5.3.2 Variabel Terikat Kesejahteraan Sosial 5.3.2.1 Kesejahteraan Ekonomi
1. Jumlah Pendapatan Per Bulan dari Mata Pencaharian Pokok
Data mengenai distribusi responden berdasarkan jumlah pendapatan per bulan dari mata pencaharian pokok sebelum dan sesudah program disajikan pada
tabel 5.21 berikut ini:
Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Per Bulan dari Mata
Pencaharian Pokok No
Kategori Sebelum Program
Sesudah Program Frekuensi
F Persentase
Frekuensi F
Persentase
1
2
3
4 Rp. 100.000 – Rp.
500.000 Rp. 600.000 – Rp.
1.000.000 Rp. 1.000.000 –
Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000
9
12
1 40,9
54,5
4,6 3
8
7
4 13,6
36,4
31,8
18,2
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 diketahui bahwa sebelum
program penguatan keluarga terlaksana, mayoritas responden memiliki pendapatan dari mata pencaharian pokok di bawah Rp. 1.000.000. Dengan
Universitas Sumatera Utara
pendapatan rata-rata di bawah satu juta rupiah tersebut tidak akan cukup memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga. Namun setelah menjadi anggota
binaan program penguatan keluarga, terjadi peningkatan pendapatan keluarga.Setelah program, sebanyak 7 orang responden memiliki pendapatan dari
mata pencaharian pokok mereka antara Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000, yang sebelum program hanya berjumlah satu orang. Terdapat juga responden yang
memiliki pendapatan di atas Rp. 1.500.000 setelah program berjalan. Peningkatan pendapatan ini tidak terjadi begitu saja, namun membutuhkan
proses yang panjang, serta sikap responden yang mau belajar dan berjuang membuat kondisi ekonomi keluarga berangsur-angsur baik. Melalui keterampilan
yang mereka dapatkan pada pelatihan-pelatihan dan mendapat bantuan modal, responden dapat memulai usaha untuk memperbaiki perekonomian keluarga dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Jumlah Pendapatan Per Bulan dari Mata Pencaharian Tambahan
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.22 diketahui bahwa sebelum menjadi anggota binaan program penguatan keluarga, seluruh responden tidak
memiliki mata pencaharian tambahan. Hal tersebut dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki responden serta tidak memiliki keahlian dan
modal untuk membuka usaha. Sebelum menjadi anggota binaan program penguatan keluarga, responden mengakui bahwa mereka tidak dapat berpikir
kreatif untuk membuka jenis usaha lain. Modal mereka dalam bekerja hanya tenaga, tanpa skillatau materi, sehingga mereka sulit untuk mencari pekerjaan atau
membuat usaha sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Setelah menjadi anggota binaan program penguatan keluarga sebanyak hampir 50 responden telah memiliki mata pencaharian tambahan, seperti
berternak ayam, lele, membuka warung dan usaha lain, menjahit, dan bertani. Sebanyak 7 orang 31,8 responden memiliki pendapatan Rp.100.000 – Rp.
500.000 dari mata pencaharian tambahan, dan sebanyak 3 orang 13,7 responden memiliki pendapatan Rp. 600.000 – Rp. 1.000.0000. Sebanyak 12
orang 54,5 responden tidak memiliki mata pencaharian tambahan karena sebelumnya mereka masih memiliki pendapatan yang rendah dari mata
pencaharian pokok, sehingga hanya mata pencaharian pokok lah yang berubah. Mata pencaharian tambahan ini merupakan bidang usaha yang mereka bentuk
melalui pelatihan yang didapatkan dari program penguatan keluarga, seperti bertenak lele, menjahit, dan bertani. Bidang usaha yang lain sebagai tambahan
pendapatan penting untuk dibangun melihat kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Yayasan SOS Desa Taruna Medan membantu membangun serta
mengembangkan usaha-usaha anggota binaan sehingga melalui program penguatan keluarga ini, mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan
tingkat ekonomi mereka menjadi lebih baik, meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan keluarga.
