19
BAB II KEBIJAKAN PENDIDIKAN  DI INDONESIA
A. Konsep Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Kunci  berhasil  atau  tidaknya  suatu  bangsa  ada  pada  bidang pendidikan,
dunia pendidikan
merupakan modal
dalam mempersiapkan masa depan peradaban dunia, sehingga pemerintah
perlu  mengembangkan  strategi  pendidikan,  melalui  kebijakan pendidikan  yang  berorientasi  pada  kualitas  yang  menyeluruh,
menurut  George  S.  Papadopoulos,”  kebangkitan  pendidikan sebagai  gerbang  bagi  kemakmuran  masa  depan.”
40
walaupun menurut  Winarno,”Pendidikan  Nasional  dewasa  ini  cenderung
menuju  kepada  suatu  tragedi  Nasional  karena  kekurang  mantapan kebijakan  pendidikan.”
41
M.Mastuhu  beranggapan,”terpuruknya Pendidikan  Nasional  karena  demokrasi  di  negara  kita  bagaikan
orang sakit.”
42
Alex melihat adanya inkonsistensi kebijakan karena
40
George  S.  Papadopoulos,  Pendidikan  Pada  abad  XXI  Pokok Persoalan  dan  Harapan,  Komisi  Internasional  tentang  Pendidikan  untuk  Abad
XXI, UNESCO Publising,1996, h. 10
41
Menurut Winarno
disamping kekurangmantapan
kebijakan Pendidikan  juga  karena  kurangnya  profesionalisme  birokrasi  pendidikan  serta
masih  kurangnya  profesionalnya  pelaksana  pendidikan  ,  Kebijakan-kebijakan yang  telah  dirumuskan  di  dalam  strategi  pembangunan  pendidikan  nasional
apabila  tidak  diarahkan  kembali  kepada  tujuannya  yang  hakiki  maka  hasilnya adalah tragedi suatu bangsa,Winarno mencanangkan konsep-konsep yang sangat
brilian  sebagai  sintesa dari strategi-strategi pendidikan  yang dianggapnya keliru sehingga  dapat  menuju  kepada  tragedi  suatu  bangsa  Winarno  surahkmad,
pendidikan  Nasional  Strategi  dan  Tragedi,  Jakarta,  KOMPAS  Penerbit  Buku, 2009, h. 41.
42
M.Mastuhu  beranggapan  dalam  era globalisasi  “penyakit  dunia”
dengan  cepat  menjalar  ke  berbagai  negara  lain,  terutama  negara-negara  yang belum menguasai sains dan teknologi maju. Indonesia dewasa ini bagaikan orang
sakit  yang  hampir  seluruh  persendian  tulang-tulangnya  terasa  ngilu,  ada  tanda- tanda
hanyut menjadi
korban globalisasi,
jika kita
tidak cepat
mengobatinya.dengan  gejala  demokrasi  yang  sakit,  masalahnya  lahan  kegiatan kerja  demokrasi  sebagian  besar  adalah  politik.rakyat  Indonesia  sudah  habis
dipeta-petakan  menurut  partai  politik  sehingga  rakyat  tidak  bisa  menyuarakan aspirasinya  secara  langsung.M.  Mastuhu,  Sistem  Pendidikan  Nasional  Visioner,
Jakarta, Lentera Hati, 2007,  h.38.
perbedaan  visi  dan  pemahaman  terhadap  arah  pembangunan pendidikan
yang disebabkan
oleh pergantian
pemerintahan
43
sedangakan  Tilaar  berasumsi  Pendidikan  Nasional Indonesia  kehilangan  rohnya
44
selanjutnya  Tilaar  menulis  bahwa dewasa ini pendidikan Nasional bukan lagi pemersatu bangsa tetapi
telah  merupakan  ajang  pertikaian
45
dari  berbagai  pendapat  di  atas dapat  kita  simpulakan  bahwa  peran  pemerintah  sangatlah  besar
dalam  menggiring  arah  kemajuan  dan  keberhasilan  pendidikan melalui  kebijakan
–  kebijakan  yang  dikeluarkan  oleh  pemerintah itu sendiri.
