Penyesuaian Perceraian Partisipan I

Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. Tidak ada perebutan harta setelah bercerai. Setelah bercerai, mantan suami partisipan I membagi sedikit hartanya. Rumah yang ditempati partisipan I adalah milik anak- anak, namun selama partipan I belum menikah lagi dan masih mengurus anak- anak, maka rumah itu masih merupakan milik partisipan I. P1.W2k.110-130hal.16-17 Sedangkan mengenai pengasuhan anak tidak ada dibicarakan dalam perceraian, tetapi karena anak- anak tidak mau ikut dengan ayahnya dan ayah pun tidak pernah meminta untuk membawa dan mengasuh anaknya, maka ketiga anak partisipan tinggal bersamanya. P1.W2k.134hal.17, P1.W2k.136-139hal.17, P1.W2k.141-147hal.17, P1.W2k.151-152hal.17, P1.W3k.280-281hal.41

f. Penyesuaian Perceraian

1 Penyesuaian Trauma emosional Bagi partisipan I perceraian merupakan jalan yang baik baginya daripada ia merasakan kesengsaraan dan menderita hidup berumah tangga dengan suaminya. Partisipan I juga tidak pernah menangis, ia lebih memilih untuk menerima semua yang telah terjadi, bahkan saat terakhir kali memutuskan untuk bercerai, partsipan I merasa sudah tenang dan tidak ragu lagi dengan keputusannya. P1.W3k.1405-1412hal.67, P1.W3k.1414-1427hal.68 Setelah perceraian terjadi partisipan I tidak merasa kesedihan atas perpisahannya dengan suaminya. Kesedihan partisipan I hanya memikirkan mengenai anak- anak, tidak lagi memikirkan suaminya.P1.W2k.525-526hal. 26, P1.W2k.505-509hal.26, P1.W2k.497-502hal.25-26 Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. Sampai saat sekarang juga partisipan tidak ada perasaan sedih. Baginya semua peristiwa ini adalah nasib jadi tidak perlu untuk disedihkan berhari- hari. Perilaku suami yang menyakitkannya mengakibatkan partisipan I tidak merasa kehilangan dan sedih, baginya jika suami mau hilang, hilanglah. P1.W2k.513- 516hal. 26, P1.W2k.518-520hal. 26, P1.W3k.1443-1454hal.68 Partisipan I tidak merasakan sedih atas perceraiannya karena ia yang meminta bercerai dari suaminya. Namun, masalah anak merupakan masalah yang menjadi beban fikiran partisipan I yang terkadang membuatnya sedih. P1.W2k.528-537hal. 26 Kehadiran teman juga membantu partisipan I untuk menghindari rasa sedih. Terkadang saat partisipan I teringat dengan perilaku suaminya hingga membuat partisipan I kesal di dalam rumah, partisipan I memilih untuk pergi keluar ke rumah teman untuk bercerita tentang masalah anak ataupun pekerjaan, tertawa agar menghilangkan rasa bosan dan menghindari rasa sedih P1.W3k.1632-1633hal.72, P1.W2k.583-596hal. 27-28, P1.W2k.599-608hal. 28 Hal lain yang membuat partisipan I tidak bersedih atas perceraiannya karena anaknya tidak merindukan ayahnya. Partisipan I mengetahuinya saat ia mempertanyakan kepada anaknya yang paling kecil saat ia sakita dan anaknya mengatakan ia tidak meinrdukan ayahnya. Putri- putri partisipan yang sudah dewasa dan sudah bisa bekerja dan mencari pengahasilan sendiri juga membuat partisipan I senang. P1.W2k.540-560hal. 26-27, P1.W2k.612-618hal. 28 Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. Perasaan sayang atau mengingat mantan suami sudah tidak ada lagi setelah bercerai karena perilaku mantan suami selama menikah sangat mengesalkan partisipan I, sehingga ia tidak lagi memikirkan atau mengingat suaminya hanya teringat pada perbuatan suaminya terhadap dirinya. P1.W1k.94-97hal.3, P1.W1k.127-131hal.4, P1.W1k.121-124hal.4, P1.W1k.133-137hal.4 Partisipan I juga mengatakan bahwa perceraiannya dengan suaminya tidak