Data mengenai distribusi responden berdasarkan jumlah pendapatan per bulan dari mata pencaharian tambahan sebelum dan sesudah program disajikan
pada tabel 5.22 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Per Bulan dari Mata
Pencaharian Tambahan No Kategori
Sebelum Program Sesudah Program
Frekuensi F
Persentase Frekuensi
F Persentase
1
2
3
4 5
Rp. 100.000 – Rp. 500.000
Rp. 600.000 – Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000
Rp. 1.500.000 Tidak memiliki
mata pencaharian
tambahan
22 100
7
3
12 31,8
13,7
54,5
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014
3. Jumlah Tabungan Per Bulan
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.23 diketahui bahwa sebelum menjadi anggota binaan program penguatan keluarga, seluruh responden sama
sekali tidak memiliki tabungan. Penghasilan yang mereka dapat habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membaiayai persekolah anak, dan itu
Universitas Sumatera Utara
pun tidak cukup, sehingga mereka tidak memiliki sisa penghasilan untuk ditabung.Akibat pendidikan yang rendah mereka tidak memiliki keahlian yang
membuat mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai.Namun setelah menjadi anggota binaan program penguatan keluarga mereka mendapatkan
banyak manfaat, salah satunya mendapatkan pelatihan-pelatihan.Melalui keterampilan yang didapatkan dalam mengikuti pelatihan tersebut, mereka
memiliki penghasilan tambahan dari mata pencaharian tambahan.Mayoritas responden dapat menabung Rp.50.000 – Rp. 100.000 per bulannya.Walaupun
hanya sedikit, tetapi kesadaran dan kemampuan mereka untuk menabung dapat membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Data mengenai distribusi responden berdasarkan jumlah tabungan per bulan sebelum dan sesudah program disajikan pada tabel 5.23 berikut ini:
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tabungan Per Bulan
No Kategori
Sebelum Program Setelah Program
Frekuensi F
Persentase Frekuensi
F Persentase
1 2
3 4
5 Rp. 50.000
Rp. 100.000 Rp. 150.000
Rp. 200.000 Tidak menabung
22 100
6 8
4 4
27,2 36,4
18,2 18,2
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014
Universitas Sumatera Utara
4. Tempat Menyimpan Tabungan
Data mengenai distribusi responden berdasarkan tempat menyimpan tabungan sebelum dan sesudah program disajikan pada tabel 5.24 berikut ini:
Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Menyimpan Tabungan
No Kategori
Sebelum Program Sesudah Program
Frekuensi F
Persentase Frekuensi
F Persentase
1 2
3 Koperasi
Bank Tidak menabung
22 100
22 100
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.24 diketahui bahwa sebelum
program berjalan, seluruh responden sama sekali tidak memiliki tabungan. Namun, setelah program penguatan keluarga berjalan di desa mereka,
perekonomian rumah tangga semakin baik.Seluruh responden telah memiliki tabungan dengan memilih koperasi yang dibentuk di desa mereka sebagai tempat
menabung. Adanya mata pencaharian tambahan responden sejak menjadi anggota
binaan program penguatan keluarga, mampu menyisihkan sedikit penghasilan mereka untuk ditabung untuk kebutuhan di masa mendatang.Responden tidak
menabung di bank karena mereka hanya mampu menabung sedikit-sedikit saja,
Universitas Sumatera Utara
dan menurut mereka menabung di bank terlalu banyak persyaratan sehingga mereka malas menabung di bank.
5. Tipe Rumah yang Ditempati
Data mengenai distribusi responden berdasarkan tipe rumah yang ditempati responden sebelum dan sesudah program disajikan pada tabel 5.25
berikut ini:
Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah yang Ditempati
No Kategori
Sebelum Program Sesudah Program
Frekuensi F
Persentase Frekuensi
F Persentase
1 2
3 Permanen
Semi permanen Tidak permanen
8 10
4 36,4
45,5 18,1
16 6
72,7 27,3
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang telah disajikan dalam tabel 5.25 diketahui bahwa
tipe rumah yang paling banyak ditempati oleh responden sebelum program penguatan keluarga adalah semi permanen yaitu sebanyak 10 orang 45,5 ,
sebanyak 8 orang 36,4 responden menempati rumah permanen dan sebanyak 4 orang 18,1 responden menempati rumah tidak permanen. Responden yang
menempati rumah permanen atau semi permanen karena hanya mengontrak atau menumpang di rumah orang tua atau saudara.Hal ini dikarenakan faktor
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan yang menjadikan responden tidak memiliki rumah yang memenuhi standar rumah layak huni.