Kebijakan merupakan bagian dari strategi dalam membangun suatu  pemerintahan  baik  di  tingkat  pusat  ataupun  tingkat  daerah
dalam menghadapi suatu masalah, dengan maksud memperbaharui mutu pendidikan pemerintah RI mengeluarkan kebijakan-kebijakan
yang didasarkan pada kesadaran akan bahaya ketertinggalan dalam mutu  pendidikan  nasional.  Perkembangan  pendidikan  pada  masa
orde baru Tilaar menyebutnya dengan “Miracle Asia”
46
. Pada masa orde  baru  pertumbuhan  ekonomi  yang  cepat  dan  stabilitas
keamanan  menjadikan  pendidikan  sebagai  penunjang  keberhasilan ekonomi.
43
Dalam  pergantian  mentri  pendidikan  nasional  seperti  :  Juwono Sudarsono,yahya  Muhaimin,  Malik  Fajar  dan  Bambang  Sudibjo,  dari  keempat
mentri pada pemerintahan berbeda, telah memberi pengaruh yang berbeda –beda
pada  pelaksanaan  kebijakan  dalam  pendidikan.  Alex,Menyoal  Konsep  mutu dalam  Kebijakan  Pendidikan    Isu-isu  Kritis  Kebijakan  Pendidikan  di  Era
Otonomi Daerah, bogor, Ghalia 2002 h.17
44
Menurut Tilaar munculnya banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang
tidak  mempunyai  arah  yang  jelas  menunjukan  hilangnya  alat  vital  di  dalam pendidikan  nasional  yang  menggerakan  sistem  pendidikan  untuk  mewujudkan
cita-cita  proklamasi  1945.  H.A.R.  Tilaar,  Standarisasi  Pendidikan  Nasional Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta, Rineka cipta, 2006, h. 14
45
Tilaar  berpendapat  setiap  kelompok  mementingkan  kepentingan kelompoknya  sendiri  dan  masing-masing  ingin  mewujudkan  kepentingan
kelompoknya  sendiri  ,  menurut  Tilaar  terdapat  dua  kekuatan  besar  yang mempengaruhi  jalannya  pendidikan  nasional  dewasa  ini,  yaitu  kekuatan  politik
dan  kekuatan  ekonomi  H.A.R.  Tilaar,  Standarisasi  Pendidikan  Nasional  Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta, Rineka cipta, 2006, h. 14
46
Tilaar,  Standarisasi  Pendidikan  Nasional,  Suatu  Tinjauan  Kritis,Jakarta, Rineka cipta, 2006. H. 10.
Menurut Moh. Alifudin, “Kebijakan   merupakan  pedoman
atau  prinsip-prinsip  untuk  bertindak    bagi  masyarakat  yang menguraikan  sasaran  penting  dan  secara  luas  menunjukan
bagaimana  aktifitas  dapat  dikerjakan. ”
47
M.  Sirozi  berpendapat “Kebijakan  adalah  sebagai    kompromi  politik  yang  dinamis  dan
interaktif,  satu  penyelesaian  diantara  kepentingan  yang  saling bersaing.
”
48
Kareel  Steenbrink    menggambarkan,”  Kebijakan sebagai tindakan pembaharuan.”
