B. PROSES LAHIR PERATURAN DAERAH KOTA
TANGERANG 1.Peran Walikota dan DPRD Dalam Melahirkan Perda
dan Perwal
Upaya untuk mencapai visi pendidikan dengan mutu tinggi dan cakupan yang luas diperlukan kebijakan yang konsisten agar
mutu pendidikan dapat di capai
158
, legislatif DPR-RI mengeluarkan undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisitem
Pendidikan Nasional yang pada pokoknya adalah menjamin kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi managemen pendidikan, hal ini dilakukan untuk menghadapi tantangan dan perubahan baik kehidupan lokal sebagai
konsekuensi otonomi daerah undang-undang nomor 22 tahun 1999 dan undang-undang nomor 25 tahun 1999.
Salah satu kewajiban kepala daerah dalam rangka pengelenggaran pemerintahan adalah pengambilan keputusan.
Kemampuan pengambilan keputusan banyak dipengaruhi oleh variabel pribadi dari kepala daerah itu sendiri
159
. Pada pemilihan kepala daerah Kota Tangerang tahun 2008 di gelar banyak
kalangan memastikan bahwa incumbent walikota Wahidin Halim WH akan terpilih kembali dipercaya masyarakat untuk memimpin
Kota Tangerang hingga 2013, hal tersebut dapat dimaklumi karena keberhasilannya memimpin Kota Tangerang pada periode pertama
2004-2009
160
, dengan berpikiran bahwa bekerja itu adalah ibadah Wahidin Halim mengatakan :
158
Emzir, dkk, Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta, Ghalia Indinesia.h.15
159
J.Kaloh, Kepala Daerah Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Perilaku Kepala Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama,2003 h.169-170.
160
Wahidin Halim dianggap berhasil, baik dalam pembangunan fisik maupun pembangunan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat Kota Tangerang
begitu cinta terhadapWH. Kecintaan mereka dibuktikan ketika KPUD Kota Tangerang mengumumkan hasil akhir perolehan suara Pilkada Kota Tangerang
Kamis 30 Oktober 2008. Hampir di seluruh tempat pemungutan suara TPS, pasangan Wahidin Halim
– Arief menang mutlak. Indra Setiawan dkk, Dibalik
“Setiap pribadi, setiap komponen masyarakat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kota Tangerang,
memiliki kewajiban untuk memberdayakan Kota Tangerang ke wilayah yang lebih beradab, kewajiban membangun kota
yang beradab ini, sebagai upaya untuk menciptakan iklim masyarakat madani, masyarakat sipil yang memiliki
kewibawaan, yang di dalamnya tumbuh nilai-nilai moral dan nilai-nilai kebajikan yang tinggi
”.
161
.
Menurut Wahidin Halim, ” Masyarakat madani adalah masyarakat yang
mengedepankan prosedur-prosedur
demokrasi dan
masyarakat yang menjunjung tinggi etos kerja serta memahami
peran masing-masing
dalam masyarakat,
masyarakat madani juga mencoba menyuguhkan berbagai jawaban untuk menyeimbangkan sarana dan tujuan dalam
mencapai tatanan sosial ideal ”
162
. Selanjutnya Wahidin Halim berpendapat ,
“Dalam mewujudkan kebijakan pengembangan Kota Tangerang dan semangat desentralisasi dari pusat, maka
pengambil keputusan yang lebih besar di tingkat kota harus didukung oleh efisiensi birokrasi dan pelayanan, begitupun
dengan potensi penduduk kota yang besar merupakan aset kota harus diberdayakan untuk mencapai manfaat sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan masyarakat kota mandiri . Ketika membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil
mutlak harus sesuai dengan kondisi daerah yang
Kesuksesan WH, Satu Dekade Pimpin Kota Tangerang Tangerang, Pemkot Tangerang, h. 3-4
161
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah, jakarta, Auracitra, 2005, h.70
162
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah, jakarta, Auracitra, 2005, h. 104
bersangkutan baik itu masalah kebutuhan maupun potensi daerah yang bersangkutan. Konsekwensi logisnya penelitian
mendalam tentang keadaan tiap daerah perlu dilakukan guna mendapatkan informasi dan data yang berguna bagi
penentuan rencana pembangunan secara tepat
”
163
. Pemerintah Kota Tangerang adalah fasilitator antara
kebutuhan pasar dan warga masyarakat. Kota Tangerang yang di dalamnya tumbuh beragam kultur perlu melibatkan pasar, warga
masyarakat dan negara dalam proses pembangunan pemerintahan. Jika realitas sosial ekonomi politik kondusif secara otomatis warga
akan mendapatkan keuntungan dalam proses kelangsungan dalam kehidupan sehari-hari, dan posisi negara dalam kontek ini hanya
jadi fasilitator antara kebutuhan pasar dan warga masyarakat.
Komponen yang
memiliki peranan
penting dalam
mengakselerasi kebijakan publik itu adalah komponen eksekutif atau aparatur negara dan komponen legislatif atau anggota DPR,
dalam hal ini DPRD. Dua komponen ini, mau tidak mau harus mampu memberi kontribusi yang positif bagi perkembangan dan
pertumbuhan warga, tanpa kontribusiyang positif, dua komponen penyangga itu hanya menjadi bagian dari masyarakat bukan inti
dari jantung kehidupan Kota Tangerang, padahal tanpa keterlibatan aktif dari eksekutif dan legislatif, kehidupan di suatu daerah, seperti
wilayah mati tak bertuan menjalani ritual kehidupan sehari-hari tanpa roh.
a. Pendidikan dalam Pandangan Walikota Wahidin Halim
Kepedulian walikota Wahidin Halim terhadap persoalan sosial terutama dunia pendidikan, ia wujudkan dengan membentuk
sebuah lembaga, yakni yayasan kemanusiaan Nurani Kami pada tahun 1977, yayasan ini sampai sekarang mampu memberikan
beasiswa kepada 150 orang, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, ketika ekonomi krisis melanda, ia pun
163
Wahidin Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban Akhlakul Karimah, Jakarta, Auracitra 2011, cet 2 h.86
harus bekerja lebih keras lagi mengingat jumlah anak putus sekolah kian bertambah.
Bertolak pada pengalaman yang dialami oleh Wahidin Halim pada saat masih usia sekolah SD sampai SMP, sekolah rusak
sekolah tidak ada yang layak, akses jalan menuju sekolah tanah berlumpur dan berbatu gaji orang tua sebagai kepala sekolah di SD
pinang dan di SD Poris Plawad kecil sehingga sulit untuk menyekolahkan kedelapan anaknya.
164
Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dilatarbelakangi pemikiran bahwa umumnya lulusan SMU tidak
dapat mengisi pasar kerja yang ada di Kota Tangerang karena dinilai banyak yang tidak memiliki kemampuan dan keahlian di
bidang pekerjaan yang dibutuhkan penyedia kerja, pemberian insentif guru negeriswastaMTs setiap bulan, dilatarbelakangi
pemikiran bahwa dalam rangka memberikan motivasi dan meningkatkan kesejahteraan para guru non diskriminasi, maka
diharapkan dalam mendidik anak-anak menjadi semakin baik Perda pendidikan adalah hasil pemikiran bersama antara
walikota Tangerang dengan anggota DPRD Kota Tangerang yang memang sepakat untuk meningkatkan dan mempermudah
masyarakat dalam memperoleh pendidikan di Kota Tangerang, dalam perda pendidikan, banyak pasal yang membela kepada
masyarakat lemah agar dapat mengenyam pendidikan dan juga pasal yang mendorong pada perilaku masyarakat agar tercipta kota
yang berahlakul karimah, setelah adanya otonomi daerah pendidikan menjadi salah satu urusan daerah yang meliputi guru,
anggaran dan bangunan sekolah
165
, dengan tersedianya fasilitas pendidikan yang memadai diharapkan mampu mendongkrak mutu
pendidikan.
