Meresapi teks Releksi dan Rencana Aksi Releksi :

157 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk melaksanakannya di dalam keadaan tertentu dan kebutuhan untuk penggunaan hak itu dalam dunia sekarang. Yohanes Paulus II menegaskan bahwa status sah yang memungkinkan pelaksanaan hukuman mati ini tidak terletak lagi pada pertimbangan berat ringannya suatu tindak kejahatan yang dilakukan, tetapi pada ketidakmampuan masyarakat di dalam mempertahankan dirinya dengan cara-cara lain. Menurutnya, status ketidakmampuan masyarakat melindungi dan mempertahankan dirinya dengan cara-cara lain adalah faktor yang menentukan di dalam memutuskan apakah hukuman mati diperbolehkan atau tidak bagi seseorang yang melakukan kejahatan. Sejalan dengan itu, sejak masyarakat kita dapat menghukum yang melakukan kejahatan serius dengan hukuman penjara seumur hidup, Bapa Suci menilai bahwa bukan lagi sebuah kebutuhan mutlak untuk menjatuhkan hukuman mati sebagai upaya mempertahankan dan melindungi masyarakat. “Mengenai soal ini makin kuatlah kecenderungan di dalam Gereja maupun dalam masyarakat sipil, untuk meminta supaya hukuman itu diterapkan secara sangat terbatas, atau bahkan dihapus sama sekali.” Singkatnya, menjatuhkan hukuman mati ketika itu tidak mutlak perlu karena hukuman mati merupakan sebuah tindakan yang melanggar ajaran Gereja Katolik yang sejak semula selalu dengan tegas mengulagi perintah jangan membunuh. Pandangan Gereja yang demikian tentang hukuman mati ini dirasakan sejalan dengan martabat manusia dan juga dengan rencana Allah sendiri. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan tujuan utama hukuman yang dijatuhkan kepada seseorang yang berbuat jahat, yakni untuk memulihkan kekacauan yang diakibatkan oleh pelanggaran yang dilakukan seseorangbdk. KGK, art. 2266. Atas dasar ini, maka Gereja melihat bahwa pemerintah wajib memenuhi tujuan mempertahankan kepentingan umum, serta menjamin keamanan rakyatnya sekaligus memberikan dorongan dan bantaun kepada pelaku kejahatan pelanggaran untuk bisa mendapatkan rehabilitasi.bdk. KGK, art. 2266. Pandangan ini didasarkan pada ajaran Gereja mengenai kekudusan hidup manusia dan martabat manusia, yang menentang tindakan mengakhiri hidup manusia. Namun demikian, hak untuk hidup merupakan dasar dari kewajiban untuk melindungi serta memelihara hidup diri sendiri. bdk. KGK, art. 2264

3. Menghayati Ajaran Gereja tentang Hukuman Mati

a. Meresapi teks

Tidak banyak menolong, bila kejahatan hanya ditangkis dengan kekerasan senjata. Tidak mungkin mengadakan keadilan dan menjamin hidup bersama yang aman di luar tata hukum atau tanpa pengadilan yang jujur. Tidaklah sesuai dengan semangat Kristen, bahwa perbuatan jahat yang membawa penderitaan dibalas dengan penderitaan juga. Menurut moral Kristen, hukuman berkaitan dengan suatu kesalahan moral. Narapidana memikul beban kesalahannya. Namun, orang Kristen 158 Kelas XI mengimani bahwa semua beban dosa telah dipikul oleh Kristus, yang telah mati bagi dosa kita dan adalah perdamaian kita. Maka menurut keinginan Kristiani, bukan beban kejahatan yang harus dikenakan pada orang jahat, melainkan pendamaian Kristus yang mesti diwujudkan. Dalam hal “hukuman” kita juga bertanya, “bagaimana kita makin memelihara hidup?” Iman Katolik, KWI

b. Releksi dan Rencana Aksi Releksi :

Tuliskan sebuah releksi tentang hukuman mati, dari sudut pandang ajaran Gereja Katolik, yang menekankan bahwa hukuman mati sebagai pelanggaran kasih Allah sang Penyelenggara kehidupan. Rencana Aksi: embuat poster atau stiker yang berisi penolakan terhadap hukuman mati karena bertentangan dengan kehendak Tuhan sendiri. Doa Ya Bapa yang penuh kasih, terima kasih untuk pengajaran yang telah kami terima. Semoga kami dapat semakin menyadari bahwa hidup itu begitu indah dan berharga karena berasal dari pada-Mu. Semoga kami Engkau jadikan sebagai pejuang dan pembela kehidupan sebagaimana yang diajarkan Yesus Kristus, sang Juruselamat kami. Amin. 159 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

G. Bebas dari HIVAIDS dan Obat Terlarang

Santo Paulus mengatakan “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” 1Kor. 3:16. Dengan suratnya ini, Paulus mengingatkan betapa berharganya tubuh kita. Itu berarti kekacauan yang terjadi dalam diri kita juga berarti kekacauan dalam Bait Allah. Karena itu, mengkonsumsi Narkoba berarti awal dari usaha merusak Bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas yang mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV AIDS, juga merupakan pencemaran Bait Allah. Bila Narkoba dan HIVAIDS telah merusak manusia, manusia sulit untuk menggerakkan akal budi, hati nurani, dan perilakunya yang sesuai dengan kehendak Allah. Kita harus senantiasa menjaga diri kita, termasuk tubuh kita, agar Roh Allah tetap diam di dalam diri kita. Doa: Bapa yang Mahakasih, Pada kesempatan yang baik ini, kami akan mempelajari tentang bahaya narkoba dan HIVAIDS yang kini mengancam kehidupan umat manusia. Bimbinglah kami ya Bapa, agar kami sungguh memahami materi yang akan kami pelajari ini sehingga mampu menjaga kesucian diri kami agar terhindar dari bahaya narkoba serta penyakit HIVAIDS. Doa ini kami sampaikan melalui perantaraan Yesus Kristus, Guru dan Juruselamat kami. Amin.

1. Masalah Narkoba di Kalangan Remaja

Simaklah tulisan berikut ini. Pabrik Rumahan Ekstasi Beromzet 90 Juta Sehari Dibongkar Metrotvnews.com, Jakarta: Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat kembali membuka tabir peredaran narkoba. Sebelumnya, dua orang yang diduga sebagai pengedar kurir narkoba, yakni JK dan GY, ditangkap di depan minimarket, Jalan Casablanca Raya, Jakarta Selatan, pada Senin 710. Pada saat ditangkap, polisi menyita barang bukti berupa 1 paket narkotika jenis sabu dan 48 pil ekstasi. Berdasarkan pengakuan JK dan GY, polisi mengendus keberadaan dua orang yang diduga sebagai otak dari jaringan peredaran barang haram tersebut. Berbekal informasi dari tersangka, pada Selasa 810, polisi menggerebek rumah di Jalan Tubagus Angke Gang Siaga 1 RT 009004 Nomor 35 Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Diketahui di rumah seluas 3x20 meter itu dihuni kedua tersangka yang merupakan suami-istri, yakni HY dan HI. Kedua tersangka menjadi DPO karena HY dan HI telah kabur terlebih dahulu sebelum penggerebekan. “Saat tim melakukan penggerebekan,