Sesudah program, terjadi peningkatan tipe rumah responden walaupun masih ada responden yang belum memiliki rumah dengan status milik sendiri,
sebanyak 16 orang 72,7 responden menempati rumah permanen, sebanyak 6 orang 27,3 responden menempati rumah semi permanen, dan tidak ada lagi
responden yang tinggal di rumah tidak permanen.
6. Status Kepemilikan Rumah
Data mengenai ditribusi responden berdasarkan status kepemilikan rumah responden sebelum dan sesudah program disajikan pada tabel 5.26 berikut ini:
Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah
No Kategori
Sebelum Program Sesudah Program
Frekuensi F
Persentase Frekuensi
F Persentase
1 2
3
4 Rumah milik
sendiri Rumah kontrakan
Rumah kontrakan bergabung dengan
beberapa keluarga dalam satu rumah
Menumpang di 3
11 2
6 13,6
50,0 9,1
27,3 11
8
3 50,0
36,4
13,6
Universitas Sumatera Utara
rumah orangtua saudara
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.26 diketahui bahwa sebelum
program, sebanyak 50 responden masih tinggal di rumah kontrakan. Sebanyak 6 orang 27,3 responden masih menumpang di rumah orang tua atau saudara,
dan sebanyak 2 orang 9,1 responden tinggal di rumah kontrakan bergabung dengan beberapa keluarga lainnya dalam satu rumah. Hanya 3 orang 13,6
responden yang menempati rumah dengan status kepemilikan rumah sendiri dan masih dengan standar tidak layak huni.
Sesudah program berjalan, terjadi perubahan terhadap status kepemilikan rumah responden. Sebanyak 11 orang 50,0 responden memiliki rumah dengan
status milik sendiri, sebanyak 8 orang 36,4 responden dengan status kepemilikan rumah kontrakan, dan sebanyak 3 orang 13,6 responden masih
menumpang di rumah orang tua atau saudara. Responden yang dulunya masih mengontrak dan menumpang di rumah
orang tua atau saudara, saat ini sudah menempati rumah milik sendiri walaupun kecil dan sederhana tetapi sudah layak huni.Responden yang dulunya memang
tinggal di rumah sendiri tetapi tidak layak huni, saat ini sudah memperbaiki kondisi rumah mereka. Tetapi ada juga responden yang masih mengontrak dan
menumpang di rumah orang tua atau saudara, dikarenakan mereka belum lama menjadi anggota binaan program penguatan keluarga sehingga mereka masih
memperbaiki perekonomian keluarga. Mereka masih berkutat dengan pemenuhan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan pokok keluarga dan belum memiliki dana yang cukup untuk memperbaiki kondisi rumah atau membangun rumah yang baru.
7. Sistem Kontrak Rumah yang Ditempati
Data mengenai distribusi responden berdasarkan sistem kontrak rumah yang ditempati responden sebelum dan sesudah program disajikan pada tabel 5.27
berikut ini:
Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Sistem Kontrak Rumah yang
Ditempati No
Kategori Sebelum Program
Sesudah Program Frekuensi
F Persentase
Frekuensi F
Persentase
1 2
3 Kontrak per bulan
Kontrak per tahun Tidak mengontrak
10 3
9 45,5
13,6 40,9
6 3
13 27,3
13,6 59,1
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.27 diketahui bahwa sebelum
terlaksananya program penguatan keluarga, sistem kontrak rumah sebanyak 10 orang 45,5 responden dibayar per bulan. Alasannya adalah responden merasa
terlalu berat untuk membayar kontrakan per tahun karena banyaknya kebutuhan keluarga dan tidak sebanding dengan penghasilan yang didapat. Sedangkan
sebanyak 3 orang 13,6 responden mengontrak rumah per tahun. Responden
Universitas Sumatera Utara
yang tidak mengontrak sebanyak 9 orang 40,9 karena sebagian responden menumpang di rumah orang tua atau saudara dan sebagian lagi tinggal di rumah
sendiri. Sesudah terlaksananya program penguatan keluarga di desa mereka,
perekonomian responden semakin baik. Sebanyak 6 orang 27,3 responden mengontrak per bulan dan 3 orang 13,6 mengontrak per tahun. Responden
yang tidak mengontrak sebanyak 13 orang 59,1 dikarenakan mereka masih ada yang menumpang di rumah orang tua atau saudara dan ada yang sudah
memiliki rumah dengan status milik sendiri.
