),

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung ,Pustaka Setia 2011)

Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: FE UII, 1989)

Mastuhu, M Sistim Pendidikan Nasional Visioner, (Jakarta Lentera Hati, 2007).

Miguel Fernandez Perez,Krisis Dalam Pendidikan,(Jakarta, PN Balai Pustaka, 1982.

M.ngalim purwanto, Ilmu pendidikan,(Bandung PT. Remaja Rosdakarya 1994),


(2)

Moch. Kasiran, Metodologi Penelitian, Refleksi pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang, UIN Malang Press 2008)

Moh.alifudin, reformasi pendidikan.(Jakarta Magnascript Publishing, 2012)

Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Ghalia Indonesia, Cetakan ketujuh 2009).

Muhaimin dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah dan Madrasah( Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008).

Muhaimin , Pluralisme dan multikulturalisme paradigma baru, pendidikan agama islam di indonasia,(Malang,Adytia Media Publishing, , 2011).

Muhamad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU No 2/1989.Desertasi Indonesian-Netherlands Cooperation In Islamic Studies (INIS 2004) .

Mulyana, E, Manajemen Berbasis Sekolah,(Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan ketigabelas, 2011)

M.Sirozi,Politik pendidikan, Dinamika Hubungan antara kepentingan kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan

Praktek ( Bandung Remaja Rosdakarya 1997 ).

Nusa Putra dan Hendarman, Metodologi Penelitian Kebijakan, ( Bandung Remaja Rosdakarya, 2012).

Pemda Kotamadya Dati II Tangerang, Sejarah Terbentuknya Kotamadya Dati II Tangerang, (Tangerang, 1995).


(3)

Pemerintah Kota Tangerang, bag.hukum dan Perundang-undangan, Lembaran Daerah Kota Tangerang,Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan, 2010

Pemerintah Kota Tangerang,bag.Hukum dan Perundang-Undangan, Lembaran Daerah Kota Tangerang, Peraturan daerah kota tangerang Nomor 11 tahun 2005 tentang Pelarangan Pengedaran dan Penjualan Minuman Beralkohol, 2007.

Pemerintah Kota Tangerang, Bag. Hukum dan Perundang-undangan, Lembaran Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 tahun 2005 tentang pelarangan Pelacuran, 2005.

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 5 tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok (Bagian Hukum Sekertariat Daerah Kota Tangerang, 2011 ).

Pemerintah Kota Tangerang, Profil Daerah Kota Tangerang, tahun 2008.

Rahmawati, (ed), Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, 2004)

Ramon Papana, W.H lucunya sang walikota,(Jakarta, Indonesia Comedy Club, 2013)

Ratu Sutiah, Integrasi Madrasah Kedalam Sistem Pendidikan Nasional: Studi Banding Kurikulum Madrasah dan Sekolah Umum Sesudah UUSPN No 3 Tahun 1989,(Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1999). Riant Nugroho D, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa

Revolusi, Kajian dan kritik atas kebijakan Desentralisasi di Indonesia.(Jakarta PT Elex Media Kompotindo Kelompok GRAMEDIA).


(4)

Robert Bisaillon, Sekolah Dipersimpangan Jalan, Pendidikan Untuk Abad 21, Pokok Persoalan dan Harapan(Paris, Unesco publising 1996)

Rohiyat, Managemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik , (Bandung, Aditama,2010),

Rozali Abdulah,Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, (Jakarta:Grafindo Persada).

Ryaas Rasyid, Menolak Resentralisasi Pemerintahan (draft Revisi UU no. 22, 1999 versi Depdagri) ( Jakarta, Millenium Publisher, 2002).

Satya Joewana, Informasi Penanggulangan Napza Secara Terpadu ( Pedoman Bagi Keluarga) (Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan R.I. 2001)

Seargo Pleano, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI, (UNESCO Publising,1996),

Sigmund Freud, Civilization and its Discontents, Peradaban dan Kekecewaan-kekecewaan ( Terjemahan oleh Apri Danarto, Penerbit Jendela 2002 ).

Stephen j. Ball, Education Policy and Sosial Class, Routledge, (New Taylor & Francis group,London New York , 2006).

Suara Muhammadiah edisi No. 14 th ke 98, 16 - 31 Juli 2013. Syafarudin, Managemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan,

(Jakarta,Grasindo Jakarta,2002)


(5)

Toni Wismantoro, Fajar Merekah di Kota Tangerang, (ATS), (Jakarta:Amanat Tangerang Sejahtera, 2008)

Tilaar, H.A.R., Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Cetakan ketujuh,2004).

---, Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu tinjauan kritis, ( Jakarta Rineka Cipta 2006 )

---, Manifesto Pendidikan Nasional, Tinjauan dari Perspektif Postmodenisme dan Studi Kultural, ( Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2005 ).

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Pornografi, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2008.

Wahidin Halim, Managemen spiritual Menuju Masyarakat Berakhlakul Karimah, ( Jakarta,Melibas, 2004 ).

---, Ziarah budaya Kota Tangerang Menuju Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah, (Jakarta,Auracitra Cet.II 2011).

---, 1001 Wajah Kota Tangerang Pembangunan Menuju Akhlakul Karimah ( Jakarta, Melibas, 2004). Winarno Surahkmad, Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi,


(6)