164
Wawancara dengan H. Abdul Syukur , Anggota DPRD Kota tangerang Periode 1999- 2004 Anggota DPRD Kota Tangerang Periode 2004 -
2008 Anggota DPRD Propinsi Banten Tahun 2008 – 2014.Bakal Calon Walikota
Tangerang Tahun 2014-2018 Adik Kandung dari Walikota Tangerang H. Wahidin Halim Selasa 26 Maret 2013..
165
Wawancara dengan bapak Ir. Suratno Abubakar tanggal 23 Maret 2013 Anggota DPRD Kota Tangerang periode 2004
– 2008 Ketua Komisi A DPRD Kota Tangerag 2008-2014 Bakal Calon Walikota Tangerang 2014
– 2018
Sehingga pada saat menjadi walikota tepatnya di tahun 2006 bersama DPRD sepakat membangun sekolah bertingkat
sebanyak 240 sekolah sehingga dana yang dikeluarkan untuk pendidikan menghabiskan 48
166
dari APBD, pada saat itu kas daerah tidak mencukupi, pembangunan sekolah sehingga di cari
cara agar pembangunan sekolah dapat terselesaikan, yaitu dengan cara investasi kontraktor dengan 3 kali APBD, walaupun ada pihak
bank yang akan membantu dengan cara pinjaman tapi itu tidak dilakukan. begitu pula, menurut Wahidin.
Pembangunan kota Tangerang berorietasi pada masyarakat madani sehingga semua komponen yang ada harus melihat arah
pembangunan yang berpijak pada kepentingan masyarakat secara keseluruhan, bukan kepentingan yang bertumpu pada pribadi-
pribadi atau kelompok-kelompok, sebagai jembatan untuk semua komponen itu adalah tunggal : Akhlakul Karimah
167
, visi Akhlakul Karimah menuntut semua komponen masyarakat terlibat dan bukan
saja komponen birokrasi tetapi juga masyarakat yang berada di luar birokrasi pemerintah.
Visi Akhlakul Karimah menjadi visi walikota Wahidin Halim dalam memimpin kota Tangerang selama 2 periode, doktrin
kerja itu ibadah merupakan ajaran pertama dari konsep akhlakul karimah, substansi kerja bukan hanya untuk menggelambungkan
perut saja tetapi kerja adalah untuk menata hidup untuk lebih baik lagi, menata generasi keluarga ke depan agar memiliki kehidupan
yang layak, kehidupan yang layak akan menciptakan generasi yang tangguh, generasi yang mampu menciptakan kehidupan yang lebih
baik, generasi yang punya itikad membangun peradaban dengan
166
Lihat Anggaran Pendidikan Kota tangerang pada tahun 2004.Dinas pendidikan Kota tangerang
167
Visi Akhlakul Karimah secara substantif bukan hanya milik warga muslim saja, meski secara penanaman Akhlakul Karimah diambil dari teks-teks
Al_Qur’an .Penanaman Akhlakul Karimah hanya sebagai cara komunikasi ke ruang-ruang publik, agar mudah diserap dan mudah diingat, yang pasti menurut
WH visi Akhlakul Karimah juga melihat perbedaan ras, suku dan perbedaan berpendapat yang bermuara bagi terwujudnya masyarakat madani. Wahidin
Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban Akhlakul Karimah, Jakarta, Auracitra 2011, cet 2 h.104
Akhlak Mulia, dan itu semua bisa dicapai jika mempunyai niat untuk membangun hari esok yang lebih baik.
Cukup menarik menyimak upaya Wahidin Halim untuk menjadikan
warganya sebagai
masyarakat madani
yang berakhlakul karimah. Slogan-slogan akhlakul karimah, misalnya,
saat ini terpampang hampir di semua sudut Kotamadya Tangerang. Sementara, staf dan jajaran di kantornya, dianjurkan berpakaian
seislami mungkin, ruang rapat di gedung pemdapun dinamai
“Ruang Akhlakul Karimah”.
Wahidin Halim mengusulkan kepada DPRD Kota Tangerang untuk melahirkan Perda Pendidikan, Perda Pelarangan
Minuman beralkohol di Kota Tangerang
168
dan Perda Pelarangan Pelacuran
169
, Saat masih menjadi raperda larangan minuman beralkohol dan pelarangan pelacuran, DPRD sempat menunda
pengesahan dua raperda tersebut karena dianggap kontroversial.
170
168
Keprihatinan Wahidin Halim selaku walikota saat suatu hari di datangi oleh seorang ibu yang mengadukan putranya yang tertangkap polisi
karena mabuk dan berjudi padahal dia dari keluarga miskin, hal ini terjadi bukan satu atau dua orang melainkan banyak, keprihatinan ini disampaikan oleh bapak
Wahidin Halim di hadapan anggota DPRD Kota Tangerang sambil menangis, Wawancara dengan H. Abdul Syukur , Anggota DPRD Kota Tangerang Periode
1999- 2004 anggota DPRD kota Tangerang Periode 2004 -2008 anggota DPRD Propinsi Banten Tahun 2008
– 2014.Bakal Calon walikota Tangerang tahun 2014-2018 adik kandung dari Walikota Tangerang H. Wahidin Halim Selasa 26
Maret 2013
169
Banyaknya PSK wanita dan waria yang mangkal di sepanjang jalan di daerah Kota Tangerang seperti di depan Kodim, sepanjang jalan Moch. Yamin
, Jalan Daan Mogot, sepanjang pinggiran sungai cisadane , dan hal ini mengganggu pemandangan kota.juga menggangu pelajar karena di sepanjang
jalan Moch Yamin terdapat banyak sekolah SMP SMA dan SMK, kemudian banyaknya waria dan PSK yang terkena penyakit kelamin AIDS hingga
meninggal.PSK yang beropersi di Tangerang yang berjumlah mendekati angka 400 orang disinyalir adalah PSK yang termarjinalkan atau tidak mampu
beroperasi di Jakarta. Wawancara dengan H. Abdul Syukur , Anggota DPRD Kota Tangerang periode 1999- 2004 anggota DPRD Kota Tangerang periode
2004 -2008 anggota DPRD propinsi Banten tahun 2008
– 2014. Bakal calon walikota Tangerang tahun 2014-2018 adik kandung dari walikota Tangerang H.
Wahidin HalimSelasa 26 Maret 2013
170
Sejak raperda tersebut masih berupa wacana ada kelompok yang menolak, lantaran perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan politisi yang
menjadi anggota DPRD Kota Tangerang, mereka menolak berpendapat jika keberadaan dua Raperda tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
Bagaimana sesungguhnya konsep dan pemikiran walikota yang juga dikenal sebagai dai dan sufi kontemporer itu dalam
membangun wilayah dan masyarakatnya, Semua itu tertuang dalam buku terbarunya yang diberi judul Piagam Akhlakul Karimah,
171
. buku ini menegaskan niat Wahidin Halim untuk menegakkan
Akhlakul Karimah di Kota Tangerang, sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw ketika memerintah Wahidin Halim membeberkan
bahwa pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan berkeadilan sosial, dapat dibangun melalui konsep-konsep yang Islami dengan
menempatkan kerja sebagai ibadah dan kekuasaan sebagai amanat Allah swt untuk mengabdi pada masyarakat
172
, dan salah satu kunci
terpenting untuk itu adalah kesalehan individu para pemimpinnya.
