4.4.1 Analisis Shift Share
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB, model matematikanya adalah sebagai berikut Sawono Y dan S
Endang 1983 Ki =
x
100
dimana : Ki : Besarnya kontribusi tahun i
Vi : PDRB sektor perikanan pada tahun i Pi : Total PDRB tahun i
4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah
Perhitungan LQ digunakan untuk mengklasifikasikan sektor perikanan sebagai sektor basis atau non basis dalam perekonomian wilayah dengan
menggunakan rumus: LQ
=
= viVi : vtVt dimana:
vi = pendapatan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi Vi= total pendapatan seluruh sektor di Kabupaten Sukabumi
vt = pendapatan sektor perikanan di Provinsi Jawa Barat Vt= total pendapatan seluruh sektor di Provinsi Jawa Barat
4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah
Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda Multiplier effect pada perekonomian wilayah secara
keseluruhan. Menurut Glasson J 1977 Multiplier Effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator
produksi hasil perikanan dan nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Sukabumi, dapat dilihat dari rumus sebagai berikut:
MSy
=
dimana : MSy = Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan
Kabupaten Sukabumi Y = Perubahan pendapatan wilayah Kabupaten Sukabumi
Yb = Perubahan pendapatan sektor perikanan Kabupaten Sukabumi
4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan
Penentuan komoditas ikan unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih
keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi perdagangan global. Komoditas unggulan dicirikan oleh keunggulan dari sisi permintaan dan
penawaran. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan dari pasar domestik maupun internasional. Dari segi penawaran
komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat
dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan Syafaat N dan F Supena 2000 diacu dalam Hendayana R 2003
Untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pengembangan perikanan di Kabupaten Sukabumi, dibuat matrik dari pendekatan
Location Quotient LQ. Menurut Budiharsono S 2001 formula LQ sebagai berikut:
LQ =
Keterangan: Xij = produksi ikan jenis ke-j pada Kabupaten Sukabumi
Xi. = produksi total perikanan Kabupaten Sukabumi X.j = produksi total jenis ikan ke-j di Jawa Barat
X.. = produksi total perikanan Jawa Barat Interpretasi nilai LQ
1 Jika nilai LQ1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di
Kabupaten Sukabumi secara relatif dibandingkan dengan produksi perikanan Jawa Barat atau terjadi pemusatan aktivitas di Kabupaten Sukabumi. Atau
terjadi surplus produksi pada Kabupaten Sukabumi dan komoditas tersebut merupakan sektor basis di Kabupaten Sukabumi.
2 Jika nilai LQ = 1, maka pada Kabupaten Sukabumi mempunyai pangsa
aktivitas perikanan setara dengan produksi total Jawa Barat. 3
Jika nilai LQ 1, maka Kabupaten Sukabumi mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan di Jawa Barat, atau telah
terjadi defisit produksi di Kabupaten Sukabumi. Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan dengan LQ dibedakan
dalam dua kelompok, kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas tiga kriteria dan dua kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ,
yaitu terpusat LQ 1, mendekati terpusat LQ = 0.80 sampai 0.99 dan tidak terpusat LQ 1 . Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan
nilai 3, 2, dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami
pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1.
4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan
Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematis antara kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal
dari suatu sektor, sehingga dapat dibuat suatu alternatif strategi. Rangkuti F 2000 mengemukakan bahwa matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategi, yaitu SO, ST, WO, WT. 1
Strategi SO Strenghts – Opportunity Strategi ini adalah strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-sebesarnya 2
Strategi ST Strenghts – Threath Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman. 3
Strategi WO Weakness – Opportunity Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4 Strategi WT Weakness – Threat
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Masing-masing faktor internal dan eksternal dikaitkan, sehingga dapat mengilustrasikan bagaimana bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif
strategis yaitu SO, ST, WO, WT. Secara lengkap analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis SWOT Internal
Eksternal Strenghts S
Weakness W OpportunityO
Strategi SO Menciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk
menangkap kesempatan Strategi WO
Menciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
ThreatT Strategi ST
Menciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT Menciptakan strategi
yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman Sumber : Rangkuti F 2000
Dari Tabel 1 terlihat bahwa masing-masing faktor internal dan eksternal dikaitkan, sehingga dapat mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok
kemungkinan alternatif strategis yaitu SO, ST, WO, WT. Menurut Rangkuti F 2000, analisis SWOT didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunity, namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman treaths. Diagram analisis SWOT diperlihatkan pada Gambar 2.
