Perda Nomor 8 Tahun 2005 tentang Larangan Pelacuran

Rosulnya, yang hanya dibenarkan dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau masalah keduniaan,sedangkan masalah yang bersifat ukhrowiyah muthlaqoh ibadah mahdhoh secara langsung harus di dasarkan pada pembuat hukum yang mutlak yaitu Allah SWT dan Rosulnya. Kaidah-kaidah hukum yang dibentuk akibat adanya gejala sosial dapat menjadi hukum tertulis atau tidak tertulis, hukum atau peraturan tidak tertulis dapat berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, keputusan pengadilan, instruksi presiden dan lain sebagainya. 245 , demikian pula perda yang dilahirkan oleh pemerintah daerah kota Tangerang merupakan penjabaran dari apa yang termaktub dalam Al- Qur’an dan Hadits nabi Muhammad SAW.

3. Perda Nomor 8 Tahun 2005 tentang Larangan Pelacuran

Tebitnya peraturan daerah tentang larangan pelacuran dengan pertimbangan bahwa pelacuran merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan norma agama dan kesusilaan yang berdampak negatif terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat, serta sebagai upaya melestarikan nilai-nilai luhur budaya masyarakat yang tertib dan dinamis serta dalam rangka mencegah pelanggaran terhadap praktek-paraktek pelacuran di kota tangerang, perlu menetapkan peraturan daerah tentang pelarangan pelacuran 246 . Arus urbanisasi yang bertambah setiap tahun ke kota Jakarta menjadikan banyaknya para pelacur yang terpinggirkan bergeser ke kota Tangerang sebagai alternatif para pekerja sek komersial PSK beroperasi, sehingga sebelum perda anti pelacuran lahir, di setiap sudut jalan di kota Tangerang, kita bisa dengan mudah melihat para PSK baik wanita ataupun waria secara terang-terangan mencari mangsa di pinggir jalan kota Tangerang. Undang-undang pornografi, undang-undang RI nomor 44tahun 2008, adalah rujukan dari lahirnya peraturan daerah tentang larangan pelacuran, disebutkan dalam : 245 Beni Ahmad Saebani dkk, Ilmu Akhlak, CV Pustaka Setia, Bandung, cet 1 2010, hal 45 246 Lembar Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 tahun 2005, tentang Pelarangan Pelacuran. Bab I, pasal 1 bahwa:pornogarafi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi danatau pertunjukan dimuka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat, Bab II pasal 2 : Setiap orang di daerah baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama dilarang mendirikan atau menyediakan tempat orang untuk melakukan pelacuran, selanjutnya dalam bab II pasal 4 dikatakan Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, meyewakan atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat, a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang, kekerasan seksual, masturbasi atau onani, ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan alat kelamin atau pornografi anak. 247 Bahwa dalam upaya melestarikan nilai-nilai luhur budaya masyarakat yang tertib dan dinamis serta dalam rangka mencegah pelanggaran terhadap praktek-praktek pelacuran di kota Tangerang, perlu menetapkan peraturan daerah tentang pelarangan pelacuran, seperti yang terdapat dalam Al- Qur’an , QS. An-Nuur ayat 30,31. Profesi pelacur adalah profesi yang dilarang olah semua agama di dunia, profesi yang kendati sudah ada sejak zaman purba namun tidak pernah mendapatkan pembenaran dari seluruh budaya manusia,profesi yang selalu menjadi musuh setiap peradaban justru telah dipilih oleh sebagian pelajar di negara kita, praktek pelacuran pada zaman sekarang tidak hanya di lakukan orang dewasa, malaikan juga olah pelajar,profesional 248 bagi generasi orang tua sekarang pasti tidak akan pernah membayangkan akan hadirnya suatu zaman dimana banyak pelajar SMP yang dengan sadar sudah menekuni profesi sebagai pelacur, menurut ketua Pimpinan wilayah Muhamadiyah Agus Suradika mengatakan, ” para remaja saat ini dapat dikatakan sedang menghadapi tantangan yang sangat berat, 247 Undang-Undang Pronografi, Undang-Undang RI, Nomor 44 Tahun 2008. Jakarta, Tim Redaksi Fokus Media, 2008, h.4. 248 Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau Ababil, edisi 14-31 Juli 2013, h.7 yaitu apa yang dipelajari di sekolah semuanya nyaris bertentangan dengan realitas yang ada di masyarakat ” 249 , oleh karena itulah dikatakan pada perda no 8, ayat 2, siapapun dilarang bermesra- mesraan, berpelukan dan atau berciuman yang mengarah kepada hubungan seksual, baik di tempat umum atau tempat-tempat yang kelihatan oleh umum, dalam Islam Al- Qur’an surat An-nuur ayat 30-31, mengatur tentang pergaulan dan kesopanan dalam berinteraksi agar tidak menimbulkan perbuatan yang menjurus pada perzinaan 250 Ketika di sekolah mereka belajar tentang kesantunan, kesopanan, kejujuran, kesederhanaan,serta diajari tentang cara berpakaian yang sopan, namun mereka melihat kenyataan yang ada justru tidak seperti apa yang diajarkan di sekolah, setidaknya itulah yang yang ditampilkan oleh televisi, kotak ajaib yang oleh manusia sekarang telah dianggap sebagai guru kehidupan. Prostitusi di indonesia merupakan salah satu fenomena yang akrab di telinga masyarakat, dari waktu ke waktu kasus itu semakin meningkat, tidak hanya