3.3 Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan dengan adanya polutan dari bahan bahan kimia chemical.
Chemical tersebut terdapat dalam bentuk terlarut dalam bentuk ion-ion dan tersuspensi dalam bentuk senyawanya.
Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah sebagai polutan akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan melalui berbagai kemungkinan reaksi biokimia. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam
limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih
berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada di
dalam air limbah pada umumnya dapat diklasiikasikan sebagai berikut Sugiharto, 1987 :
1.
Bahan organik 7.
Protein 12.
Logam berat
2.
pH 8.
Karbohidrat 13.
Metan
3.
Klorida 9.
Minyak Lemak 14.
nitrogen
4.
Kebasaan 10.
Fenol 15.
Fosfor
5.
Sulfur 11.
Bahan anorganik 16.
Gas
6.
Zat beracun
3.3.1 Oksigen Terlarut
Kandungan oksigen O
2
terlarut merupakan hal yang paling penting bagi kelangsungan hidup organisme
perairan, sehingga penentuan kadar O
2
terlarut dalam air dapat djadikan ukuran untuk menentukan mutu
air. Analisis O
2
terlarut merupakan kunci yang dapat
menentukan tingkat pencemaran suatu perairan maupun jenis penggolongan limbah yang diperlukan.
Menurut Husin 1988, kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah adalah
banyak tergantung pada kadar O
2
terlarut dan organisme pengurai. Jika tidak ada senyawa beracun, maka
kandungan O
2
terlarut minimum sebesar 2 mgl sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara
normal. Kandungan O
2
terlarut erat kaitannya dengan karbondioksida CO
2
, karena CO
2
merupakan salah satu gas yang penting untuk kehidupan organisme fotosintetik
yang akan dipergunakan dalam pembentukan senyawa organik.
3.3.2 Kebutuhan Oksigen Biokimia BOD
Kebutuhan oksigen biokimia BOd merupakan ukuran banyaknya oksigen yang diperlukan oleh jasad
pengurai untuk merombak bahan organik yang ada dalam perairan dalam volume air tertentu. Secara umum BOd
diukur dalam jangka waktu lima hari, sehingga dikenal sebagai BOd
5
, artinya banyaknya oksigen yang diper- gunakan
oleh mikro-organisme
pengurai dalam
menguraikan bahan organik baik yang terlarut maupun yang tersuspensi selama lima hari pada suhu konstan 20
o
C Alaerts dan Santika, 1984. Peningkatan nilai BOd
5
merupakan petunjuk adanya penurunan kandungan oksigen terlarut yang disebabkan
oleh peningkatan jumlah populasi organisme pengurai
dan meningkatnya laju penguraian. Perairan yang memiliki nilai BOd tinggi dan tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan kandungan oksigen terlarutnya akan sangat berbahaya bagi kehidupan biota akuatik
yang ada Saeni, 1989.
3.3.3 Kebutuhan Oksigen Kimiawi COD
Kebutuhan oksigen
kimiawi COd
merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi seluruh bahan kimia dalam air. nilai COd
selalu lebih besar atau sama dengan kebutuhan oksigen biokimia suatu perairan, hal ini karena jumlah senyawa
kimia yang dapat dioksidasi secara kimia lebih besar dibandingkan dengan secara biokimia Saeni, 1989.
Menurut Alaerts dan Santika 1987, kebutuhan oksigen kimiawi merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi seluruh bahan organik secara kimia dengan menggunakan oksidator kalium bikromat K
2
Cr
2
O
7
dengan katalis perak sulfat Ag
2
SO
4
. Parameter BOd dan COd adalah dua parameter yang saling melengkapi, yakni
BOd biasanya digunakan sebagai indikator parameter limbah yang mudah terurai seperti limbah domestik,
sedangkan COd biasanya digunakan sebagai indikator pencemaran limbah yang tidak dapat terurai oleh bantuan
mikroorganisme seperti limbah industri.
3.3.4 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang mencemari perairan dapat berasal dari kendaraan bermotor pada perairan, buangan
industri, maupun dari buangan domestik. Adanya minyak dan lemak dalam suatu perairan dapat mengakibatkan
berkurangnya penetrasi sinar matahari ke dalam air, menurunnya konsentrasi oksigen terlarut karena meng-
hambat difusi udara dengan permukaan air. Hal tersebut akan dapat mengganggu kehidupan.
Minyak dan lemak membentuk ester dan alkohol atau gliserol dengan asam gemuk. Gliserid dari asam gemuk ini
berupa cairan dalam keadaan biasa dikenal sebagai minyak dan apabila dalam bentuk padat dan kental dikenal sebagai
lemak. Minyak dan lemak tergolong benda yang tidak mudah diuraikan oleh bakteri. Bahan-bahan asam dapat
menghancurkannya untuk menghasilkan gliserin dan asam gemuk Sugiharto, 1987.
3.4 Baku Mutu Air