- Jika tertelan melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran
pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan air kencing yang berwarna merah ataupun merah muda.
- Jika terhirup dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan dengan
gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, sulit bernapas, dan sakit dada. -
Jika mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi. -
Jika terkena mata juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata.
2.7.5.2. Dampak Kronis
Bahaya utama terhadap kesehatan pemakaian dalam waktu lama kronis dapat menyebabkan radang kulit dan alergi. Penggunaan rhodamin B pada makanan dalam
waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker
Yuliarti, 2007. 2.8. Terasi
2.8.1. Pengertian Terasi
Terasi adalah salah satu produk olahan dari hasil perikanan sebagai usaha pemanfaatan ikan atau udang yang berkualitas rendah. Terasi merupakan produk
perikanan yang berbentuk pasta. Umumnya terasi digunakan untuk campuran membuat sambal, adakalanya digunakan pula untuk campuran pada masakan lain
Adawyah, 2008. Terasi atau belacan adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan atau udang
renik yang difermentasikan, berbentuk seperti pasta dan berwarna hitam-coklat,
kadang ditambah dengan bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan. Terasi memiliki bau yang tajam dan biasanya digunakan untuk membuat sambal terasi, tapi
juga ditemukan dalam berbagai resep tradisional Indonesia Wikipedia.
2.8.2. Jenis Terasi
Terasi yang banyak diperdagangkan dipasar, secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan bahan bakunya, yaitu terasi udang dan terasi ikan.
Terasi udang biasanya memiliki warna cokelat kemerahan, sedangkan terasi ikan berwarna kehitaman. Terasi udang umumnya memiliki harga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan terasi ikan Anonimous, 2009.
2.8.3. Pembuatan Terasi
1. Pemilihan Bahan Baku
a. Terasi Ikan
Beberapa jenis ikan yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan terasi ikan adalah ikan selar gatel, badarteri dan sebagainya. Kepala ikan harus
dibuang terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut Adawyah, 2008. b.
Terasi Udang Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan terasi udang adalah
berupa rebon atau udang kecil dengan ukuran panjang berkisar antara 1 cm – 2,1 cm membujur, lebar 0,3 cm dengan warna keputihan Adawyah, 2008.
2. Bahan Tambahan
a. Garam
Pada pembuatan terasi, garam memiliki fungsi ganda yaitu sebagai berikut Anonimous, 2009 :
- Untuk memantapkan cita rasa terasi yang dihasilkan.
- Pada konsentrasi 20 200 gkg bahan baku, garam mampu berperan sebagai
bahan pengawet, namun dalam konsentrasi lebih dari 20 justru akan menggangu proses fermentasi.
b. Pewarna
Warna terasi yang alami adalah hitam kecoklatan. Warna tersebut dapat berasal dari pigmen yang dimiliki oleh udang atau ikan. Selain pigmen heme, pada ikan
maupun udang juga mengandung karotenoid, yaitu sekelompok pigmen yang memberikan warna kuning, jingga atau merah. Tunaxantin merupakan pigmen ikan
laut yang karateristik, sedangkan astaxantin merupakan pigmen terpenting yang terdapat pada udang Suprapti, 2002.
Untuk memperbaiki penampilan maka sering dilakukan penambahan bahan pewarna buatan dalam terasi. Ke dalam terasi udang sering ditambahkan warna coklat
atau merah, sedangkan ke dalam terasi ikan sering ditambahkan warna kehitaman campuan antara warna merah dan hijau. Adapun konsentrasi pewarna yang
digunakan, disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk menjamin keselamatan konsumen, sebaiknya digunakan bahan pewarna yang diizinkan penggunaannya oleh pemerintah
Anonimous, 2009. c.
Kain Saring atau Daun Pisang Pada pelaksanaan fermentasi, adonan terasi perlu dibagi dalam beberapa bagian
kecil dan kemudian dibungkus dengan kain saring atau daun pisang yang diiris di beberapa tempat, sehingga adonan tersebut terlindung dari cemaran debu dan air,
sementara aerasi udara tetap dapat berjalan lancar Anonimous, 2009.
3. Cara Pembuatan
Udang rebon atau ikan teri dicuci bersih, kemudian dijemur sampai kering di bawah sinar matahari selama 1-2 hari. Bahan tersebut kemudian dicampur dengan
garam sebanyak 13 atau lebih dan tepung, dihancurkan dengan diremas-remas. Kedalam campuran ini ditambahkan sedikit air dan diaduk terus menerus sampai
adonan menggumpal. Adonan ini kemudian dijemur dalam bentuk gumpalan- gumpalan kecil selama 3-4 hari. Setelah selesai masa penjemuran, gumpalan-gumpalan
tadi ditumbuk halus dan diberi sedikit air sampai membentuk gumpalan yang kokoh. Gumpalan ini dibungkus dengan daun pisang kering, kemudian diperam fermentasi.
Fermetasi dilakukan pada suhu 20-30 C selama 1-4 minggu Adawyah, 2008.
Cara pembuatan terasi dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Penjemuran 1-
2 hari Udang kecil
ikan kecil Pencucian
Pembentukan gumpalan- gumpalan
Penjemuran dan penghancuran 3-4 hari
Penghancuran dan penggaraman 13 atau lebih
Penggumpalan
Fermentasi 20-30
C, 1-4 minggu Pembungkusan dengan daun
pisang
Terasi
4. Hasil Proses Fermentasi
Selama fermentasi, protein akan terhidrolisis menjadi turunannya oleh enzim proteolitik yang terdapat dalam daging atau jeroan ikan atau oleh enzim yang
dihasilkan mikroba. Penggunaan jeroan ikan menjadi penting dalam pembuatan terasi, sebab enzim yang dihasilkannya dapat memecah protein lebih baik, dibandingkan
enzim pada bagian dagingnya Suprapti, 2002. Pemeraman atau proses fermentasi untuk terasi dapat menghasilkan aroma
yang khas. Komponen aroma tersebut merupakan senyawa yang mudah menguap. Persenyawaan tersebut akan menghasilkan bau amonia, asam, busuk, gurih, dan bau
khas lainnya Adawyah, 2008.
2.8.4. Karakteristik Terasi