49
Kebijakan  merupakan  asal  kata dari  bijak  artinya  selalu  menggunakan  akal  budinya
50
yang selanjutnya  dalam  kamus  besar  Bahasa  Indonesia  dikatakan
kebijakan  adalah  rangkaian  konsep  dan  asas  yang  menjadi  garis besar  dan  dasar  rencana  dalam  pelaksanaan  suatu  pekerjaan,
kepemimpinan  dan  cara  bertindak.    Sedangkan    Wahidin  Halim menuturkan,
“kebijakan  merupakan  kecenderungan  kepada  suatu hal yang akan menentramkan pihak lain, kebijakan  pemimpin yang
berprinsip  sebagai    pelayan,  pemimpin  tak  lain  hanyalah  seorang yang  tangan  dan  semua  potensi  diri  yang  dimilikinya  adalah
kepanjangan  tangan  dari  Tuhan  ,untuk  diabadikan  demi kemaslahatan  orang  banyak,    dalam  arti,  hal  tersebut    merupakan
tugas yang diembankan Tuhan
”
51
. Kebijakan  merupakan  wacana  yang  bersifat  terbuka  dan
harus  di  sodorkan  dalam  wacana  publik  yang  terbuka,  demokratis dan bebas tekanan,
Blackmore  Lauder yang dikutip Nusa Putra menjelaskan,” Policy-as-text  distinguishes  between  more  open  ended
‘readerly’ texts that allow for interpretation by policy actors, and  more  closed  ‘writerly’  policy  texts  that  are  more
prespective  and  constraining  of  reinterpretation  by  teachers. In  both  cases  policy  texts  are  seen  as  inherently  ambiguous
47
Moh.Alifudin, Reformasi Pendidikan.Jakarta, Magnascript Publishing, 2012,  h. 16.
48
Muhammad  Sirozi,  Politik  Kebijakan  Pendidikan  di  Indonesia,  Peran Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU no 2  1989, Indonesia Netherlands
Cooperation in Islamic Studies, 2004 hal 1.
49
Kareel A. Steenbrink, Pesantren, madrasah, Sekolah : pendidikan Isam dalam kurun Modern  Jakarta ; LP3ES, 1974, h.23,24.
50
Departemen  Pendidikan  Nasional,  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  , Jakarta ,Gramedia Pustaka Utama,2008, h190.
51
Wahidin Halim, Managemen Spiritual, Melibas , Jakarta 2004,hal 13.
and  open  to  degrees  of  interpretation.  Policy-as-discourse sees  policy  as  part  of  wider  system  social  relation,  framing
what  is  said  and  tought.  Policy  texts  simultaneously emergeout  of,  but  also  produce,  particular  policy
discourses.
”
52
Kebijakan  sebagai  wacana  lebih  mmenekankan  pada konteks  sosial  yang  melibatkan  banyak  orang,  kebijakan  itu
didiskusikan  dan  diperdebatkan  secara  terbuka  oleh  bnayak  orang yang  terlibat.  Dengan  demikian  yang  akan  dihasilkan  bukan
interpretasi  seorang  individu  yang  membancanya,  tapi  sebuah konsensus  yang  bersifat  sosial.  Kebijakan  tidak  akan  bermakna
apa-apa  tanpa  diimplementasikan  dilaksanakan.  Kebijakan  yang tidak  diimplemantasikan  tidak  akan  memberikan  kontribusi  apa
pun  terhadap  kehidupan.  Jadi,  implementasi  kebijakan  merupakan hal  penting  di  bandingkan  formulasi  kebijakan.  Suatu  kebijakan
dapat  dilaksanakan  dan  kemudian memiliki  dampak tertentu maka harus  ada  usaha  menafsirkan  agar  program  menjadi  rencana  dan
pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dapat dilaksanakan.
Menurut  Wahidin  Halim ,”seorang  pemimpin  kepala  daerah
yang  bijaksana  akan  memperhatikan  kepentingan  sesuai  dengan nurani  yang  berlandaskan  pada  aturan  agama  yang  diyakininya,
bukan  pada  kepentingan  pribadi  atau  kepentingan  golongan. ”
53
52
Nusa  Putra,  Hendarman,  Metodologi  Kebijakan,  Bandung,  Rosda Karya,2012, h.44-45.