Kuadran 3 Kuadran 1
Mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif
Kuadran 4 Kuadran 2
Mendukung strategi defensif Mendukung strategi diversifikasi
Sumber: Rangkuti F 2000 Gambar 2. Diagram Analisis SWOT, Rangkuti F 2000
Untuk membuat analisis SWOT, dibutuhkan analisis terhasap lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis lingkungan internal
dan eksternal dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal Internal Factor Evaluation-IFE dan Evaluasi Faktor Eksternal External Factor
Evaluation-EFE. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation IFE dan External Factor Evaluation EFE, yaitu:
a Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai faktor internal dan ekstrnal sektor perikanan Kabupaten Sukabumi.
b Penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal dalam sektor perikanan Kabupaten Sukabumi. Penentuan bobot dilakukan oleh
responden, dengan menggunakan skala: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal
Berbagai Peluang
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
Berbagai Ancaman
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor Strategis Internal A
B C
… Total
A B
C …
Total
Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategis Eksternal A
B C
… Total
A B
C …
Total
c Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai dari setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan rumus :
ai
=
Keterangan: ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3,…n
n = Jumlah variabel Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks dengan total sama dengan
satu. d Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan
oleh peneliti, dengan skala sebagai berikut : Nilai untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu:
1 = sangat kuat 3 = lemah
2 = kuat 4 = sangat lemah
Nilai untuk matriks EFE, skala peringkat yang digunakan yaitu : 1 = rendah
3 = tinggi 2 = sedang
4 = sangat tinggi e Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel,
sehingga menjadi skor f Skor dijumlahkan untuk menentukan total skor.
Tabel 4. Matriks Internal Factor Evaluation IFE
Faktor Strategis Internal Bobot
Rating Skor
Kekuatan : 1…………………………………..
2………………………………….. Kelemahan:
1………………………………… 2………………………………….
Total
Tabel 5. Matriks External Factor Evaluation EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot
Rating Skor
Peluang : 1…………………………………..
2………………………………….. Ancaman:
1………………………………… 2………………………………….
Total
g Total skor berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5 menunjukkan posisi internal dan eksternalnya lemah, sedangkan total skor diatas 2,5 menunjukkan bahwa
posisi internal dan eksternalnya berada pada tingkat yang kuat. Total skor yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada
pada posisi rata-rata.
4.5 Konsep dan Pengukuran
Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan konsep yang penting, antara lain:
1 Sektor perikanan dan kelautan meliputi perikanan, kelautan, pertambangan
dan energi, transportasi laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan lainnya, dalam penelitian ini yang dianalisis hanya sub sektor perikanan, yaitu
perikanan tangkap dan budidaya; 2
Peranan sektor perikanan dalam pembangunan adalah kedudukan sektor perikanan dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator
pendapatan wilayah dan tenaga kerja; 3
Sektor basis perikanan adalah perbandingan relatif kemampuan sektor perikanan pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administratif
di atasnya nasional serta sektor perikanan mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Kabupaten Sukabumi dan mengekspor ke luar wilayah
Kabupaten Sukabumi; 4
Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama satu tahun. PDRB yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik pada saat
menilai produksi , biaya antara maupun komponen nilai tambah. Dengan PDRB ini, dijadikan indikator untuk melihat pengaruh perubahan tingkat
kemakmuran dan perekonomian termasuk inflasi. Selain itu digunakan PDRB per kapita, yaitu perbandingan antara PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, sehingga dengan PDRB per kapita dapat diketahui kemampuan wilayah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor
produksi yang ikut berpartisipasi dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpatisipasi dalam proses produksi. Satuan
PDRB yang digunakan adalah jutaan rupiah; 5
Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja sektor perikanan, yaitu jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor
perikanan. Kesempatan kerja sektor perikanan dinyatakan dalam orang jiwa;
6 Efek pengganda pendapatan tenaga kerja adalah koefisien yang
menunjukkan kemampuan setiap peningkatan pendapatan tenaga kerja dalam wilayah terhadap pertumbuhan pendapatan tenaga kerja wilayah
yang bersangkutan; 7
Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan yang dimiliki oleh sektor perikanan serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau
kekurangan sektor perikanan yang mempengaruhi kinerja pembangunan; 8
Faktor ekternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki sektor perikanan untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan
hambatan yang berasal dari luar sektor perikanan; 9
Strategi pengembangan adalah rencana atau siasat pengembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi riil saat ini menuju sasaran yang diinginkan.
