3.2 Karakteristik Fisik Air Limbah
Karakter isik air limbah ditentukan oleh polutan yang masuk kedalam air limbah dan memberikan perubahan
isik pada air limbah tersebut. Karakteristik isik tersebut adalah suhu, kekeruhan, warna dan bau yang disebabkan
oleh adanya bahan tersuspesi dan terlarut didalamnya. Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi
oleh adanya sifat isik yang mudah terlihat. Adapun sifat isik yang penting adalah kandungan zat padat sebagai
efek estetika dan kejernihan serta bau dan warna dan juga temperatur.
3.2.1 Suhu
Fluktuasi suhu
dalam air
akan berpengaruh
terhadap kehidupan
di dalamn.
Peningkatan dan penurunan suhu dalam air dipengaruhi oleh derajat ketinggian tempat, komposisi
substrat, kekeruhan, curah hujan, angin, suhu limbah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam air. Kenaikan
suhu sebesar 10
o
C dapat mengakibatkan ikan tertekan dan laju metabolisme meningkat dua kali lipat. Suhu
optimal beberapa jenis moluska adalah 20
o
C, dan apabila melampaui batas tersebut akan mengakibatkan
berkurangnya aktivitas kehidupannya Haslam, 1995.
3.2.2 Padatan Terlarut dan Tersuspensi
Besarnya padatan tersuspensi dalam suatu perairan akan menurunkan penetrasi cahaya, sehingga akan dapat
menurunkan aktivitas fotosintesis itoplankton dan algae.
Pada dasar perairan, padatan tersuspensi secara perlahan akan menutupi organisme bentos dan dapat mempengaruhi
jaring-jaring pangan. Padatan tersuspensi dalam suatu perairan disebabkan oleh banyak faktor seperti lumpur,
bahan organik, detritus, plankton, dan limbah domestik, sehingga menimbulkan kekeruhan yang tinggi dalam
suatu perairan.
Padatan total residu adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan
pada suhu tertentu. Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan
residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi
karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas – gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup
dalam nilai padatan total Boyd, 1988. Padatan yang terdapat di perairan diklasiikasikan berdasarkan ukuran
diameter partikel.
Padatan tersuspensi total total suspended solid atau tSS adalah bahan dasar tersuspensi yang tertahan pada
saringan milipore dengan diameter pori 0,45 mikrometer. tSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad
renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah erosi tanah yang terbawa ke dalam air Efendi, 2003.
Padatan yang mudah mengendap Setable solid adalah
jumlah padatan tersuspensi yang dapat diendapkan selama periode waktu tertentu dalam wadah yang berbentuk
kerucut terbalik. Padatan terlarut total total dissolved
Solid atau tdS adalah bahan – bahan terlarut diameter 10
-6
mm dan koloid diameter 10
-6
– 10
-3
yang berupa senyawa-senyawa kimia bahan lain, yang tidak tersaring
pada kertas saring berdiameter 0,45mikrometer Rao, 1992. tdS biasanya disebabkan oleh bahan organik yang berupa
ion – ion yang biasa ditemukan di perairan.
Berdasarkan sifat volatilitas penguapan pada suhu 600
C, padatan tersuspensi dan terlarut dibedakan menjadi volatile solids
dan non volatile atau ixed solids. Volatile solid
adalah bahan organik yang teroksidasi pada pemanasan dengan suhu 600
C, sedangkan non volatile solid adalah fraksi bahan organik yang tertinggal sebagai abu pada suhu
tersebut Rao, 1992. nilai tdS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan
batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik berupa limbah domistik dan industri. Bahan – bahan
tersuspensi yang terlarut dalam perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan, terutama tSS
dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air
dan akhirnya berpengaruh terhadap fotosintesis di perairan Efendi, 2003.
Rasio antara padatan terlarut dan kedalaman rata – rata perairan merupakan salah satu cara untuk menilai
produktivitas perairan. Perbandingan antara tdS dan kedalaman rata – rata ini dikenal sebagai Morphoedaphic
index Mei.
3.3 Karakteristik Kimia