53
Selanjutnya  menurut  Wahidin    tiga  elemen  kebijakan  publik:  1 identifikasi  dari  tujuan  ingin  dicapai;  2  taktik  atau  strategi  dari  beragam
langkah  untuk  mencapai  tujuan  yang  diinginkan;  3  penyediaan  ragam  input untuk  memungkinkan  pelaksanaan  secara  nyata  dari  taktik  maupun  strategi
tersebut  di  atas.  Dari  ketiganya  tersirat  bahwa  pada  dasarnya  kebijakan  publik adalah  sebuah  sikap  pemerintah  yang  berorientasi  pada  tindakan.  Artinya
kebijkan  publik  merupakan  kerja  kongkrit  dari  adanya  organisasi  birokrasi pemerintah  yang  memang  diberi  wewenang  untuk  melaksanakan  tugas-tugas
kepublikan,  tugas-tugas  yang  menyangkut  hajat  orang  banyak,  seperti pendidikan,  kesehatan,  transportasi,  peneranga,  air  dan  sebagainya.  Dan  tugas-
tugas kepublikan tersebut lebih konkret lagi adalah berupa serangkaian program tindakan  yang  hendak  direalisasikan  dalam  bentuk  nyata.  karena  itu  biasanya
diperlukan  pentahapan  dan  managemen  tertentu  agar tujuan  tersebut  terealisasi. Rangkaian  proses  perealisasian  tujuan  program  kepublikan  tersebutlah  yang
dinamakan  kebijakan  publik.
kebijakan  publik  memiliki  beberapa  implikasi  1 bahwa kebijakan publik itu bentuk awalnya adalah penetapan tindakan-tindakan
Walaupun  menurut  M.  Sirozi  ,”Dalam    kenyataannya  kebijakan akan dipengaruhi oleh kelompok yang berkepentingan”
54
. Dari  uraian di atas maka kita dapat menarik kesimpulan :
1. Kebijakan adalah tindakan perubahan menurut kepentingan
2. Kebijakan  merupakan  peraturan  yang  dibuat  seorang
pengambil  keputusan  dengan  maksud  mengarahkan  kepada yang lebih baik.
3. Kebijakan dapat dibuat karena kepentingan politik
4. Kebijakan terjadi karena tuntutan masyarakat
5. Kebijakan merupakan tuntutan nurani pemimpin yang berpihak
pada kebenaran. Kebijakan memerlukan kontrol yang berkesinambungan agar
dapat  terlihat  dampak  yang  maksimal,  karena  dapat  terjadi kebijakan berjalan namun dampak hanya sedikit. Kebijakan Umum
dalam  undang-undang  harus  dilanjutkan  dengan  kebijakan  khusus yang menunjang, seperti anggaran, sarana dan prasarana serta SDM
sumber  daya  manusia,  agar  kebijakan  dapat  berjalan  sesuai dengan yang diharapkan, atau kebijakan terstruktur.
Selanjutnya pendidikan dalam kamus besar Bahasa Indonesia merupakan  proses  pengubahan  sikap  dan  tata  laku  seseorang  atau
kelompok  orang  dalam  usaha  mendewasankan  manusia  melalui
pemerintah;  2  bahwa  kebijakan  publik  tersebut  tidak  cukup  hanya  dinyatakan dalam  bentuk  teks-teks  formal,  namun  juga  harus  dilaksanakan  atau
diimplementasikan  secara  nyata;  3  bahwa  kebijakan  publik  tersebut  pada hakikatnya  harus  memiliki  tujuan-tujuan  dan  dampak-dampak,  baik  jangka
panjang, menengah, dan jangka pendek, yang sebelumnya telah dirancang secara matang dan terencana dan 4 bahwa segala proses itu diperuntukan semata bagi
pemenuhan  kepada  masyarakat.  Itu  artinya  karena  kebijakan  publik  merupakan sarana  pemenuhan  kebutuhan  masyarakat,  maka  ukuran  sukses  atau  tidaknya
kebijakan  tersebut  tergantung  bagaimana  masyarakat  menilai.  Bila  masyarakat merasa  kebutuhan  dan  kepentingannya  sudah  terpenuhi  oleh  kebijakan  publik,
maka  dengan  sendirinya  kebijakan  tersebut  akan  dianggap  telah  menjalankan fungsi pelayanannya dengan baik. tapi bila yang terjadi sebaliknya, maka dengan
sendirinya  masyarakat  menganggap  bahwa  kebijakan  publik  yang  ada  tidaklah sukses atau gagal. Wahidin Halim, 1001 Wajah  Kota  tangerang, Pembangunan
menuju Akhlakul Karimah Jakarta, Melibas, 2004, hal 90,91.