Kepemimpinan walikota Wahidin Halim banyak terinspirasi oleh pemimpin-pemimpin Islam, Ia
menuturkan: “Terinspirasi dari kepemimpinan Umar bin Khatab
yang melayani rakyatnya dan merasa berdosa bila ada rakyatnya yang menderita karena keteledoran dirinya
sebagai pemimpin, pemimpin yang besar , pemimpin yang agung, ia haruslah seorang tokoh yang melayani rakyatnya
dengan baik. kebiasaan melayani orang lain membuat diri tidak jadi sombong, orang yang suka melayani akan selalu
berendah diri, berendah hati memperlihatkan segala kelebihannya, dia tidak pernah menguku-ngaku dirinya
bahkan malah sebaliknya. Kepemimpinan Imam Khomaeni menjadi teladan bagi pemimpin manapun dimana Iman
Khomaeni mampu menjadi salah satu pemimpin spiritual dan sekaligus pimpinan negara yang dihormati dan disegani
karena dimulai dari pribadi yang mampu memanajemi
undangan di atasnya dan dianggap melanggar hak asasi manusia. Wahidin Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang Menuju Masyarakat Berperadaban Akhlakul
Karimah, Jakarta, Auracitra 2011, cet 2 h.32.
171
Wahudin Halim, Piagam Akhlakul Karimah, Meretas Jalan Masyarakat Madani Jakarta, , 2006 h. 10
172
http:myidenty.blogspot.com200708memahami-pemikiran-dai- birokrat.html
dirinya sendiri dan pribadi yang demikian biasanya sukses melayani orang lain.
173
Kebijakan bidang
pendidikan ditujukan
untuk menghasilkan SDM yang tidak hanya pandai secara akademik,
namun juga harus mempunyai kwalitas pada pasar kerja. Pendidikan lebih ditujukan untuk mencetak manusia dewasa yang
mandiri dari kehidupan bermayarakat yang bertanggung jawab dan tahu akan kelebihan serta kekurangan dirinya. sehingga
menjadi pribadi-pribadi yang penuh perhatian dan perduli terhadap sesama. Untuk mencapai tujuan itu ada beberapa
persoalan yang perlu di perhatikandalam membangun bidang pendidikan, yaitu 1 kualitas pendidikan, dimana di dalamnya
termasuk kualitas kurikulum, kualitas guru, dan kualitas manajemen pendidikan. 2 kesetaraan dan akdebilitas untuk
memperoleh pelayanan pendidikan baik sarana mau pun prasarana, peningkatan pelayanan mencakup program prioritas
sbb :
1. Belum meratanya kesempatan memperoleh pendidikan
2. Tingkat dasar, terutama untuk menjangkau masyarakat
kurang mampu. 3.
Masih tingginya angka putus sekolah, buta huruf. 4.
Masih rendahnya partisipasi sekolah tingkat SLTP, SMA dan MA.
5. Belum sesuai mutu dan muatan kurikulum dan kebutuhan
dasar tenaga kerja yang tercermin dari banyaknya lulusan yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan.
6. Pendidikan luar sekolah masih kurang dapat perhatian dari
pemerintah. 7.
Masih rendahnya pelayanan pendidikan dan belum adanya standar pelayanan minimal yang sesuai dengan kondisi
Kota Tangerang. 8.
Kurang memadainya kualitas guru 9.
Masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
173
Wahidin Halim, Management Spiritual, Jakarta, Melibas, 2004, h.15
10. Sarana dan prasarana pendidikan dalam jumlah dan kualitas
masih dirasakan kurang, terutama di pinggiran Kota Tangerang.
174
Dalam kaitan itu, menurut Wahidin : “Tiap komponen masyarakat juga memiliki peran
penting dalam menciptakan good governance, bukan hanya para birokrat, dengan demikian, untuk membangun kultur
birokrasi yang sehat juga memerlukan peran masyarakat. tanpa dukungan mayarakat, birokrasi pemerintahan akan
berjalan tanpa pijakan yang benar dan terarah. Disinilah kerja sama antar berbagai komponen masyarakat dengan unsur-
unsur birokrasi menjadi sangat urgen, tidak mungkin, misalnya, salah satu pihak menegakkan nilai-nilai akhlakul
karimah tanpa dukungan pihak lain
“
175
. Dari pemikiran-pemikiran Walikota tersebut di atas, maka
peran Walikota Tangerang dalam melahirkan perda seperti tersebut adalah :
174
Wahidin Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban Akhlakul Karimah, Jakarta, Auracitra 2011, cet 2 h.91-92.
175
Begitu pula, menurut Wahidin, dalam mencegah kemungkaran, seperti membersihkan kota dari pelacuran, minuman keras, kriminalitas dan
berbagai penyakit sosial lainnya, sangat memerlukan peran aktif masyarakat. Dalam pandangan Wahidin, jika kita berada di masjid, lalu mendengar ada orang
berbuat zina, mencuri dan membunuh, terus kita dalam hati membenarkannya, maka kita memiliki derajat yang sama dengan pelaku kemungkaran itu Kita
wajib mencegahnya dengan tindakan. Jika tidak mampu, maka harus mencegahnya dengan lisan. Setidaknya, membenci kemungkaran itu dengan hati.
Prinsip ini, tampaknya, yang menyemangati diberlakukannya Perda tentang Pelarangan Pelacuran di Kota Tangerang, sebagai salah satu langkah untuk
menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia.
Selain prinsip-prinsip di atas, buku ini juga berbicara tentang kebersihan, disiplin kerja, pentingnya
berpikir positif, ijtihad, dan keadilan sosial. Semua itu dituturkan dalam bahasa yang popular, sehingga menarik dibaca dan mudah dipahami siapa
saja. Menurut Harry Mulya Zein, buku ini perlu dibaca untuk lebih memahami semangat Perda tentang Pelarangan Pelacuran yang cukup
kontroversial itu.Wahidin Halim, Piagam Akhlakul karimah, Tangerang melibas, 2008,h. 9.
a. Menyampaikan
usulan rancangan
Perda Raperda
Pendidikan dalam rapat paripurna Dewan pada tanggal 13 April 2007
176
. b.
Menyampaikan surat
walikota Tangerang
nomor :
188.341041-Kumdang2005 tanggal 28 Juni 2005 Perihal Rancangan Perda Raperda Pelarangan Prostitusi dan
Pelarangan Minuman Keras
177
. c.
Menyampaikan rasa prihatin dalam sidang paripurna DPRD Kota Tangerang, karena penundaan pengesahan Raperda
Pelarangan Prostitusi dan Pelarangan Minuman Keras
178
2.Peran DPRD Dalam Melahirkan Perda
Peranan lembaga Legislatif daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah mendukung terlaksananya pemerintahan
daerah yang efisien dan efektif bagi tercapainya tujuan untuk kemajuan daerah tersebut, menurut S
oedijarto,” salah satu ciri utama dari sistem pemerintahan yang demokratis adalah suatu
model penyelenggaraan pemerintahannya dilaksanakan atas persetujuannya rakyat yang diperintah.