dari segi kuatitas tetapi juga modusnya, prostitusi anak merupakan modus yang belakangan ini terekspose di media masa, di Surabaya NA 15 terciduk sebagai mucikari atau 249 Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau Ababil, edisi 14-31 Juli 2013, h. 7 250 Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung .Qs. AN- Nuur ayat 30-31. agen yang menawarkan “jasa” teman-temannya dan bahkan kakak kandungnya sendiri,di Jawa Tengah kasus prostitusi pelajar SMU juga terangkat 251 . Kasus prostitusi anak sejatinya bukan hanya masalah jangka pendek yang dapat ditangani seperti dokter menangani pasien yang menserita sakit fisik saja, prostitusi tidak hanya menimbulan sakit fisik dan biologis semata, tetapi dampak psikis dari penyimpangan itu jauh lebih panjang dan rumit.dalam konteks anak menjadi korban prostitusi akibat perdagangan orang trafiking, dapat menimbulkan trauma psikis yang dalam sehingga konsep dirinya menjadi tidak lagi jelas dan sehat selanjutnya dapat kita lihat pada pasal 8, setiap masyarakat berkewajiban untuk melaporkan kepada petugas yang berwenang apabila ia mengetahui langsung kegiatan pelacuran, masyarakat sepatutnya memperkokoh fungsi kontrolnya kepada setiap individu, bukan berarti masyarakat turut campur terhadap hak masing-masing anggotanya, tetapi paling tidak menjalankan perannya sebagai pengawal tata nilai dan norma yang akhirnya bisa mengarahkan perilaku moral masyarakat, hal tersebut sesuai dengan Undang- Undang Pornogarafi Bab III, tentang perlindungan anak, disebutkan pada pasal 16 ayat 1: Pemerintah, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan , keluarga, dan atau masyarakat berkewajiban memberikan pembinaan, pendampingan, serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku pornografi 252 Pertentangan perda pelacuran datang dari LBH perempuan yang menganggap perda tersebut mengekang hak perempuan karena ada isu salah tangkap terhadap seorang perempuan pekerja dan seorang istri guru karena adanya jam malam .padahal jam 251 Pada kasus NA, orang tua NA, mengatakan bahwa dirinya mengetahui hampir setiap sore sampai malam NA keluar rumah tetapi tidak tau apa yang dilakukan oleh NA di luar rumah. Tidak perlu diperdebatkan lagi untuk kasus dan fenomena di atas sebagai salah satu bentuk perilaku sosial yang menyimpang karena perilaku tersebut tidak bisa diterima oleh norma dan aturan sosial manapun dan nilai kemanusiaan apappun .Dalam perspektif perilaku menyimpang deviasi ini termasuk dalam tindakan non conform.Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak Galau Ababil, edisi 14-31 Juli 2013, h. 48 252 Tim Redaksi Fokus Media, Undang-Undang Pronografi, Undang- Undang RI, Nomor 44 Tahun 2008. malam tersebut tidak ada, dan wanita tersebut memang benar seorang PSK, karena sebelum ditanggap telah di awasi dalam waktu yang lama. Nama kotamadya Tangerang belakangan menjadi makin populer setelah pemberlakuan perda nomor 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran mengundang kontroversi, semangat walikota Tangerang walikota Wahidin Halim untuk membersihkan kota Tangerang dari pelacuran itu tampaknya masih akan menghadapi kendala, hambatan terutama datang dari pihak-pihak yang melihat perda itu sebagai upaya pembatasan aktivitas kaum perempuan. Menurut Wahidin, dalam mencegah kemungkaran, seperti membersihkan kota dari pelacuran, minuman keras, kriminalitas dan berbagai penyakit sosial lainnya, sangat memerlukan peran aktif masyarakat, dalam pandangan Wahidin, jika kita berada di masjid, lalu mendengar ada orang berbuat zina, mencuri dan membunuh, terus kita dalam hati membenarkannya, maka kita memiliki derajat yang sama dengan pelaku kemungkaran itu. Kita wajib mencegahnya dengan tindakan, jika tidak mampu, maka harus mencegahnya dengan lisan, setidaknya, membenci kemungkaran itu dengan hati, prinsip ini, tampaknya, yang menyemangati diberlakukannya perda tentang pelarangan pelacuran di kota Tangerang, sebagai salah satu langkah untuk menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia. Menurut Shoimah Kastolani,selaku pimpinan pusat Muhamadiyah menuturkan ,”Salah satu faktor yang mendukung pelajar memilih jalannya di dunia hedonis nan glamor adalah sistem pendidikan yang tidak memihak pada kebudayaan bangsa ” 253 . Hal tersebut di respon oleh pemerintah kota Tangerang dengan mengeluarkan perda nomor 8, agar dapat meminimalisir terjadinya kebebasan bergaul di kalangan pelajar karena pagar peraturan daerah yang merujuk pada aturan dan ajaran Islam. Peraturan Daerah ini disosialisasikan dengan berbagai cara diantaranya adalah : 1. Pemasangan spanduk di setiap sudut Kota Tangerang. 253 Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau Ababil, edisi 14-31 Juli 2013h. 11 2. Penyebaran lembaran Peraturan Daerah ke setiap sekolah. 3. Walikota, anggota DPRD, Kepolisian berkeliling ke setiap sekolah dalam uapacara setiap hari Senin secara bergilir. 4. Ketersediaan buku-buku yang berhubungan dengan Perda di perpustakaan Kota Tangerang. 5. Melalui pemberitaan Media Koran lokal 6. Melalui Website Kota Tangerang. 97

BAB IV IMPLEMENTASI DAN DAMPAK KEBIJAKAN PERDA