8. Bentuk Asset Kepemilikan Harta Benda
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sebelum program terlaksana, bentuk asset kepemilikan harta benda yang dimiliki oleh
responden adalah televisi, sepeda motor, kompor gas, dan perhiasan emas. Dari kepemilikan harta benda tersebut, seluruh responden memiliki televisi, ada yang
berukuran 14” dan ada yang berukuran 18”, sebanyak 4 orang responden memiliki sepeda motor yang digunakan untuk bekerja, sebanyak 19 orang responden
memiliki perhiasan emas yaitu cincin, dan sebanyak 7 orang responden memiliki kompor gas.
Terjadi peningkatan kepemilikan harta benda responden setelah menjadi anggota binaan program penguatan keluarga. Walaupun tidak signifikan, namun
terdapat penambahan jumlah responden yang memiliki sepeda motor dan kompor gas. Sebanyak 12 orang responden sudah memiliki sepeda motor dan semua
responden sudah memiliki kompor gas. Selain itu fasilitas lain rumah tangga yang
Universitas Sumatera Utara
juga bertambah, yaitu kipas angin, kasur tempat tidur, kulkas, lemari, mesin jahit dan warung sebagai modal usaha di rumah.Hal inilah yang membuat anggota
binaan program penguatan keluarga yang lainnya untuk turut serta dan aktif dalam setiap kegiatan program penguatan keluarga, karena mereka dapat merasakan
hasil dan manfaatnya bagi perkembangan keluarga mereka melalui program tersebut.
5.3.2.2 Kesejahteraan Sosial 1. Jenis Sekolah Anak
Data mengenai distribusi responden berdasarkan jenis sekolah anak sebelum dan sesudah program disajikan pada tabel 5.28 berikut ini:
Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sekolah Anak
No Kategori Sebelum Program
Sesudah Program Frekuensi
F Persentase
Frekuensi F
Persentase
1 2
SD Negeri SD Swasta
15 7
68,2 31,8
18 4
81,8 18,2
Total 22
100 22
100
3 4
SMP Negeri SMP Swasta
9 13
40,9 59,1
17 5
68,2 31,8
Total 22
100 22
100
5 6
SMA SMK Negeri SMA SMK Swasta
10 12
45,5 54,5
14 8
63,6 36,4
Universitas Sumatera Utara
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.28 diketahui bahwa sebelum
program, mayoritas anak-anak responden di tingkat SD bersekolah di sekolah negeri, yaitu sebanyak 15 orang.Sedangkan di tingkat SMP dan SMA SMK
mayoritas anak responden bersekolah di sekolah swasta.Anak-anak responden memiliki kemampuan akademik yang kurang untuk mengikuti tes masuk ke
sekolah negeri, sehingga responden mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk biaya pendidikan anak.Anak-anak responden tidak mengikuti kegiatan apapun
untuk memperluas wawasan, seperti les mata pelajaran, selain dari pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah.
Sesudah masuk menjadi anggota binaan program penguatan keluarga, anak-anak responden yang ada di tingkat SMP dan SMA SMK dapat lulus masuk
ke sekolah negeri atau sekolah swasta yang berkualitas serta masuk ke perguruan tinggi negeri. Melalui kegiatan di program pendidikan, anak-anak mereka dapat
memperluas wawasannya dan belajar lebih dari yang mereka dapatkan di sekolah.