54
Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Peran Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU no 2  1989, Indonesia Netherlands
Cooperation in Islamic Studies,2004 hal. 2.
upaya  pengajaran  dan  pelatihan,
55
pendidikan,  kata  latin  untuk mendidik  adalah  educare  yang  berasal  dari  e-ducare  yang  berarti
menggiring  keluar,  jadi  educare  dapat  diartikan  usaha  pemuliaan, jadi  pemuliaan  manusia  atau  pembentukan  manusia,  maka  proses
pendidikan  sebagai  proses  pembentukan  merupakan  proses informal.  Seluruh  proses  pemuliaan  ialah  pembentukan  moral
manusia  muda  hanya  mungkin  lewat  interaksi  informal  antara  dia dan  lingkungan  hidup  manusia  muda
56
.  Pendidikan  merupakan usaha  sadar  agar  manusia  dapat  mengembangkan  potensi  dirinya
melalui  proses  pembelajaran  danatau  cara  lain  yang  dikenal  dan diakui  oleh  masyarakat,  UUD  RI  1945  pasal  31  ayat  1
menyebutkan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan  ayat  3  menegaskan  bahwa  pemerintah  mengusahakan  dan
menyelenggarakan
satu sistim
pendidikan nasional
yang meningkatkan  keimanan  dan  ketakwaan  serta  akhlak  mulia  dalam
rangka  mencerdaskan  kehidupan  bangsa  yang  diatur  dengan undang-undang.
57
Menurut  Zaki  Ba dawi, “dalam perspektif Islam,
pendidikan pada dasarnya berupaya untuk mengembangkan seluruh potensi seoptimal mungkin , baik yang menyakut aspek jasmaniah
maupun rohaniah. ”
58
Al- Qur’anul  Karim    menyebutkan    beberapa  istilah  yang
dipergunakan  dalam  pengertian  pendidikan,  biasa  dipergunakan ta’lim,  sesuai  dengan  firman  Allah  SWT,  dalam  QS.Al-Baqoroh
ayat 31.  Ngalim Purwanto berpendapat, “Pendidikan  bentuk usaha
orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan  jasmani  dan  rohaninya  ke  arah  kedewasaan”.
59
sependapat  dengan    Ahmad  T afsir,”  Pendidikan  dalam  Islam
merupakan  sebuah  rangkaian  proses  pemberdayaan  manusia menuju  taklif    kedewasaan,  baik  secara  akal,  mental  maupun
55
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta , Gramedia Pustaka Utama, 2008,  h190.
56
J.Drost,sj,  Proses  Pembelajaran  Sebagai  Proses  Pendidikan, Grasindo  Jakarta 1999,  hal 1-2.
57
Undang-Undang  No  20  Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan Nasional.
58
A.  Zaki  badawi, Mu’jam  Musthalahat  al-‘Ulum  al-Ijtimaiyat  Bairut
Maktabah Lubnan, 1982 h. 127.
59
M.  Ngalim  Purwanto,  ilmu  pendidikan,  PT.  Remaja  Rosdakarya, Bandung 1994, hal 11.
moral,  tujuannya  dalam  rangka  untuk  menjalankan  fungsi kemanusiaan  yang  diembannya.