179
Dengan pemikirannya yang tertuang dalam buku-buku karangan walikota Wahidin Halim tentang pendidikan maka
bekerja dengan DPRD Kota Tangerang merancang berbagai peraturan daerah yang mengarah pada kemajuan pendidikan untuk
Kota Tangerang.
Rancangan peraturan daerah Raperda dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah Gubernur, Bupati, atau Walikota.
raperda yang disiapkan oleh kepala daerah disampaikan kepada DPRD, sedangkan raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan
176
Lihat Lembaran Surat Keputusan Bersama Antara DPRD Kota Tangerang dan Walikota Tangerang Nomor 188.34 KEP.014.DPRD 2007.
177
Lihat Lembaran Surat Keputusan Bersama Antara DPRD Kota Tangerang dan Walikota Tangerang Nomor 172.4 KEP.PIM 011.DPRD VII
2005.
178
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH, satu Dekade Pimpin Kota Tangerang, Tangerang, Ardiansyah h. 31-33
179
Soedijarto, Kedudukan dan Peranan Lembaga Legislatif Daerah, Pidato pada acara Diklat Akselensi Legislatif Bagi Anggota DPRD Se Propinsi
Banten, Tanggal 1 Oktober Tahun 2002.
oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau bupatiwali
kota, pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat komisipanitiaalat kelengkapan DPRD
yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna
180
. Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan
Gubernur atau BupatiWalikota disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Gubernur atau bupatiwalikota untuk disahkan menjadi
perda, dalam jangka waktu palinglambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama, raperda tersebut disahkan oleh gubernur atau
bupatiwalikota dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan gubernur atau
bupatiwalikota, jika dalam waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui bersama tidak ditandangani oleh gubernur atau
bupatiwalikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan.
Susunan pimpinan dan anggota panitia khusus Raperda penyelenggaraan pendidikan di ketahui dari surat keputusan
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang nomor 171KEP.013-PIM.DPRD2007 tentang pembentukan
panitia khusus pembahasan raperda penyelenggaraan pendidikan Kota Tangerang :
Tabel 3.1 Susunan Panitia Khusus Raperda Pendidikan
No Nama
Jabatan Keterangan
1 Drs.H.M.Krisna Gunata Koordinator
F.Golkar 2
Ir.Moh.Bonnie Mufizar Wk.Koordinator F.PKS
3 Herry Rumawatine,S.H
Wk.Koordinator F.Demokrat 4
Drs.PO Abbas Sunarya Ketua
F.Golkar 5
Drs.H.Deddi Rustandi Wk.Ketua
F.PAN 6
Asep Mulyawan,S.Pd Sekretaris
F.PKS
180
Lembaran Pemandangan Umum Fraksi-fraksi Dewan Perwakilan rakyat Daerah Kota tangerang Terhadap Pengatar nota Keuangan Rancangan
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tangerang Tahun Anggaran 2004,.h. .24.
7 Hj. Ulfah
Anggota F.Golkar
8 Saeroji
Anggota F.PKS
9 John Alfred Nikijuluw
Anggota F.Demokrat
10 Sakti Nasution
Anggota F.Demokrat
11 M.Happy Dwi Atmoko
Anggota F.PDIP
12 Dra.Yati Rohayati
Anggota F.PPP
13 Ir.Suratno Abubakar
Anggota F.PAN
14 H.Endang Zulkarnain
Anggota F.K.Benteng
15 Saiful Millah
Anggota F.K.Benteng
Sumber : Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kota Tangerang
Selanjutnya setelah panitia bekerja membahas raperda tersebut maka keluarlah surat keputusan bersama antara Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang dengan Walikota Tangerang dengan nomor surat : 188.34KEP.014.DPRD2007-
188.34KEP.120.KUMDANG2007 tentang persetujuan terhadap 4 empat buah raperda Kota Tangerang yaitu :
a.
Raperda tentang Penyelenggaraan Pendidikan b.
Raperda tentang Rencana Detail Tata ruang Kecamatan Benda
c. Raperda tentang Retribusi Izin Gangguan
d. Raperda tentang pencabutan perda Kota Tangerang no 3
tahun 2001 tentang Retrebusi Dispensasi Pemakaian Jalan Surat keputusan ini ditandatangani oleh walikota
Tangerang H. Wahidin Halim dengan ketua DPRD Kota tangerang H.M. Krisna Gunata pada tanggal 20 Juni 2007, dengan tembusan
kepada gubernur Banten, pimpinan dan para anggota DPRD Kota Tangerang dan unsur Muspida
181
Surat keputusan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD nomor
188.34KEP.023-DPRD2005- 188.34KEP.147KUMDANG2005 tentang persetujuan terhadap 2
dua buah rancangan peraturan daerah Kota Tangerang menjadi peraturan daerah Kota Tangerang, dengan menimbang dilakukan
pembahasan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku, serta
181
Lembaran Surat Keputusan bersama yang di keluarkan oleh Kantor DPRD Kota Tangerang. Tahun 2007.
dengan mempertimbangkan pendapat akhir fraksi DPRD Kota Tangerang pada rapat paripurna hari Senin tanggal 21 Nopember
2005, rancangan peraturan daerah bisa diterima dan disetujui menjadi peraturan daerah, dan dengan pertimbangan bersama
selanjutnya DPRD Kota Tangerang beserta Walikota Tangerang menyetujui rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah
kota Tangerang adapun kedua rancangan perda itu adalah :
1. Raperda tentang Pelarangan Prostitusi,
2. Raperda tentang Pelarangan Pengadaan dan Penjualan
Minuman Beralkohol. Selanjutnya surat keputusan bersama ini di tandatangani
oleh walikota Tangerang Wahidin Halim bersama ketua DPRD Kota tangerang M.Krisna Gunata di Tangerang pada Tanggal 21
Nopember 2005, surat keputusan ini di sampaikan kepada Gubernur Banten , pimpinan dan anggota DPRD kota Tangerang,
dan unsur muspida
182
. Keberadaan peraturan walikota Perwal nomor 54 tahu
2008 tentang Larangan Merokok bagi pelajar, Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah merupakan peraturan yang hanya dibuat oleh
eksekutif, dan tidak melibatkan legislatif DPRD, perwal ini berkembang menjadi peraturan daerah Perda nomor 5 tahun
2010 tentang kawasan tanpa rokok, dengan tujuan utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Tangerang, maka
diperlukan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk senantiasa membiasakan hidup
sehat, sedangkan Perwal bertujuan untuk melindungi siswa dari bahaya kesehatan akibat merokok, mencegah bertambahnya
perokok remaja atau perokok pemula dan untuk menciptakan lingkunagan sekolah yang sehat tanpa asap rokok, sehingga perlu
ada pengaturan merokok dan penetapan lingkungan sekolah sebagai kawasan bebas rokok.
Merokok menurut walikota Wahidin Halim bukan hanya terkait dengan biaya kesehatan, tapi juga bagaimana
masyarakat Kota Tangerang mampu membiasakan hidup sehat, salah satunya tanpa asap rokok, negara tak mungkin
182
Lembaran Surat Keputusan bersama yang di keluarkan oleh Kantor DPRD Kota Tangerang. Tahun 2005.
melarang peredaran rokok di Kota Tangerang. Kendati demikian, ada cara untuk bisa menuju hidup sehat melalui
pembatasan rokok
183
”. Perda dan Perwal ini merupakan komitmen dari pemda
dalam memerangi bahaya rokok dengan tujuan melindungi kesehatan dari bahaya akibat merokok, penegakan dan
pelakasanaan perda ini dimulai dari lingkungan pusat pemerintahan Kota Tangerang, walikota kemudian menginstruksikan kepada
kepala Dinas Kesehatan, kepala Dinas Pendidikan, Camat dan Lurah se kota Tangerang untuk melaksanakan sosialisasi dan
penyuluhan
184
C.