membuat kesehatan partisipan I menurun, begitu juga makan atau kebiasan tidur pasrtisipan I. Hanya masalah anak yang saat ini jauh dari partisipan I yang menjadi beban fikiran partisipan I saat ini. P1.W1k.718-721hal.31, P1.W1k.726hal.31, P1.W1k.728 hal.31, P1.W1k.731-744hal.31 2 Sikap Masyarakat Terhadap Perceraian Seminggu setelah bercerai partsipan I memberitahukan kepada tetangganya mengenai perceraiannya dengan suaminya agar para tetangga mengetahui bahwa ia sudah tidak lagi memiliki suami, orang yang bertanggung jawab di dalam rumah tangga partisipan I sehingga para tetangga bisa menolongnya, misalnya untuk memperhatikan anaknya berpartisipan In saat ia bekerja. P1.W3k.1292hal.65, P1.W3k.1309-1325hal.65, P1.W3k.1294- 1300hal. 65 Saat tetangga partisipan I mengetahui perceraiannya dan setelah partisipan menceritakan perilaku suaminya, para tentangga partisipan I memberi tanggapan bahwa perceraian merupakan jalan yang baik bagi partisipan I. Tetangga partisipan I juga mengatakan bahwa lelaki yang seperti suaminya tidak bisa Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. dijadikan pendamping hidup lagi, jadi perceraiannya adalah jalan yang baik. P1.W1k.185-190hal. 5, P1.W2k.194-197hal. 18 Masyarakat sekitar juga tidak ada yang mengganggu ataupun mengatakan hal yang negatif kepada partisipan I atas perceraiannya karena menurut partisipan I masyarakat sekitar mengetahui baik buruknya pekerjaan partisipan. P1.W1k.208-209hal. 6, P1.W1k.169-171hal. 5, P1.W1k.169-171hal. 5 Sebaliknya, masyarakat sekitar partisipan I tinggal justru banyak membantunya, khususnya menjaga anaknya saat partisipan I sedang bekerja di sawah. Tetangga di sekitar rumah partisipan I akan melarang anak partisipan I berpartisipan In jika dirasakan perpartisipan Inannya berbahaya. P1.W3k.1206- 1215hal. 63, P1.W3k.1232-1235hal. 64, P1.W3k.1237-1241hal. 64 Status single yang disandang partisipan I setelah bercerai tidak menimbulkan rasa malu baginya. Hal ini dikarenakan partisipan I tidak merasa melakukan kesalahan, justru suaminya yang menimbulkan permasalahan, jadi partisipan I merasa suaminya yang seharusnya malu. Sebaliknya, teman- teman partisipan justru kasihan terhadapny, tidak ada yang memceritakan permasalahan rumah tangganya. P1.W2k.229-239hal.19, P1.W2k.241-247hal.20, P1.W3k.1245-12450hal.64 Partisipan I juga tidak menyesali perceraiannya yang terjadi dan tidak merasa bersalah atas perceraiannya dengan suami. Tindakannya untuk meminta bercerai adalah karena perilaku suami yang membuatnya tidak bisa bertahan lagi. P1.W2k.215 hal. 19, P1.W1k.218-222hal. 6, P1.W2k.207-209hal. 19, P1.W2k.217-222hal. 19 Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. 3 Penyesuaian Terhadap Kesepian dan Social Readjustment. Perceraian partisipan I dengan suaminya tidak membuat partisipan I merasa kesepian setelah bercerai karena sejak menikah dulu suami partisipan I jarang berada di rumah sehingga partisipan I sudah biasa tinggal di rumah bersama anak- anak. Kehadiran anak- anak juga membuat partisipan I tidak merasa kesepian berada di rumah. P1.W1k.285-287 hal. 7, P1.W2k.481-486 hal. 25 Walaupun tidak ada perasaan kesepian, namun saat ini partisipan I mengakui bahwa ia kehilangan tempat untuk mengadukan masalah anak- anaknya dan saat ini ia merasa sunyi saat di rumah karena kedua anaknya tidak lagi tinggal di rumah. P1.W2k.492-494 hal. 25, P1.W1k.249-253hal. 6-7. Partisipan I juga tidak merasa kehilangan suaminya. Perilaku mantan suaminya saat menikah membuatnya sakit hati sehingga