yang di setujui oleh anggota DPRD Kota Tangerang dan terakhir membantu memetakan dalam membuat laporan penelitian sebagai
pelengkap dan penyempurna data dokumen dan hasil observasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data
dengan memakai cara : Wawancara, yaitu menggali informasi yang sebanyak-
banyaknya dari nara responden
32
. M enurut Irawati Singaribuan’
wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi’
33
, Studi dokumen, yaitu dengan mengorganisir berbagai
dokumen yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Kota Tangerang.
Menurut Lexy J. Maleong,” Dokumen ialah setiap bahan tertulis atau film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan
karena adanya permintaan serang penyidik.
34
Observasi, observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang di selidiki,
35
dalam hal ini peneliti mendatangi kantor DPRD kota Tangerang, kantor Pemerintahan Kota Tangerang, Kantor Dinas Kota
Tangerang, Sekolah-sekolah SMASMKMA di Kota Tangerang
Kuesioner yang diajukan kepada observer mengenai implementasi dari kebijakan pemerintah daerah berupa Perda
terhadap sekolah-sekolah yang ada di Kota Tangerang, Kuesioner ini akan di sebar secara acak sederhana
36
32
Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 2012, cet.ke 30, h. 207.
33
Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 2012, cet.ke 30, h, 207.
34
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2013 h. 216..
35
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung Pustaka Setia 2011 h.168.
36
Sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, sampel acak sederhana merupakan sampel kesempatan sehingga hasilnya dapat dievaluasi
secara objektif. terpilihnya tetap satuan elementer kedalam sampel itu harus benar-benar berdasarkan faktor kebetulan bebas dari subjektifitas. Sofian Effendi
dkk, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 2012, cet.ke 30, h, 158.
3.
Teknik Analisis Data Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini menggunakan
teknik analisis content analysis
37
, untuk menganalisa makna yang terkandung dalam data yang terhimpun, melalui tahap identifikasi,
klasifikasi dan kategorisasi, kemudian dilanjutkan dengan interpretasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber seperti dokumen pribadi, dukumen resmi, wawancara dan hasil pengamatan di lapangan,
langkah selanjutnya adalah membuat rangkuman inti dan menyusunnya, kemudian mengadakan pemeriksaan keabsahan
data, setelah selesai kemudian selesai tahap ini, mulaialah kini tahap penafsiran data dan diuraikan secara deskriptif, penafsiran
data
Interpretasi data menurut Lexy J.Maleong adalah,”Upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas
terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian.”
38
Dalam bahasa lain, Marzuki menjelaskan bahwa : “Analisis data dalam penelitian diperlukan untuk
mempersempit dan
membatasi penemuan-penemuan,
sehingga menjadi data yang teratur, tersusun, dan lebih berarti. Langkah-langkah yang perlu untuk dilakukan dalam
analisis data adalah sebagai berikut: 1 unitisasi data, yaitu data-data yang ada di kelompokkan berdasarkan kerangka
37
Tujuan utama analisis data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan hubungan antar problem
penelitian dapat dipelajari dan diuji.Moch. Kasiran, Metodologi Penelitian, Refleksi pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian
Malang, UIN Malang 2008 h.128.
38
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2013 h. 151.
pemikiran; 2 kategorisasi data disusun sesuai rumusan masalah atau tujuan penelitian; 3 penafsiran data dengan
berdasar teori, kemudian diinterpretasikan.
39
39
Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: FE UII, 1989, hal. 87.
19
BAB II KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
A. Konsep Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Kunci berhasil atau tidaknya suatu bangsa ada pada bidang pendidikan,
dunia pendidikan
merupakan modal
dalam mempersiapkan masa depan peradaban dunia, sehingga pemerintah
perlu mengembangkan strategi pendidikan, melalui kebijakan pendidikan yang berorientasi pada kualitas yang menyeluruh,
menurut George S. Papadopoulos,” kebangkitan pendidikan sebagai gerbang bagi kemakmuran masa depan.”
40
walaupun menurut Winarno,”Pendidikan Nasional dewasa ini cenderung
menuju kepada suatu tragedi Nasional karena kekurang mantapan kebijakan pendidikan.”
41
M.Mastuhu beranggapan,”terpuruknya Pendidikan Nasional karena demokrasi di negara kita bagaikan
orang sakit.”
42
Alex melihat adanya inkonsistensi kebijakan karena
40
George S. Papadopoulos, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad
XXI, UNESCO Publising,1996, h. 10
41
Menurut Winarno
disamping kekurangmantapan
kebijakan Pendidikan juga karena kurangnya profesionalisme birokrasi pendidikan serta
masih kurangnya profesionalnya pelaksana pendidikan , Kebijakan-kebijakan yang telah dirumuskan di dalam strategi pembangunan pendidikan nasional
apabila tidak diarahkan kembali kepada tujuannya yang hakiki maka hasilnya adalah tragedi suatu bangsa,Winarno mencanangkan konsep-konsep yang sangat
brilian sebagai sintesa dari strategi-strategi pendidikan yang dianggapnya keliru sehingga dapat menuju kepada tragedi suatu bangsa Winarno surahkmad,
pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi, Jakarta, KOMPAS Penerbit Buku, 2009, h. 41.
42
M.Mastuhu beranggapan dalam era globalisasi “penyakit dunia”
dengan cepat menjalar ke berbagai negara lain, terutama negara-negara yang belum menguasai sains dan teknologi maju. Indonesia dewasa ini bagaikan orang
sakit yang hampir seluruh persendian tulang-tulangnya terasa ngilu, ada tanda- tanda
hanyut menjadi
korban globalisasi,
jika kita
tidak cepat
mengobatinya.dengan gejala demokrasi yang sakit, masalahnya lahan kegiatan kerja demokrasi sebagian besar adalah politik.rakyat Indonesia sudah habis
dipeta-petakan menurut partai politik sehingga rakyat tidak bisa menyuarakan aspirasinya secara langsung.M. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner,
Jakarta, Lentera Hati, 2007, h.38.