Perda Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pendidikan di Kota Tangerang
Lahirnya peraturan daerah nomor 11 tahun 2007 tentang
pendidikan di dasarkan pada undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, serta undang-undang nomor 33 Tahun
2004 tentang perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta undang-undang nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen
185
Selanjutnya lahirnya peraturan daerah ini dengan menimbang bertujuan untuk menyelenggrakan pendidikan yang diarahkan pada
perwujudan masyarakat yang beriman, bertakwa, berbudaya dan berakhlak mulia, serta memiliki kualitas sumber daya manusia
yang dapat diandalkan dalam pembangunan, serta untuk melaksanakan wewenang dan mewujudkan kemandirian daerah
dalam
bidang pendidikan,
perlua adanya
pengaturan penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan menurut norma-
183
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH,Satu Dekade Pimpin Kota Tangerang. Puspem Kota Tangerang, h. 113.
184
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH,Satu Dekade Pimpin Kota Tangerang. Puspem Kota Tangerang, h. 114.
185
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang, Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h. 2.
norma yang mengacu pada sitem pendidikan nasional dan berpedoman pada program pembangunan nasional
186
. Perda Pendidikan yang akan di teliti disini adalah yang
berkaitan dengan penambahan jam PAI dari 2 jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran yang masuk pada bagian kebijakan bidang
kurikulum serta kebijakan yang mengatur masalah anggaran pendidikan.
1.
Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan
Pada bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan pasal 4, disebutkan bahwa, pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan
pengendalian mutu
layanan pemdidikan
187
, selanjutnya
dalam bagian
ketiga tentang
penyelenggaraan pendidikan dan managemen pendidikan formal pasal, pada pasal 12, ditulis, dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah, pengawas sekolah dan kepala sekolah dapat mengoptimalkan peran dan fungsi gugus sekolah, melalui Pusat
Kegiatan Guru PKG, Kelompok Kerja Guru KKG, Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP, Musyawarah Guru Pembimbing,
Kelompok Kerja Kepala SekolahK3S dan organisasi profesi pendidik lainnya dalam penyelenggaraan pendidikan, selanjutnya
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus mengarah pada upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu melalui pembentukan komite sekolahmadrasah.
HAR Tilaar berpend apat, “ Pendidikan merupakan suatu
proses yang bertujuan, setiap proses yang bertujuan tentunya mempunyai ukuran dalam mencapai tujuan tersebut”
188
.
186
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang, Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h. 1.
187
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang, Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h12.
188
Dalam konteks pendidikan nasional Indonesia diperlukan standar yang perlu dicapai di dalam kurun waktu tertentu di dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan. Hal ini berarti perlu perumusan yang jelas dan terarah dan fisible mengenai tujuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan dapat berupa
tujuan ideal, tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah dan rencana strategis yang terlihat dengan keadaan dan waktu tertentu. Apabila sebagai syarat
Selanjutnya menurut Paul legrad ,” untuk mencapai tujuannya
pendidikan mengalami rintangan yang besar dalam perjalanan kemajuannya, pertahanan nasional tidak lagi ditentukan di dalam
tangsi, tetapi di dalam laboratorium para ilmuwan. ”
189
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kota Tangerang pemerintah Kota Tangerang memperhatikan kualitas pendidikan
dengan memperhatikan berbagai aspek, baik itu siswa, mulai dari penerimaaan peserta didik baru, kegiatan belajar mengajar, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana belajar
2.Kebijakan Bidang Kurikulum Penanbahan Jam PAI Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kerangka dasar kurikulum adalah tatanan konseptual kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan standar nasional pendidikan.
190
Dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 14 ayat
1 ditulis kurikulum nasional yang ditetapkan berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional danatau Departemen
Agama.
191
. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata ,” Kurikulum
merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari pendidikan dan
utama di dalam proses pendidikan adanya rumusan tujuan yang jelas, maka didalam pencapaian tujuan sementara atau rencana strategis perlu dirumuskan
langkah-langkah strategis dalam mencapainya. H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta, Rineka cipta, 2006, h. 75
189
Profesi sebagai pengajar sebagian besar tidak menguntungkan bagi jiwa yang berimajinasi dan berkreasi, dengan alasan apapun dalam profesinya ,
seorang pengajar pada tingkatan manapun tidak pernah ikut serta dalam suatu dialog, ia tidak harus menyesuaikan dirinya terhadap rekan-rekannya, tetapi lulus
sistem ujian dari para murid dan menjadi penguasa penuh di dalam kelas. Paul Legrand, Pendidikan dipersoalkan, Krisis Dalam pendidikan, Jakarta, PN Balai
Pustaka, 1982h.23.
190
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
191
Pasal 37 ayat1 a, Undang-undang Nomor 20 tahun2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat Pendidikan Agama.
pengajaran dan kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah.
”
192
Seiring dengan perkembangan zaman perubahan demi perubahan untuk mencapai arah dan tujuan yang
lebih baik selalu dan terus dilakukan dalam segala bidang demi kemajuan, baik dalam sektor sosial, politik, ekonomi, budaya dan
lebih-lebih perubahan dalam bidang pendidikan. Demikian juga dengan berbagai kebijakan yang dibuat dan ditempuh oleh
pemerintah tidak lain adalah untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik dan lebih memihak kepada kepentingan masyarakat.
Menurut Riant Nugroho, “Dalam lingkungan masyarakat yang
sedang membangun dan memiliki kemampuan pemahaman yang masih beragam”
193
. Maka undang-undang akan lebih operasional dilaksanakan jika disertai dengan pedoman pelaksanaan yang jelas,
pedoman pelaksanaan disosialisasikan diselaraskan dengan kemampuan masyarakat dan disesuaikan dengan potensi, aspirasi
dan kesiapan masyarakat untuk melaksanakannya, selanjutnya diperlukan pengawalan berupa pendampingan, pembinaan,
pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan pedoman tersebut.
Peraturan daerah Kota Tangerang tentang penyelenggaraan pendidikan diawali dengan pemikiran pertimbangan yang
diarahkan pada perwujudan masyarakat yang beriman , bertakwa, berbudaya dan berakhlak mulia serta memiliki kualitas sumber
daya manusia yang dapat diandalkan dalam pembangun .serta melaksanakan wewenang dan mewujudkan kemandirian daerah
dalam
bidang pendidikan
perlu adanya
pengaturan penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan menurut norma-
192
Kurikulummempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan
urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum sebagai institusi pendidikan.Nana
Syaodah Sukmadinata, pengembangan Kurikulum, Teori dan praktekBandung, Rosyda Karya, 2011, h.3,4.
193
Riant Nugroho D, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa Revolusi, Kajian dan kritik atas kebijakan Desentralisasi di Indonesia. Jakarta, Elex
Media Komputindo Gramedia, h. 21
norma yang mengacu pada sistem pendidikan nasional dan berpedoman pada program pembangunan nasional.
194
Pada Bab III, Pasal 4 berbunyi : Prinsip penyelenggaraan pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultur dan kemajemukan bangsa.