partisipan I sudah pasrah dan sudah merelakan jika hubungannya dengan mantan suaminya berakhir. P1.W3k.1435-1440 hal. 68 Kehadiran teman sangat membantu partisipan I dalam menghadapi perceraiannya. Setiap kali fikiran partisipan banyak, kacau, sehingga membuat partisipan I tidak mampu lagi menahannya, partisipan I pergi ke tempat teman- temannya yang bisa menenangkan pikirannya. Partisipan I merasa jika ia terus memendam permasalahan yang dihadapinya, ia akan sakit kepala, jadi lebih baik ia menceritakan permasalahannya dengan teman- temannya, sehingga tidak ada masalah lagi. P1.W2k.762-770hal.32, P1.W3k.1400-1402hal.67, P1.W2k.772-778hal. 32 Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. Sampai saat ini belum ada keinginan partisipan I untuk menikah kembali. Partisipan I mengatakan jika suatu saat nanti ia menemukan jodoh yang baik dan bisa memimpinnya, partisipan I berkeinginan untuk menikah kembali, tetapi jika tidak bisa memimpin dan berperilaku sama dengan mantan suaminya, partisipan I lebih memilih untuk tetap sendiri saja. Namun, jika nanti menemukan suami yang baik dan bisa memimpinnya, partisipan I berkeinginan untuk menikah kembali. P1.W2k.470 hal. 25, P1.W2k.460-468 hal. 24-25, P1.W2k.472-475 hal. 25 Perasaan yang sangat kecewa terhadap mantan suaminya, rasa takut gagal jika berumah tangga kembali dan peristiwa yang dialami selama berumah tangga membuat partisipan I mempertimbangakan dan lebih berwaspada jika ada lelaki yang mendekatinya. P1.W3k.165-170 hal.38, P1.W3k.228-229 hal.39, P1.W3k.232-234 hal.39, P1.W3k.247-248 hal.40 Hal lain yang menjadi pertimbangan partisipan I untuk tidak menerima lelaki yang mendekatinya adalah anak. Partisipan I mempertimbangkan bagaimana nanti kedua anak gadisnya serumah dengan ayah tiri. Partisipan I juga takut jika ia menikah kembali suaminya tidak bertanggung jawab dan ia harus ikut mencari makan lagi yang akhirnya hanya menambah beban bagi dirinya. P1.W3k.183-196 hal. 38, P1.W3k.198-210 hal. 38-39. Namun, jika anak- anaknya yang gadis sudah menikah dan partisipan I menemukan jodoh, ia berjanji akan menikah kembali. Menurut partisipan I apabila ia menikah kembali dan suaminya berperilaku buruk, ia tidak akan bisa menyakiti anak- anaknya karena mereka sudah menikah dan ikut dengan suaminya. Namun, menurut partisipan I untuk saat ini ia merasa lebih senang Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. dengan kondisinya saat ini. P1.W3k.212-220 hal. 39, P1.W3k.239-241 hal. 39- 40, P1.W3k.222-226 hal. 39 4 Penyesuaian Pengaturan Orang Tua Setelah bercerai hanya tiga kali suami datang menemui partisipan I dengan alasan untuk melihat anak dan terkahir kali saat puasa, setelah itu mantan suami tidak pernah lagi datang menjenguk anak. P1.W1k.294-295hal. 8, P1.W2k.285- 287hal. 21, P1.W1k.384-385hal. 10 Mantan suami juga tidak pernah menunjukkan keinginannya untuk mengambil salah satu anak yang diasuh partisipan I, begitu juga dengan anak - anak, tidak ada yang mau untuk ikut dengan ayahnya. P1.W3k.277-278hal. 40- 41, P1.W2k.151-152hal. 17 Dalam hal mengurus anak, setelah bercerai partisipan I tidak pernah lagi berdiskusi dengan mantan suaminya. Semenjak bercerai partispan I tidak pernah menjalin komunikasi dengan mantan suaminya karena partisipan I merasa mantan suaminya bukanlah ayah yang bertanggung jawab dan partisipan I juga takut jika nanti berbicara dengan mantan suaminya membuat mantan suaminya tersinggung. P1.W1k.316-317hal. 8, P1.W1k.327-330hal. 8, P1.W3k.1160-1170hal. 62 5 Penyesuaian