”
60
Dalam  lintasan  sejarah peradaban  Islam  peran  pendidikan  Islam,  peran  pendidikan  ini,
benar-benar  bisa  dilaksanakan  pada  masa  kejayaan  Islam,  hal  ini dapat  kita  saksikan,  dimana  pendidikan  benar-benar  mampu
membentuk  peradaban,  sehingga  peradaban  Islam  menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang
Jazirah  Arab,  Asia  Barat  hingga  Eropa  Timur,  oleh  karena  itu, adanya  paradigma  pendidikan  yang  memberdayakan  peserta  didik
merupakan  sebuah  keniscayaan.  Sejak  akhir  perang  dunia  kedua, pendidikan  telah  menjadi  kegiatan  utama  di  dunia,  dari  segi
pendanaan
merupakan urutan
ke dua
setelah anggaran
ketentaraan
61
.  Menurut  Paul  Lengrand, ”manusia  memiliki
persediaan  bahan  ideologi  yang  berlimpah  ruah,  tetapi  hanya  teori pendidikan  yang  mempunyai  hubungan  yang  tipis  dengan  praktek
pendidikan. ”
62
Tujuan  pendidikan  di  Indonesia  sekarang  ini  jauh  berbeda dengan  tujuan  pendidikan  pada  masa  Kolonial
63
,  menurut  Amini
60
Muhaimin  ,  Pluralisme  dan  Multikulturalisme  paradigma  baru, pendidikan  agama  islam  di  indonasia,Malang,  Adytia  media  publishing,  ,
2011, hal 197.
61
Miguel  Fernansez  Perez,  Krisis  dalam  Pendidikan,  Jakarta,  Balain Pustaka, 1982 h.11
62
Dari semua usaha manusia agaknya pendidikan adalah salah satu yang mengalami  rintangan  paling  besar  dalam  perjalanan  kemajuannya.  Hingga  kini
belum  pernah  terjadi  evolusi    di  dalam  dunia  pendidikan,  standar  moral  umum telah  maju  dan  gelombang  kejutan  dari  sejumlah  kemajuan  yang  menentukan
dalam  peradaban  kita  telah  terasa  dalam  pendidikan,  secara  umum  dapat dikatakan  bahwa  integritas atau kesempurnaan pelajar setidaknya telah dihargai
sampai  tingkat  tertentu  rencana  pelajaran  dan  metodik  telah  lebih  menurut penalaran. Tetapi  menurut sebagian  besar  masih tetap tidak  berubah, rintangan-
rintangan  yang  dijumpai  dalam  jalan  perubahan  telah  diketahui.  Apakah  nilai- nilai  fisik,  sosial,  emosional  dan  estetis  telah  dikorbankan  guna  pengertian
terbatas  dari  pengetahuan  dan  pemikiran,  sejauh  mana  pendidikan  menunjukan jalan tentang adanya kita di dunia ini dalam usaha seseorang yang terarah secara
sistematis  untuk  mengkordinasi  fakta-fakta  pengalaman  menjadi  kepribadian yang  utuh  dan  seimbang.Paul  Legrad,  Pendidikan  Dipersoalkan,  Jakarta,  PN
Balai Pustaka, 1982 h.23-24.