195
dalam pasal 4 tersebut di atas terdapat kalimat nilai keagamaan yang harus mewarnai penyelenggaraan pendidikan di Kota
Tangerang, seperti pembiasaan-pembiasaan yang mendukung pada nilai keagamaan diantaranya pembiasaan tadarus Al-
Qur’an pada saat awal pelajaran,
196
shalat Zuhur atau shalat Jumat berjamaah di sekolah,
197
serta penyampaian materi pelajaran yang dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan.
Pada pasal 14 ayat 1 ditulis kurikulum nasional yang ditetapkan berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional
dan atau Departemen Agama
198
. Selanjutnya dikatakan : satuan pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat dimungkinkan
untuk menambah mata pelajaran sesuai dengan ciri khas masing- masing dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Dinas
Pendidikan dan Departemen Agama.
199
194
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan
,Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010 h.1
195
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan,
Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010h.12.
196
Wawancara dengan Ibu Hj. Yusnidar Munaf guru PAI pada SMPN 9 Kota Tangerang, yang selalu melaksanakan Tadarus Al-
Qur’an pada setiap pagi sebelum Pelajaran dimulai.
197
Wawancara dengan Maman Suyaman selaku Guru PAI pada SMKN 4 Kota tangerang yang menuturkan bahwa di SMKN 4 rutin diadakan Shalat
Jumat di Sekolah yang wajib diikuti oleh seluruh siswa bahkan gerbang sekolah ditutup.
198
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 11
tahun 2007
Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010h.16
199
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 11
tahun 2007
Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010h.17
Pengajaran pendidikan agama menjadi salah satu perhatian walikota Tangerang, hal ini dapat dimaklumi karena mata pelajaran
PAI merupakan salah satu bidang studi yang wajib dalam kurikulum pendidikan dasar, sebagaimana diamanatkan oleh pasal
37 ayat 1
200
, sehingga dalam bab III, pasal 16 ditulis, Isi kurikulum muatan lokal memuat mata pelajaran wajib dan mata
pelajaran pilihan, adapun mata pelajaran wajib adalah budi pekerti dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan
201
, khusus mata pelajaran agama sekurang-kurangnya 3 jam pelajaran dalam
sepekan, adapun penambahan satu jam di fokuskan pada pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur’an.BTQ
202
Dalam pelaksanaan perda pasal 16 ini, direalisasikan di sekolah dengan cara memasukan materi baca tilis Al-
Qur’an ini dijadikan bidang studi yang masuk ke dalam program kurikuler
dengan memiliki jam dan guru bidang studi PAI, sehingga jam PAI yang asalnya 2 jam ditambah menjadi 3 jam
203
, pada kurikulum tahun 2013, mata pelajaran PAI bertambah menjadi 3 jam pelajaran
204
dan tetap ditambah 1 jam pelajaran BTQ, sehingga total menjadi 4 jam pelajaran.
Menurut Juhaya S. Praja, “Tingkah laku manusia bergulir
tanpa sengaja memberikan pengaruh yang cukup besar secara regeneratif
”.
205
Tantangan yang akan menghadang dalam upaya menanggulangi kemerosotan moral dan budi pekerti siswa
diantaranya, arus globalisasi dengan teknologinya yng berkembang pesat merupakan tantangan tersendiri dimana informasi baik positif
maupun negatif dapat langsung diakses dalam kamar atau rumah,
200
Pasal 37 ayat1 a, sisdiknas Nomor 20 tahun2003 menyatakan bahwa, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat a. Pendidikan
Agama
201
Jam pelajaran Budi Pekerti adalah 1 jam pelajaran disampaikan oleh wali kelas atau guru PAI.
202
Lembaran Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 11
tahun 2007
Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010
203
Praktek baca tulis Al- Qur’an ini telah dilaksanakan di seluruh
sekolah yang ada di lingkungan Kota Tangerang.
204
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan Struktur kurikulum.
205
Juhaya S. Praja, Ilmu Akhlak Bandung, Pustaka Setia 2010 h. 50.
tanpa ada bekal yang kuat dalam penanaman agama maka akan berdampak negatif jika tidak disaring dengan benar, selain itu pola
hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di tengah-tengah masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak
dapat diabaikan juga moral pejabat birokrat yang memang sudah melekat seperti koruptor yang tidak peduli pada kesusahan orang
lain ikut menjadi tantangan tersendiri karena bila mengeluarkan kebijakan,
diragukan ketulusan
dan keseriusannya
mengimplementaskannya secara benar, serta kurikulum sekolah mengenai dimasukannya materi moral dan budipekerti ke dalam
setiap mata pelajaran juga cukup sulit.
Dalam peraturan daerah nomor 11 Tahun 2007 pada pasal 16 alinea kedua berbunyi : Mata pelajaran wajib adalah budi pekerti
dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan. Pengembangan kota Tangerang dengan melihat kondisi dan potensi-potensi yang ada,
maka diformulasikan visi K ota Tangerang,yaitu : “Kota Tangerang
Sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Pemukiman yang Ramah Lingkungan dalam Masya
rakat yang “ Berakhlakul Karimah”.
206
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas pada Bab 1 pasal 1 ditulis bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif
mengembangkan potensi
dirinya untuk
memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,Akhlak Mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
207
Dalam Al- Qur’an kata Akhak sering disebut, seperti dalam firman
Allah SWT :
“ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”
Qs.Al-Qolam68 ayat 4
208
206
Pemerintah Kota Tangerang, Badan Perencanaan Daerah, Profil Daerah Kota tangerang, 2008.
207
Undang-Undang sistim pendidikan Nasioanal Nomor 20 tahun 2003.
208
AL- Qur’anul Karim, terbitan Departeb Agama Republik Indonesia.
Pendidikan agama bagi siswa tidak hanya ditekankan pada segi pengausaan hal-hal yang bersifat kognitif atau penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama atau ritual keagamaan semata, akan tetapi yang lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai
keagamaan dan membuatnya terwujud nyata dalam tingkah laku dan budi pekerti sehari-hari itulah yang disebut budi pekerti sehari-
hari itulah yang disebut budi pekerti luhur atau Akhlakul Karimah
209
Dalam merespon
tujuan pendidikan
nasional yang
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, kantor dinas Kota Tangerang yang merupakan perpanjangan tangan dari walikota Tangerang mengeluarkan edaran pemakaian
seragam rok panjang bagi siswi SMPMTS,SMASMKMA yang berada di lingkungan Kota Tangerang, serta edaran pemakian
busana m
uslim setiap hari Jum’at yang berlaku tidak hanya untuk pelajar saja tetapi juga seluruh pegawai yang berada di lingkungan
pemerintah daerah Kota Tangerang
210
, kebijakan tersebut menekankan kepada aspek Akhlak yang harus dilakukan sehari-
hari sebagai buah dari hasil belajar dalam kelas, keberadaan akhlak
209
Dalam penggunaan sehari-hari pengertian Akhlak sering disandingkan dengan kata etika, moral, dan susila. Melihat fungsinya keempat kata tersebut
sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada
rasio sedangkan akhlak bersumber pada al- Qur’an dan Hadits, sementara rasio
hanya pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh al- Qur’an dan
Hadits. Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan pada ketentuan atau kebiasaan umum yang di masyarakat. Selain itu, etika bersifat
teoritis, sementara moral, susila dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral, itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana
yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak tidak layak. Sementara etika lebih berbicara mengapa berbuatan itu
dikatakan
baik atau
buruk. Etika
menyelidiki, memikirkan
dan mempertimbangkan tentang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik
tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika. Baca Rahmawati, ed, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, Jakarta: Intimedia
Ciptanusantara, 2004, h., 28-29.
