4.4.6.8 Subjek H
Menurut hasil observasi selama pelatihan, diketahui subjek H agak lambat dalam mengerjakan tugas, harus diingatkan agar segera menyelesaikan tugasnya.
Ia sering menyelesaikan tugas paling akhir setelah teman-temannya selesai. Subjek merupakan anak yang cerewet, Ia sering terlihat mengobrol dan
berkomentar saat penyampaian materi namun terkadang dengan cerewetnya itu dia terlibat aktif dalam setiap sesi yang ada, juga bersemangat. Dalam hal
komunikasi, subjek memang anak yang baik dalam berkomunikasi, banyak hal ditanyakan subjek, baik tentang pelatihan yang dilakukan ataupun tentang hal lain
yang tidak berhubungan dengan pelatihan.. Keterampilan subjek dalam hal komunikasi memang baik, namun dalam hal lain terdapat kekurangan. Pada saat
kerja kelompok, subjek lebih sering menjadi sebagai seorang pemimpin, namun dengan gaya yang otoriter. Dia akan memerintahkan temannya untuk mengerjakan
tugas. Dalam pertemuan ke-3, perilaku mengobrol subjek mulai berkurang walau masih tetap ada, selain itu sifat otoriternya dalam kelompok juga mulai berkurang
setelah trainer menjelaskan tentang pentingnya kerjasama. Saat pertemuan ke-5, Ia sudah lebih mudah diberi pengertian dan menunjukkan tanggung jawab yang
lebih besar terhadap tugas yang diberikan. Di kelas, ia tidak terlalu banyak mengobrol lagi dan tidak sering menunda-nunda ketika diminta melaksanakan
tugas. Namun demikian, kadang-kadang ia masih suka mengganggu atau mengejek temannya terutama saat istirahat.
4.4.6.9 Subjek I
Hasil observasi menunjukkan bahwa subjek I cukup aktif dalam setiap sesi pelatihan. Pada awal eksperimen, ia sering berjalan-jalan dan tidak bisa diam
ketika di tempat duduknya. Juga sering melontarkan kata-kata tidak baik dan tidak mau untuk berdekatan dengan subjek I, yang dianggapnya sebagai anak
perempuan yang jelek dan kotor. Ia termasuk anak yang mudah menjalin interaksi dengan subjek lain namun terlihat sering bertengkar dengan beberapa temannya
yang menurutnya tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Di awal, ia juga terlihat kurang mau meminjamkan barang punyanya. Pada pertemuan ke-3, ia
mulai mau meminjamkan barangnya dan bisa menerima pendapat temannya, ia tidak lagi memaksakan pendapatnya meski terkadang terlihat pertengkaran dengan
subjek lain, intensitas dan frekuensinya sudah berkurang. 4.4.6.10
Subjek J
Subjek merupakan anak yang sedikit keras dalam berkomentar tentang temannya. Dia memang jarang mengeluarkan kata-kata tidak baik, namun apabila
dalam keadaan yang tidak dia sukai, dia akan menghajar temannya dengan kata- kata yang terus menerus dan menyakitkan. Pernah suatu ketika saat pelatihan
dalam sesi menunjukkan kepekaan, subjek J membuat subjek G menangis karena perkataannya. Namun setelah mendapat penjelasan dari trainer, subjek meminta
maaf dan bermain kembali dengan subjek G. meurutnya dalam kehidupan kelas, subjek adalah orang yang paling dekat dengan subjek G yang merupakan anak
yang paling dijauhi oleh teman-teman satu kelas.
Berdasarkan hasil observasi selama pelatihan berlangsung, subjek J adalah anak yang cukup aktif dan mampu mengajak teman-temannya untuk tetap fokus
terhadap pelatihan yang berlangsung dan yang paling mengerti apa yang harus dilakukannya namun terkadang dengan kata-kata yang kurang sopan dan dengan
nada yang marah. Subjek J merupakan anak yang moody, meski lebih sering terlihat bersemangat, namun apabila dia tidak bersemangat maka akan mengikuti
pelatihan dengan malas. Kata-kata yang keluar dari subjek J apabila dia dalam keadaan marah akan sangat menyakitkan dan tidak dapat dihentikan, dia akan
terus berbicara. Setelah pertemuan ke-3, ia sudah muali bisa mengontrol emosi meskipu terkadang tidak tahan juga apabila ada temannya yang kelewatan
terhadapanya.
4.5 Pembahasan
Pelatihan dasar adalah sebuah nama pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan sosial. Kekuatan dari pendekatan ini adalah
mengajarkan anak-anak untuk memiliki keterampilan prososial dan membantu mereka membangun hubungan yang sehat dengan yang lain. Tujuan dari pelatihan
ini bukan untuk mengatur anak-anak, tetapi untuk membantu mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa sekolah dasar. Pengukuran keterampilan sosial pada siswa SDN 5 Bangsri Jepara
dalam penelitian ini menggunakan skala keterampilan sosial yang dikembangkan oleh Desvi Yanti Mukhtar dengan reliabilitas 0,872. dalam penelitian yang