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 5.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Sukabumi secara geografis terletak antara 6 57
’
Lintang Selatan dan 106
41
’
– 107 00
’
Bujur Timur. Ibukota Kabupaten Sukabumi adalah Palabuhanratu yang terletak di Kecamatan Palabuhanratu. Dari tata letak,
Kabupaten Sukabumi berbatasan dengan: 1
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor 2
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia 3
Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten dan Samudra Indonesia 4
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur Lampiran 2 Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi
permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian utara dan tengah. Terdapat dua gunung, yaitu Gunung Salak dan Gunung Gede
masing-masing dengan ketinggian 2.211 m dan 2.958 m dpl menyebabkan keadaan lereng sangat miring lebih besar dari 35
meliputi 29 persen dari luas Kabupaten Sukabumi, kemiringan antara 13
-35 meliputi 37 persen dan
kemiringan antara 2 -13
meliputi 21 dari luas kabupaten, sisanya adalah daerah datar meliputi 13 dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian
menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor, erosi tanah dan lain-lain.
Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi, dan perputaran pertemuan arus angin. Oleh karena itu jumlah
curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah hujan rata-rata pada Tahun 2003 adalah 258,9mm, Tahun 2004 sebesar 209,8mm,
dan pada Tahun 2006 sebesar 309,9mm. Kelembaban nisbi rata-rata pada Tahun 2003 sebesar 89 dan berturut-turut pada Tahun 2004 dan 2005 sebesar 90 dan
88,8. Temperatur udara rata-rata pada Tahun 2003 maksimal 31,6 C
dan minimal 19,6
C, Tahun 2004 maksimal 31,2 C minimal sebesar 19,6
C, dan Tahun 2005 maksimal sebesar 30,8
C dan minimal sebesar 20,3 C.
5.1.2 Luas Wilayah
Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu 408.560 ha, dengan alokasi
masing-masing penggunaan lahan untuk lahan sawah seluas 62.751 ha 15,35, kebun tegalan seluas 103.678 ha 25,37, padang rumput 4.335 ha 1,06,
kolam empang 1.702 ha 00,42, tambak 200 ha 00,05, hutan rakyat 45.851 ha 11,22, perkebunan 74.839 ha 18,31, dan hutan negara seluas 85.296 ha
20,87. Kabupaten Sukabumi memiliki 40 kecamatan, kecamatan terluas adalah Kecamatan Ciemas, yaitu 267 km
2
atau 6,46
dari luas kabupaten, kemudian diikuti Kecamatan Jampang Tengah dengan 6,13 dari luas Kabupaten,
sedangkan kecamatan paling kecil adalah Kecamatan Kebonpedes seluas 10 km
2
atau 0,25.
5.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2004 mencapai 2.188.722 jiwa yang terdiri atas 1.135.416 laki-laki dan 1.053.306 perempuan.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Sukabumi sebesar 106 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki. Rata-
rata penduduk laki-laki adalah 1.087.485 jiwa dan perempuan sebesar 1.040.341 jiwa.
Jumlah penduduk terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terdapat di Kecamatan Cisaat sebanyak 108.065 jiwa atau sebesar 4,85 dari penduduk
Kabupaten Sukabumi. Penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Cidolog sebanyak 18.401 jiwa atau sebesar 0,82 dari jumlah penduduk seluruhnya.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 540,31 orang per Km
2
. Kecamatan Cisaat masih merupakan kecamatan terpadat yaitu sebesar 5.037,06 orang per Km
2
dan kepadatan terendah adalah Kecamatan Cibitung yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi yaitu sebanyak 159,95 orang per
Km
2
. Tabel 6 memperlihatkan jumlah penduduk di Kabupaten Sukabumi berdasarkan jenis kelamin.