210
Menurut Ibu Ikka Staff di Dinas Kota Tangerang dalam sebuah wawancara di katakan edaran di berlakukan pada tahun 2005 ke setiap sekolah
dan instansi pemerintahan yang berada di lingkungan Kota Tangerang
akan eksis terealisasi dalam perbuatan. Akhlak adalah watak dan karakter yang melekat pada diri seseorang dan bersifat spontan,
namun demikian, akhlak juga bisa ditanamkan, dilatih dan dibiasakan melalui pendidikan
211
. 3.
Kebijakan Anggaran Pendidikan Faktor utama yang memberikan pengaruh terhadap mutu
pendidikan adalah
masalah dana
pendidikan yang
memadai.persoalan anggran pendidikan
212
ini akan menyangkut besarnya anggaran dan efektifitas penggunaan, secara makro,
besarnya anggaran pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih sangat kecil walau negara sudah menganggarkan 20
213
, dengan demikian pemerintah belum konsisten dalam memperhatikan
pendidikan di Indonesia sehingga pemerintah daerah harus mengambil kebijakan yang bisa membela masayarakat sehingga
semua lapisan masarakat bisa menikmati layanan pendidikan.
Realisasi dari pasal 49 ayat 1 undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003, pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab penuh atas pembiayaan pendidikan, baik menyangkut biaya pendidik, sarana
211
Imatu Rofi dkk, Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam di SMP dan SMA Jakarta, Kencana Prenada Media Group 2012.h. 96.
212
Lihat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 10 ayat 1.
213
Apabila mengacu pada UUD 1945 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 yang menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20 dari APBN, maka anggran
pendidikan sebesar 20 dari 368,8 triliun adalah sebesar 73,6 triliun.Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan sebagaimana yang diuraikan
presiden Megawati sebesar 14,93 triliun tidak lebih dari 4 dari total APBD. Demikian juga dalam UU Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN Tahun 2005
pasal 5, menetapkan bahwa jumlah anggaran belanja negara sebesar 397.769.661.000,00tiga ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh ratus enam
puluh sembilan miliar tiga ratus sembilan juta enamratus enam puluh satu ribu rupiah, sektor pendidikan mendapat alokasi sebesar 24.225.543.000,00dua
puluh empat triliun dua ratus dua puluh lima miliar lima ratus empat puluh tiga juta rupuah.Jumlah tersebut hanya 6 dari APBN, padahal seharusnya dana
yang disediakan sebesar 20 dari APBN, yakni 79 triliun rupiah, .Emzir dkk, Isu-Isu Kritis Kebijakan pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta, Ghalia
Indonesia h.15.
dan peserta didik, kemudian pada ayat selanjutnya 3 ditulis pemerintah daerah bertanggung jawab mengusahakan penyedian
anggaran pendidikan minimal 20 dua puluh persen dari APBD di luar gaji tenaga pendidik , tenaga kependidikan dan pendidikan
kedinasan.
214
Selanjutnya pada paragraf 2 tentang pendanaan pendidikan pasal 29 dikatakan pemerintah daerah berkewajiban memberikan
bantuan penyelenggaraan pendidikan sebagai dana operasional sekolah kepada peserta didik dalam upaya penuntasan wajib belajar
pendidikan 12 Dua belas tahun
215
. Bantuan
penyelenggaraan pendidikan
dalam upaya
penuntasan wajib belajar 12 tahun di Kota Tangerang terealisasi pada tahun ajran 2013-2014 ini dalam bentuk Bantuan Operasional
Pendidikan BOP 2013 dengan perwal nomor 43 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional Pendidikan Negeri Tahun 2013 dengan
menimbang bahwa dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan 12 tahun, dialokasikan biaya Operasional Pendidikan
pada satuan pendidikan negeri dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah Kota Tangerang tahun anggaran 2013., dengan
sasaran BOP adalah :
1 Satuan Pendidikan jenjang SDN dan MIN
2 Satuan Pendidikan jenjang SMPN dan MTsN
3 Satuan Pendidikan jenjang SMAN dan MAN
4 Satuan Pendidikan SMKN
214
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan,Pemkot, Bagian
Hukum dan perundang-undangan. 2010, h.. 27.
215
Bantuan penyelenggaraan pendidikan dalam upaya penuntasan wajib belajar 12 tahun di Kota Tangerang telah terrealisasi pada tahun ajran 2013-2014
ini dalam bentuk Bantuan Operasional Pendidikan BOP 2013 dengan perwal nomor 43 Tahun 2012 , keputusan walikota nomor 910 tahun2012, tentang
standar belanja bidang pendidikan tahun anggaran 2012, keputusan walikota nomor 910 2013 tentang standar biaya pendidikan tahun 2013, keputusan kepala
dinas nomor 900 tentang penjelasan rincian belanja biaya operasional pendidikan kota Tangerang tahun anggran 2013, keputusan kepala dinas pendidikan nomor
900 tentang penetapan besaran honorarium kegiatan proses belajar mengajar Tangerang tahun anggaran 2013.Dinas Pendidikan, Buku petunjuk Teknis Biaya
operasional Pendidikan 2013 Kota Tangerang Tangerang kantor Dinas Pendidikan, 2013
Pada bagian keenam pasal peneriamaan peserta didik baru terdapat kalimat : Sekolah harus memperhatikan calon peserta didik
dari keluarga miskin di lingkungan sekitar sekolah dalam lingkup kota
216
, anggaran pendidikan di kota Tangerang selalu lebih dari 20 , seperti yang terjadi pada tahun 2004 sektor pendidikan
dikeluarkan sebesar 48,01 dari APBD Kota Tangerang.
217
Masalah yang menjadi perhatian pemerintah daerah Tangerang adalah memperbaiki sarana pendidikan dan bantuan
pendidikan bagi siswa, dalam sebuah wawancara dengan Bapak Ir. Suratno Abubakar
218
Jum’at 23 Maret 2013 yang berkaitan dengan anggaran pendidikan kota Tangerang terlihat dalam tabel anggaran
pendidikan kota Tangerang pada tahun 2004 mencapai 48, dari anggran APBD Rp. 595.959.247.256.31,- sektor pendidikan
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 286.121.081.805.81,- menurut Ir Suratno Abubakar:
“Anggaran tersebut banyak digunakan sarana gedung sekolah bertingkat, dengan tersedianya fasilitas pendidikan
yang memadai diharapkan mampu mendongkrak mutu pendidikan, tahun 2005 membangun 220 unit gedung sekolah
Tahun 2008 pembangunan sekolah mencapai 400 unit. Tahun 2008 membangun 13 unit Sekolah Menengah Kejuruan
SMK. Tahun 2005 anggaran pendidikan mencapai Rp. 213 miliar urutan paling tinggi dari pos-pos anggaran lainnya dari
APBD.
”.
219
Perda pendidikan adalah hasil pemikiran bersama antara walikota Tangerang dengan anggota DPRD kota Tangerang yang
216
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 11
tahun 2007
Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010h. 27
217
Sumber dari Kantor Pendidikan Kota Tangerang.
218
Ir. Suratno Abubakar adalah salah seorang Anggota DPRD Kota Tangerang periode 2004
– 2008, Ketua Komisi A .DPRD KotaTangerang 2008- 2014,Bakal Calon Walikota Tangerang 2014
– 2018.