2. Prestasi dan Kendala Pendidikan Anak
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sebelum berjalannya program penguatan keluarga, tidak ada prestasi yang diraih oleh anak-
anak responden, namun terdapat 5 anak dari responden yang mengalami putus sekolah di tingkat SD dan SMP. Hal tersebut disebabkan karena berbagai alasan,
ada karena kekurangan biaya untuk pendidikan, dan ada karena anak yang tidak ingin lagi sekolah karena nakal dan sering melanggar peraturan sekolah sehingga
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan dari sekolah.Kendala pendidikan anak lainnya terdapat 4 anak yang pernah tidak naik kelas di tingkat SD karena belum bisa membaca.
Setelah menjadi anggota binaan program penguatan keluarga, anak-anak reponden mendapat bantuan dari program pendidikan sehingga berpengaruh
terhadap pendidikan anak.Terdapat 8 orang anak dari responden yang pernah mendapat ranking kelas dan masuk ke perguruan tinggi negeri.Setelah
terlaksananya program tersebut, tidak ada anak-anak responden yang tidak lulus, tidak naik kelas maupun putus sekolah, karena tujuan program pendidikan
tersebut adalah untuk meningkatkan prestasi anak.
3. Kegiatan Belajar Rutin yang Diikuti Anak
Data mengenai distribusi responden berdasarkan kegiatan belajar rutin yang diikuti oleh anak responden sebelum dan setelah program disajikan pada
tabel 5.29 berikut ini:
Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan Belajar Rutin yang Diikuti
Anak No
Kategori Sebelum Program
Sesudah Program Frekuensi
F Persentase
Frekuensi F
Persentase
1 2
3 Bimbingan belajar
Les komputer Les tambahan yang
dibuat oleh SOS 2
20 9,1
90,9
Universitas Sumatera Utara
4 Tidak ada
22 100
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.29 diketahui bahwa sebelum
program, tidak ada satupun anak responden yang mengikuti kegiatan belajar rutin di luar sekolah akibat keterbatasan biaya, padahal anak sangat membutuhkan hal
tersebut untuk membantu mereka belajar.Oleh karena itu banyak anak-anak yang lambat dalam belajar, yang seharusnya sudah tahu membaca dan menulis faktanya
si anak belum tahu. Setelah program berjalan, anak-anak mengikuti kegiatan kelompok belajar
bersama yang dibuat oleh yayasan SOS Desa Taruna Medan di lingkungan mereka.Sebanyak 20 orang responden menyatakan bahwa anak mereka mengikuti
kegiatan belajar bersama tersebut, dan sebanyak 2 orang responden menyatakan bahwa anak mereka mengikuti les komputer karena keinginan anak
mereka.Melalui kegiatan belajar bersama tersebut, anak-anak mulai mengalami peningkatan dalam belajar, seperti membaca, menulis, dan menghitung.
4. Fasilitas untuk Menunjang Pendidikan Anak
Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 5.30 diketahui bahwa sebelum program, tidak ada responden yang memberikan fasilitas untuk
menunjang pendidikan anak, responden masih kurang peduli akan pendidikan anak, dan menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah. Selain itu, responden juga
lebih mementingkan kebutuhan rumah tangga daripada membeli buku pelajaran anak selain yang mereka dapat dari sekolah. Hanya 9 orang 40,9 responden
Universitas Sumatera Utara
memberikan fasilitas untuk menunjang pendidikan anak dengan memberikan buku pelajaran di luar buku pelajaran sekolah.
Melalui program penguatan keluarga, setiap responden diingatkan bahwa pendidikan anak sangat penting dan apa yang diterima anak di sekolah bukan
hanya menjadi tanggung jawab sekolah, namun orang tua juga wajib memperhatikan perkembangan pendidikan anak. Sebanyak 12 orang 54,5
responden memberikan buku pelajaran tambahaan kepada anak, dan masih ada yang sama sekali tidak memberikan fasilitas untuk menunjang pendidikan anak,
yaitu sebanyak 10 orang 45,5 . Alasan mereka adalah karena anak sudah mengikuti kegiatan belajar bersama yang dibuat oleh SOS.