63
Pada masa Kolonial, kebijakan diskriminasi pendidikan yang diterapkan oleh  pemerintah  kolonial  Belanda  disertai  oleh  agenda  politik,  dan  jika  dilihat
dari  struktur  kelembagaan  pendidikan  yang  sentralistik  dan  besarnya  intervensi
Gani  Soeriokoesoemo  “melalui  pendidikan,  Belanda  berusaha mengganti  kebudayaan  nasional  menjadi  kebudayaan  jajahan.  Di
sekolah  siswa  dididik  dan  diajar  bahasa  dan  tata  cara  hidup  Barat Belanda  dengan  menjauhkan  segala  yang  bersifat  kepribadian
b
angsa”
64
, kebijakan
politik pemerintahan
Belanda telah
memperluas akses pendidikan bagi kaum pribumi, khususnya para aktivis  nasionalis  dengan  tujuan  meningkatkan  loyalitas    tokoh-
tokoh  pribumi  namun  menurut  M.  Sirozi  “tokoh-tokoh  tersebut justru  berkembang  menjadi  figur  utama  dalam  gerakan  Nasionalis
yang  menggugat  k olonialisme”
65
.  Berlanjut  pada  masa  penjajahan Jepang yang memberikan kebebasan dari penjajahan belanda, yang
menghapuskan  sekolah-sekolah  berbahasa  Belanda.  Bahasa Indonesia  digunakan  secara  lebih  luas  di  lingkungan  pendidikan,
begitupun  dengan  kurikulumnya  yang  banyak  mengalami perubahan
66
,  ini  berarti  bekal  pendidikan  akan  memperluas wawasan rasa kebangsaan dan nasionalisme.
Kebijakan  pendidikan  di  Indonesia  sekarang  diwarnai  oleh kebijakan  Pendidikan  Belanda  yaitu  sistem  Eropa.  Akh.  Minhaji
pemerintah  kolonial  dalam  bidang  pendidikan  khususnya  dalam  pengangkatan guru,  penyusunan  kurikulum  dan  penentuan  akses  pendidikan,  begitu  juga
dengan  kebijakan  politik  etis  yang  diterapkan  oleh  pemerintah  belanda  pada waktu  itu,  sangat  sarat  dengan  implikasi-implikasi  kependidikan.  M.  Sirozi,
Politik  pendidikan,  Dinamika  Hubungan  antara  kepentingan  kekuasaan  dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta Grafindo 2007, h.40.
64
Amini  Sutari  Gani  Suriokusumo  adalah  bersekolah  di  ELS  SD berbahasa Belanda, MULO, AMS, dan Taman Guru Tamman Siswa, Pada saat
Jaman Penjajahan bekerja sebagai Guru Taman Siswa di Yogyakarta dan Jakarta dan  sebagai  anggota  DPR-GRMPRS.  Amini  Sutari  Gani  Suriokusumo,  Bunga
Rampai  Soempah  Pemoeda  yang  dihimpun  oleh  Yayasan  gedung-gedung bersejarah, Jakarta, Balai Pustaka, 1986  h.35.
65
Inilah  yang  terjadi  pada  Bung  Karno,  Bung  Hatta,  Bung  Tomo  dan tokoh-tokoh  nasinalis  lainnya,  bekal  pendidikan  yang  diperoleh  telah
memperluas  wawasan  sosial  politik    mereka  dan  pada  saat  yang  sama memperkuat  sentimen  kebangsaan  mereka.  Wawasan  dan  sentimen  inilah  yang
kemudian  memacu  aktivitas  politik  mereka  dan  menumbuhkan  semangat perlawanan  mereka  terhadap  pemerintahan  kolonial  pada  waktu  itu.
.M.Sirozi,Politik  Pendidikan,  Dinamika  Hubungan  antara  kepentingan kekuasaan  dan  Praktik  Penyelenggaraan  Pendidikan,  Jakarta  Grafindo  2007,
h.15.
66
Lee  Kam  Hing,  Educational  and  Politic  in  Indonesia  1945-1965, Kuala Lumpur University of Malaya Pess, 1995, h. 23-25.
menafsirkan  bahwa ,”Kebijakan  pendidikan  tersebut  sebagai
pengembangan  ilmu .”
