c. Biaya Produksi Tabel 5.10 Rata – Rata Biaya Produksi Sebelum Karet dan Sesudah Beralih
Komoditi Kelapa Sawit No
Uraian Karet
RpHaTh Kelapa Sawit
RpHaTh
1 Sarana Produksi
4.087.122 4.456.722
2 Tenaga Kerja
11.473.406 12.142.524
3 Penyusutan
3.187.715 1.073.487
4 PBB
20.000 35.000
Total 18.768.243
16.884.734
Sumber: Lampiran 10 dan 11 Dari Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa rata - rata biaya produksi sebelum
beralih komoditi yang terbesar adalah tenaga kerja yaitu Rp 11.473.406HaTahun, Begitu juga dengan rata – rata biaya produksi sesudah
beralih komoditi yang terbesar adalah tenaga kerja yaitu Rp
12.142.524HaTahun. Untuk rata – rata total biaya produksi yang tertinggi adalah sebelum beralih kekomoditikelapa sawit yaitu Rp 18.768.243HaTahun, dan
sesudah beralih ke komoditi rata – rata total biaya produksi hanya sebesar Rp 16.884.734HaTahun. Perbedaan total biaya produksi ini dipengaruhi oleh
penggunaan sarana produksi dengan jumlah yang berbeda yaitu dosis pupuk dan pestisida untuk satu pohon karet dengan dosis untuk satu pohon kelapa sawit.
Kemudian penggunaan tenaga kerja dengan sistem upah yang berbeda, pada usahatani karet yaitu pada tahap penyadapan dan pemanenan, upah tenaga kerja
dihitung per hari kerja, sedangkan pada usahatani kelapa sawit yaitu pada tahap pemanenan, upah tenaga kerja sesuai dengan produksi dalam sekali panen. nilai
penyusutan alat – alat yang digunakan masing – masing usahatani memiliki kebutuhan yang berbeda, pada usahatani karet alat – alat yang digunakan lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak karena tanaman karet dalam luas lahan satu hektar lebih banyak dibandingkan tanaman kelapa sawit.
d. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit
Produksi adalah keseluruhan dari hasil proses produksi yang diperoleh dari kegiatan usahatani yang dinyatakan dalam satuan kg atau ton. Penerimaan adalah
perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan
dalam sekali periode. Untuk mengetahui rata – rata produksi, penerimaan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel5.11 Rata – Rata Produksi, Harga, Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Bersih Sebelum Karet dan Sesudah Beralih
Komoditi Kelapa Sawit RpHaTh
No Uraian
Satuan Karet
Kelapa Sawit
1 Produksi
Kg 4.454
22.035 2
Harga Rp
10.000 1.500
3 Penerimaan
Rp 44.544.968
37.795.468 4
Biaya Produksi Rp
18.768.243 16.884.734
5 Pendapatan Bersih
Rp 25.776.725
20.910.333 Sumber: Lampiran 10, 11, 12, 13, 14, 15
Dari Tabel5.11 dapat dilihat sebelum beralih kekomoditi kelapa sawit, rata – rata penerimaan sebesar Rp 44.544.968HaTahun lebih besar dari pada sesudah
beralih ke komoditi kelapa sawit dengan rata – rata penerimaan Rp 33.052.857HaTahun. Begitu juga dengan rata - rata biaya produksi sebelum
beralih ke komoditi kelapa sawit sebesar Rp 18.768.243HaTahun lebih besar dari sesudah beralih ke komoditi kelapa sawit dengan rata – rata biaya produksi
Rp 16.884.734HaTahun. Dan rata – rata pendapatan bersih sebelum beralih ke komoditi kelapa sawit sebesar Rp 25.776.725HaTahun juga lebih besar dari rata
Universitas Sumatera Utara
– rata pendapatan bersih sesudah beralih ke komoditi kelapa sawit sebesar Rp 20.910.33HaTahun.
Hal ini berarti bahwa pada hipotesis 1 yang menyatakan bahwaada peningkatan pendapatan sesudah beralih ke komoditi tanaman kelapa sawit,
ditolak. Hal ini didukung oleh Natalia 2013, bahwa pendapatan petani karet lebih
tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani kelapa sawit. Tingkat pendapatan petani juga dipengaruhi oleh biaya produksi yang telah dikeluarkan serta harga
jual karet dan kelapa sawit. Sejalan dengan itu sangi 2010, bahwa tingkat pendapatan petani karet
dipengaruhi oleh harga jual. Tingginya harga jual komoditi karet menyebabkan ketimpangan antara petani karet dengan kelapa sawit.
Pendapatan petani menjadi lebih besar jika petani dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan dan diimbangi dengan produksi yang
tinggi.keberhasilan suatu usahatani karet ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Faktor tindakan kultur teknis
paling banyak mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain: pembibitan, pembukaan dan persiapan lahan,
peremajaan, penanaman tanaman penutup tanah, seleksi dan penanaman bibit, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan meliputi: penyisipan, pemeliharaan
tanaman penutup tanah, penunasan, induksi percabangan, pengendalian gulma, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan tanaman
menghasilkan meliputi: manajemen tajuk, pengendalian gulma, pemupukan, serta
Universitas Sumatera Utara
pengendalian hama dan penyakit, panen, pengangkutan dan pengolahan Setiawan dan Andoko, 2005.
5.4. Analisis Uji Beda Rata – Rata Total Biaya Produksi Petani Sebelum