Data mengenai distribusi responden berdasarkan fasilitas yang diberikan untuk menunjang pendidikan anak sebelum dan setelah program disajikan dalam
tabel 5.30 berikut ini:
Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas untuk Menunjang Pendidikan
Anak No
Kategori Sebelum Program
Sesudah Program Frekuensi
F Persentase
Frekuensi F
Persentase
1
2 Buku pelajaran
tambahan di luar buku pelajaran
sekolah Les privat
9 40,9
12 54,5
Universitas Sumatera Utara
3
4 Jaringan internet di
rumah Tidak ada
13 59,1
10 45,5
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014
5. Sumber Mata Pencaharian Pokok
Data mengenai distribusi responden berdasarkan sumber mata pencaharian pokok sebelum dan sesudah program disajikan dalam tabel 5.31 berikut ini:
Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian Pokok
No Kategori
Sebelum Program Setelah Program
Frekuensi F
Persentase Frekuensi
F Persentase
1 2
3 4
Petani Pedagang
Tidak bekerja Lainnya
5 2
9 6
22,7 9,1
40,9 27,3
5 3
6 8
22,7 13.6
27,3 36,4
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 5.31, sebelum program
terlaksana mayoritas responden yaitu sebanyak 9 orang tidak memiliki pekerjaan.Responden hanya bergantung pada penghasilan suami yang juga tidak
seberapa, karena hanya bekerja sebagai buruh atau penarik becak.Sebanyak 5
Universitas Sumatera Utara
orang responden bekerja sebagai petani, 2 orang sebagai pedangang, dan untuk lainnya ada 6 orang.Sumber mata pencaharian lainnya tersebut adalah sebagai
penjual buruh, pengantar air galon keliling, dan pemulung.Mata pencaharian pokok responden sebelum program tersebut masih jauh dari yang diharapkan
untuk meningkatkan ekonomi keluarga, karena tidak ada keterampilan dan pendidikan yang rendah sehingga mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang
sesuai. Sesudah program, mata pencaharian pokok responden masih sama dengan
sebelumnya. Sebanyak 5 orang 22,7 responden adalah petani, 3 orang 13,6 adalah pedagang, tidak bekerja sebanyak 6 orang 27,3 responden, dan
pekerjaan lainnya sebanyak 8 orang 36,4 . Melalui pelatihan yang mereka ikuti, mereka memiliki keterampilan sehingga membantu memperbaiki ekonomi
keluarga, seperti menjahit dan berternak lele.Masih adanya responden yang tidak bekerja karena tidak aktif mengikuti pelatihan dan bergantung pada pekerjaan
suami.
6. Sumber Mata Pencaharian Tambahan
Data mengenai distribusi responden berdasarkan sumber mata pencaharian tambahan sebelum dan sesudah program disajikan pada tabel 5.32 berikut ini:
Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian Tambahan
No Kategori Sebelum Program
Sesudah Program Frekuensi
F Persentase
Frekuensi F
Persentase
Universitas Sumatera Utara
1 2
3 4
Pedagang Penjahit
Beternak lele Tidak memiliki
mata pencaharian tambahan
22 100
4 3
3 12
18,3 13,6
13,6 54,5
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.32, diketahui bahwa sumber
mata pencaharian tambahan responden sebelum menjadi anggota binaan program penguatan keluarga sama sekali tidak ada. Hal tersebut dipengaruhi tidak adanya
keahlian dan modal yang cukup untuk membuat suatu usaha tambahan. Setelah menjadi anggota binaan program penguatan keluarga, banyak
manfaat yang dirasakan oleh responden.Salah satunya adalah mendapatkan pelatihan-pelatihan, sehingga mereka memiliki keahlian yang bisa dijadikan untuk
menambah penghasilan dari mata pencaharian pokok. Hampir 50 dari jumlah responden telah memiliki sumber mata pencaharian tambahan seperti menjahit,
berternak lele, membuka warung, dan membuka usaha lain. Melalui program penguatan keluarga, keluarga responden kini mampu mandiri dalam berbagai
usaha untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
5.3.2.3 Kesejahteraan Fisik 1. Frekuensi Memberikan Setiap Jenis Makanan Sehat dalam Seminggu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebelum warga menjadi peserta program penguatan keluarga, setiap menu makanan sehat yaitu daging,
telur, ikan, sayur, buah, dan susu, sangat jarang diberikan kepada anggota keluarga. Khususnya daging, buah, dan susu yang hanya diberikan sekitar 2 kali
dalam sebulan. Anak-anak mereka tidak dapat mengkonsumsi susu setiap hari karena harganya yang mahal. Setelah menjadi peserta program penguatan
keluarga, keluarga responden dapat mengkonsumsi buah 2 kali seminggu, dan anak-anak mereka mengkonsumsi susu setiap hari. Kegiatan dalam program
penguatan keluarga tersebut memberikan efek yang berarti bagi pengembangan ekonomi keluarga hingga responden dapat memenuhi kebutuhan fisik yang layak
bagi anggota keluarga.