67
Sebaiknya  kita  mengakui  walaupun Belanda  pernah  menjajah  kita  namun  konsep  kebijakan
pendidikannya  membawa  dampak  positif  dan  membuka  mata  kita untuk mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada akal dan
nalar.  Sehingga  bangsa  Indonesia  dapat  bangun  dari  kebodohan, dan  mengembangkan  potensi  akal,  selanjutnya  pendapat  M.  Amin
Abdullah,”  Kebijakan  pendidikan  pemerintah  di  masa  orde  baru menuntut  masyarakat  untuk  bersandar  pada  keahlian,  kepakaran
dan keterampilan deangan pertimbangan pasar’
68
, Konsepsi  pendidikan  tidak  bisa  dilepaskan  dari  Kebijakan
pemerintahan  suatu  bangsa,  misalnya  kebijakan    tentang  negara demokrasi.
Menurut  B.J.  Habibie,  “Demokrasi  dan  masyarakat madani  atau  civil  society  sulit  dipisahkan  satu  sama  lain  dan
manusialah yang berperan, oleh karena itu, kualitas demokrasi dan civil  society  sangat  ditentukan  oleh  kualitas  lingkungan  dan
kehidupan
manusia dalam
masyarakat termasuk
kualitas pendidikan tentunya”
69
. Dalam mencapai tujuan pendidikan dengan mutu  yang  bagus  diperlukan  kebijakan  yang  tidak  berubah-ubah
agar  mutu  pendidikan  dapat  tercapai,  Hamzah  B.  Uno memaparkan
,”Kebijakan  baru  cenderung  tidak  memiliki kesinambungan  dengan  kebijakan  yang  telah  ditetapkan  oleh
pemimpin  sebelumnya  dan  cenderung  bersifat  politis, ”
70
dalam undang-undang  no  20  tahun  2003  tentang  sistim  pendidikan
nasional  yang  pokoknya  menjamin  pemerataan  kesempatan
67
Akh.Minhaji,  Pengembangan  Pendidikan  Islam  di  Indonesia  dan Tradisi Berfikir Kritis, Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta, PIC UIN Jakarta,
2008, h. 35.
68
M.Amin  Abdullah,  Paradigma  Baru  pendidikan  Islam,  restrospeksi dan proyeksi Modernisasi pendidikan Islam di indonesia, Direktorat Pendidikan
Tinggi Islam Direktorat Jendral pendidikan Islam , Departemen Agama Islam RI , Jakarta, IISEP, 2008, h.46.
69
Lihat Bacharuddin Yusuf Habibie, Detik-detik yang menentukan, Jalan panjang Indonesia menuju Demikrasi, Jakarta THC Mandiri 2006.h. 201.
70
Depolitisasi pendidikan , berbagai kebijakan telah ditetapkan yang pada umumnya berada dalam kerangka  perbaikan mutu pendidikan .hanya perubahan-
perubahan tersebut  cederung bersifat politis , seperti kebijakan KBK yang baru saja  di  tetapkan  kemudian  dibekukan  dan  diganti  dengan  kurikulum  baru,
Hamzah  B.  Uno,  Profesi    Kependidikan,  Probleme,  Solusi,  dan  Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, hal.10
pendidikan,  tujuan Pendidikan Nasional dipaparkan Alex menjadi empat aspek :
Pertama,  aspek  agama  yang  meliputi  keimanan,  ketakwaan dan  akhlak  mulia,  kedua,    aspek  Intelektual  meliputi  ilmu
pengetahuan,  dan  teknologi,  ketiga,  aspek  politik,  yaitu menjadi warga negara yang cinta tanah air, kesadaran hukum
dan  kesadaran  lingkungan  dan  keempat,  aspek  individual terdiri dari fisik, yaitu sehat dan etos kerja yang tinggi
71
Menurut  Anthony  Brock, “Pendidikan di seluruh dunia akan
berubah dalam generasi yang akan datang, asal jiwa semangat dan tujuan berubah, hasil pendidikan tidak akan diukur menurut sekian
banyak  pengetahuan  yang  telah  diberikan,  tetapi    manusia berkumpul  untuk  membuat  usul-usul  yang  akan  membantu
pemerintah  dalam  menentukan  strategi  sesuai  dengan  keadaan pendidikan.
”
72
B. Sistem Pendidikan Nasional