219
Wawancara dengan Ir. Suratno Abubakar,adalah salah seorang Anggota DPRD Kota Tangerang periode 2004
– 2008, Ketua Komisi A .DPRD KotaTangerang 2008-2014,Bakal Calon Walikota Tangerang 2014
– 2018.
memang sepakat untuk meningkatkan dan mempermudah masyarakat dalam memperoleh pendidikan di Kota Tangerang.
Dalam perda pendidikan banyak pasal yang membela kepada masyarakat lemah agar dapat mengenyam pendidikan dan juga
pasal yang mendorong pada perilaku masyarakat agar tercipta kota yang berahlakul karimah. Setelah adanya otonomi daerah
pendidikan menjadi salah satu urusan daerah yang meliputi guru, anggaran dan bangunan sekolah.
Undang- undang nomor 20 tahun 2003 pasal 49
220
tentang Sistim Pendidikan Nasional sebenarnya sudah mengamanatkan
tentang pentingnya alokasi anggaran dana untuk pembiayaan dan pembangunan pendidikan ini selain itu dalam undang-undang
nomor 32 tahun2004 pasal 10 ayat 3 tentang pemerintah daerah disebutkan bahwa pendidikan bukan merupakan wewenang
Pendidikan yang dikelola oleh pemerintah daerah di tulis dalam pasal 14 ayat 1 point f bahwa urusan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah untuk kabupaten dan kota merupakan urusan yang berskala kabupatenkota meliputi antara
lain urusan penyelenggaraan pendidikan, Kebijakan ini lebih menegaskan
bahwa penyelenggaraan
pendidikan nasional
merupakan tugas dan kewenangan yang diberikan secara luas kepada daerah otonom kabupaten kota.
Amanat undang-undang tersebut direspon oleh pemerintah daerah dengan mengeluarkan peraturan daerah tentang pendidikan
pada pasal 29 ayat 2 tentang pendanaan pendidikan
221
, dalam
220
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 49 menyatakan: ayat 1 Dana Pendidikan selain gaji pendidik dan biaya kedinasan
dialokasikan minimal 20 dari Anggaran Pendapatan Negara APBNpada sektor pendidikan dan minimal 20 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah APBD.Ayat 2 Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN.Ayat 3
dana pendidikan dari pemerintah danpemerintah daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.Ayat 4 dana pendidikan dari pemerintah ke pemerintah daerah diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3
221
Lembar daerah kota tangerang peraturan daerah kota Tangerang nomor 11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan, pemerintah kota Tangerang
bagian hukum dan perundang-undangan 2010.
peraturan daerah
tersebut dijelaskan,
“Pemerintah daerah berkewajiban memberikan bantuan penyelenggaran pendidikan
sebagai dana operasional sekolah kepada peserta didik dalam upaya penuntasan wajib belajar 12 dua belas tahun
” ,artinya pemerintah daerah tidak diperkenankan memungut biaya pendidikan untuk
keperluan apapun. Pada awal tahun pembelajaran 2013-2014 ini semua sekolah negeri SDMI, SMPMTS, SMASMKMA di kota
Tangerang tidak boleh memungut biaya pendidikan kepada siswa, kebijakan ini sejajar dengan kebijakan pendidikan di tingkat
nasional, yaitu undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 46 ayat 2 yang menyatakan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab
menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 undang-undang dasar Republik Indonesia tahun 1945, kota
Tangerang menetapkan program wajib belajar dengan pendanaan ditanggung oleh pemerintah kota Tangerang pada tingkat dasar dan
menengah.
Dari seluruh kebijakan pemda kota Tangerang yang peneliti temukan, ternyata peraturan walikota Tangerang tentang Bantuan
Operasional Pendidikan BOP untuk sekolah tingkat menengah SMASMKMA inilah yang paling baru, dan baru akan di
realisasikan pada tahun pelajaran 2013-2014, dan sekarang dalam tahap sosialisasi, sedangkan yang sudah berjalan adalah bantuan
operasional pendidikan untuk tingkat dasar SDMI,SMPMTS.
Dalam peraturan walikota Tangerang nomor 43 tahun 2012 tersebut dijelaskan bahwa dalam melaksanakan penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun dan rintisan wajib belajar pendidikan 12 tahun, dialokasikan biaya operasional pendidikan
pada satuan pendidikan negeri dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kota Tangerang tahun anggaran 2013 dan
berdasarkan pertimbangan di atas maka pelaksanaannya dapat di realisasikan dengan efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
222
222
Tujuan dan sasaran Bantuan Operasional Pendidikan dari peraturan walikota tersebut adalah untuk meringankan beban masyarakat terhadap
penyedian pendidikan, tujuan program BOP ini adalah ; pertama, Membebaskan biaya seluruh siswa jenjang pendidikan dasar dan biaya kegiatan ekstrakurikuler,
kedua, Meningkatkan kinerja dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan, ketiga, Melengkapi kebutuhan untuk Proses Belajar Mengajar
Menurut Zarkasih kepala bagian anggaran Dinas kota Tangerang
223
: “ Besaran dana BOP yang diperuntukan bagi peserta didik
jenjang SDNMIN dan SMPMTsN diberikan selama 12 bulan terhitung bulan Januari 2013 sampai dengan bulan
Desember 2013, karena BOP untuk pendidikan dasar sudah berjalan sebelumnya, sedangkan Bantuan Operasional
Pendidikan BOP yang diperuntukan bagi peserta didik jenjang SMAN dan SMKN diberikan terhitung dari bulan Juli
2013 sampai dengan bulan Desember 2013
”. Adapun biaya yang tidak ditanggung oleh BOP adalah
biaya pribadi peserta didik seperti ; Peralatan dan perlengkapan sekolah antara lain pakaian sekolah, sepatu, tas, alat-alat tulis,
transportasi peserta didik dan uang saku peserta didik.
Di Kota Tangerang dalam upaya mengatasi permasalahan perubahan zaman dilakukan pemerintah daerah pada pasal 29
tentang sekolah bertaraf internasional yang mengacu pada undang- undang s
isdiknas disebutkan bahwa “ Pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan
pendidikan bertaraf
internasional ”
224
. Dengan tuntunan amanat undang-undang , maka setiap kabupaten kota harus ada rintisan sekolah bertaraf
internasional minimal masing-masing satuan pendidikan satu sekolah, atas dasar itulah pemda Kota Tangerang mengaturnya
dalam pasal 29: “Pendanaan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, pemerintah daerah, masyarakat dan orang tua, bantuan
PBM keempat, Memelihara Sarana dan Prasarana Pendidikan kelima, Meningkatkan pengelolaan administrasi satuan pendidikan. Dinas Pendidikan
Kota Tangerang, Petunjuk teknis BOP, Dinas Pendidikan Kota tangerang Tahun ,2013.
223
Wawancara dilakukan pada hari Selasa tanggal 11 Juni 2013 di ruang kerja Bapak Zarkasih di kantor Dinas Pendidikan Kota Tangerang.
224
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3, h. 28
pendanaan penyelenggara sekolah bertaraf internasional yang berasal dari pemerintah melalui rekening tersendiri guna
memudahkan pengawasan”. Dengan kebijakan yang dikeluarkan pemda kota Tangerang
dapat dipahami bahwa pemerintah memiliki harapan besar terhadap masyarakatnya.
D. Perda Pendukung Pendidikan di Kota Tangerang