2. Frekuensi Memberikan Menu Makanan 4 Sehat 5 Sempurna dalam Seminggu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebelum adanya program tidak sekalipun dalam seminggu responden dapat memberikan menu
makanan 4 sehat 5 sempurna nasi, daging ikan, sayur, buah, dan susu kepada anggota keluarga. Banyaknya kebutuhan keluarga membuat setiap responden
makan dengan seadanya saja. Setelah menjadi anggota binaan program penguatan keluarga, responden bisa memberikan menu makanan 4 sehat 5 sempurna
seminggu sekali, dan memberikan susu kepada anak setiap hari.
Universitas Sumatera Utara
3. Frekuensi Rata-rata Anak Sakit dalam Setahun
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.33, diketahui bahwa sebelum dan sesudah responden menjadi anggota binaan program penguatan keluarga,
anak-anak mereka jarang mendapat sakit, yaitu rata-rata 1 sampai 10 kali dalam setahun. Hanya 4 orang 18,2 responden yang menyatakan bahwa anak mereka
mendapat sakit 10-20 kali dalam setahun. Namun mereka tetap bersyukur menjadi anggota kegiatan program
penguatan keluarga, tidak hanya menguatkan ekonomi keluarga, tetapi juga meningkatkan prestasi dan kesehatan anak.Dulunya anak-anak mereka malas
makan, kini berat badan mereka sudah bertambah karena diberikan makanan tambahan dari yayasan SOS Desa Taruna Medan.
Data mengenai distribusi responden berdasarkan frekuensi rata-rata anak sakit dalam setahun sebelum dan sesudah program disajikan pada tabel 5.33
berikut ini:
Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Rata-rata Anak Sakit dalam
Setahun No
Kategori Sebelum Program
Sesudah Program Frekuensi
F Persentase
Frekuensi F
Persentase
1 2
1-10 kali 10-20 kali
18 4
81,8 18,2
20 2
90,9 9,1
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014
Universitas Sumatera Utara
4. Tempat Berobat jika Sakit
Data mengenai distribusi responden berdasarkan tempat berobat jika sakit sebelum dan sesudah program disajikan pada pada 5.34 berikut ini:
Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat jika Sakit
No Kategori
Sebelum Program Sesudah Program
Frekuensi F
Persentase Frekuensi
F Persentase
1 2
3
4 Rumah sakit
Puskesmas Pengobatan
tradisional Beli obat dari
warung 1
13 3
5 4,5
59,1 13,6
22,8 2
17 1
2 9,1
77,3 4,5
9,1
Total 22
100 22
100
Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 5.34 diketahui bahwa
sebelum dan setelah program responden lebih banyak berobat ke puskesmas jika sakit.Sebelum program ada sebanyak 13 orang responden berobat ke puskemas
jika sakit dan sebanyak 17 orang setelah program.Setelah menjadi peserta program penguatan keluarga, responden menyadari bahwa jika sakit lebih baik
berobat ke puskesmas daripada membeli obat di warung atau ke pengobatan tradisional.Hanya 1 orang responden yang berobat ke rumah sakit sebelum
program berjalan, dan sebanyak 2 orang responden setelah program berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Responden lebih memilih puskesmas daripada rumah sakit jika sakit tidak terlalu parah karena biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan di rumah sakit
lebih mahal.Walaupun responden hanya berobat ke puskesmas, hal tersebut sudah lebih baik daripada pengobatan tradional dan membeli obat di warung.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan