konsep diri anak, dan sebagainya. Salah satu faktor yang penting dalam menentukan perilaku moral anak adalah self regulation pengaturan diri yaitu
kemampuan mengontrol diri sendiri tanpa harus diawasi atau diingatkan oleh orang lain. Dengan adanya pengaturan diri ini, anak akan mampu menunjukkan
atau menahan perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
2.4 Pelatihan Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial
Anak
Sesuai dengan tahap perkembangan moral dan sosioemosionalnya, anak yang berada pada tahap kanak-kanak menengah dan akhir diharapkan sudah
mampu menjalin interaksi dengan lingkungan secara efektif, dengan mempertimbangan norma atau kepentingan sosial dan tujuan pribadi. Namun pada
kenyataannya, masih banyak anak yang belum memiliki keterampilan sosial yang baik. Banyak hal yang menyebabkan anak mempunyai keterampilan sosial yang
kurang, seperti status ekonomi keluarga yang rendah, dari sini anak tidak diajarkan orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, hal lain tidak adanya
dukungan dari keluarga untuk membantu anak dapat diterima dan belajar dari lingkungan. Selain itu, hubungan sosial anak yang tidak baik akan membuat anak
tidak dapat menguasai emosi, terutama emosi negatif seperti marah, sedih, frustasi, dan kurangnya keterampilan mengendalikan diri menimbulkan perilaku-
perilaku agresif. Hal ini menyebabkan interaksi anak dengan lingkungan sekitar atau teman sebayanya menjadi tidak baik. Anak yang memiliki keterampilan
sosial yang rendah cenderung mendapat penerimaan sosial yang kurang baik.
Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial dengan tujuan yang khusus untuk penerimaan sosial.
Keterampilan sosial adalah kemampuan yang kompleks guna mendapatkan positif atau negatif reinforcement dan tidak menampilkan perilaku yang menyebabkan
hukuman dari orang lain Cartledge dan Milburn, 1995: 304. Keterampilan sosial adalah sarana yang memungkinkan berkomunikasi, belajar, mengajukan
pertanyaan, meminta bantuan, mendapatkan kebutuhan mereka bertemu dengan cara yang sesuai, bergaul dengan orang lain, mencari teman dan menjalin
hubungan yang sehat, melindungi diri mereka sendiri, dan umumnya dapat berinteraksi dengan siapapun dan setiap orang yang mereka temui dalam
kehidupan mereka Dowd dan Tierney, 2005: 1. Keterampilan sosial bukanlah kemampuan yang dibawa individu sejak lahir tetapi diperoleh melalui proses
belajar, baik belajar dari orang tua sebagai figur paling dekat dengan anak maupun belajar dari teman sebaya dan lingkungan masyarakat.
Keterampilan sosial dapat ditingkatkan, yaitu salah satunya dengan digunakan adalah pelatihan dasar yang merupakan suatu metode peningkatan
kemampuan keterampilan sosial individu yang berupa serangkaian aktivitas yang sistematis dengan tujuan agar individu dapat meningkatkan kemampuannya untuk
mengeluarkan perilaku-perilaku yang tampak, baik berupa tingkah laku positif ataupun tingkah laku yang negatif dan tidak mengeluarkan tingkah laku yang
dilarang atau tidak disukai orang lain Libet lewison dalam Cartledge Milburn, 1995. Pelatihan ini diambil dari kurikulum yang terdapat pada Boys
Town publication : Teaching Sosial Skills To Youth : A Curriculum For Child-
Care Providers Dowd Tierney dalam Dowd O’Kane, 1991: 29. Pada kurikulum ini terdapat 182 keterampilan yang diajarkan. Kurikulum keterampilan
sosial ini mendefinisikan alternatif yang lebih baik untuk banyak perilaku maladaptif dan mengalahkan diri sendiri yang mana orang lain terlibat di
dalamnya Cartledge Milburn, 1995: 4. Keterampilan dasar yang akan diberikan adalah mengikuti petunjuk, berani mengajukan penolakan, terlibat
dalam percakapan, saling memberi, menerima kritikan orang lain, pernyataan tidak setuju, menunjukkan rasa hormat atau perhatian, dan menujukkan kepekaan
kepada orang lain Dowd O’Kane, 1991: 29. Pelatihan dasar ini merupakan suatu cara yang tepat dalam meningkatkan
keterampilan sosial. Pelatihan ini dilakukan secara berkelompok, melalui aktivitas berkelompok ini anak tidak hanya mengekspresikan perasaan ataupun emosinya
secara bebas tetapi juga dapat mempelajari dan mempraktekan keterampilan- keterampilan sosial yang baru. Melalui media kelompok anak juga belajar bekerja
sama dan berinteraksi dengan anak lain, mengevaluasi dan menyesuaikan perilakunya dengan norma kelompok. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
permainan yang dikaitkan materi yang akan diberikan, permainan yang dilakukan meliputi pemodelan sosial, latihan perilaku, dan penguatan kondisi. Melihat hal
tersebut, peneliti berpendapat bahwa pelatihan dasar ini efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak.
Pelatihan serupa pernah dilakukan oleh Bakhtiary 2009: 6, dengan judul penelitian keterampilan sosial dasar pada anak usia sekolah, penelitian ini melatih
empat komponen sosial, yaitu mendengarkan yang meliputi kemampuan
menyimak, menatap, dan tidak memotong pembicaraan lawan bicara. Memperkenalkan diri, memulai pembicaraan, dan mengucapkan terimakasih.
Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah modelling, roleplay, dan feedback. Penelitian ini menghasilkan bahwa pelatihan dengan melatih emapat
komponen sosial efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak usia sekolah. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Greshan dan Oden dalam
Dowd Tierney, 2005: 14 dengan menggunakan sosiometri, observasi naturalistik dan rating scale yang diberikan kepada guru. Teknik ini digunakan
untuk menghasilkan tingkatan penerimaan teman sebaya, popularitas anak, dan integrasi sosial yang dapat dihubungkan dengan karakteristik anak yang dilihat
dari tinggi rendahnya nilai yang didapat. Materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah memperhatikan peraturan, melakukan peraturan, melakukan sesuai
dengan aturan yang ada, dan memberitahukan orang lain jika sudah selesai. Bila dibandingkan dengan penelitian yang ada dalam skripsi ini, maka
penelitian ini menambahkan materi pemberian pelatihan menjadi delapan, sesuai dengan A Curriculum For Child-Care Providers. Perbedaan lain juga terdapat
pada pemberian skala, beberapa peneliti menggunakan sosiometri dalam penetian yang untuk mengukur keterampilan sosial siswa sekolah dasar, namun pada
penelitian ini menggunakan skala keterampilan sosial.
2.5 Hipotesis Penelitian