Keuangan Hanya satu kali mantan suami memberikan uang belanja untuk anak- anak setelah partisipan I bercerai dengannya, selebihnya partisipan I yang bekerja untuk memenuhi keperluan belanja. P1.W1k.333-342hal. 9, P1.W1k.345-347hal. 9 Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. Partispan I mengatakan bahwa kondisi keuangan di dalam rumah tangganya berubah setelah ia bercerai dan hal ini menjadi beban fikiran partispan I untuk membiayai kebutuhan anak- anaknya. P1.W1k.364-365hal. 9, P1.W1k.374-375hal. 9 Kondisi keuangan yang berubah setelah bercerai membuat partisipan I menambah pekerjaannya. Sebelumnya partisipan I hanya bekerja ke sawah saja, namun setelah bercerai ia harus menambah pekerjaannya, menjadi tukang cuci pada malam hari. Setelah bercerai partisipan I juga menambah intensitas partisipan ke sawah sehingga lebih sering daripada sebelumnya. P1.W1k.352- 359hal. 9, P1.W3k.67-68hal. 35, P1.W3k.73-74hal. 35 Kenyataan bahwa mantan suami partisipan I tidak memberi nafkah kepada anak-anaknya setelah bercerai tidak membuat partisipan I untuk menuntut tanggung jawab dari mantan suaminya, sekalipun ia tidak makan, ia tidak akan meminta belanja dengan mantan suaminya karena menurut partisipan I mengeluh dengan mantan suaminya sama dengan tidak konsisten dengan perkataan sendiri. P1.W3k.76-80hal. 36, P1.W3k.91-96hal. 36, P1.W3k.108-119hal. 36 Saat ini, walaupun penghasilan yang di dapat partisipan I tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya, namun ia yakin jika terus- terusan bekerja cukup untuk memenuhi kebutuhan makan anaknya yang paling kecil, yang menjadi tanggungannya saat ini. Untuk memenuhi kebutuhannya, partsipan I berusaha mengaturnya dengan baik. Pekerjaan partsipan I mencari padi di sawah cukup untuk memenuhi kebutuhan beras sehari- hari, dan jika ada orang menyuruhnya bekerja, ia kerjakan untuk memenuhi belanjanya, sedangkan upah Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. dari pekerjaannnya menyuci, ia gunakan untuk membayar lampu atau keperluan anaknya.P1.W3k.1534-1536hal.70, P1.W3k.1538hal.70, P1.W3k.1561- 1568hal. 71 6 Penyesuaian Perubahan Tanggung Jawab dan Peran Kerja Pekerjaan rumah tangga yang seharusnya dikerjakan oleh dua orang, saat ini harus dialui partisipan I sendiri. Partisipan I harus menanggung ekonomi keluarga dan menambah pekerjaan, namun ia tidak merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ekstra setelah bercerai karena partispan I sudah terbiasa. P1.W1k.368-372hal. 9 Walaupun sebelum bercerai partisipan I sudah bekerja, namun saat ini partisipan I merasakan beban tanggungan yang berbeda dalam hal keuangan. Saat menikah dahulu, partisipan bekerja untuk membiayai sekolah anak- anaknya, namun setelah berecrai kedua anaknya tidak sekolah lagi sehingga saat ini, bagi partisipan I beban terberatnya adalah kebutuhan makan untuk anaknya. P1.W2k.251-253hal. 20, P1.W2k.256-261hal. 20, P1.W2k.269-278hal. 20 Peran partisipan I sebagai orang tua tunggal saat ini membuat partisipan I harus memikirkan mengenai anak- anaknya sendiri. Partisipan I memikirkan mengenai tanggung jawab terhadap anaknya, khusunya memenuhi kebutuhan pokok anak. Partisipan I juga sering memikirkan keadaan anak- anaknya yang tidak lagi tinggal di rumah. P1.W1k.157-162hal. 4, P1.W2k.681-688hal. 33 Perbedaan yang dirasakan partisipan I setelah bercerai dalam mengurus rumah tangganya adalah tidak adanya lagi tempat partisipan untuk mengadukan Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. masalah anak- anaknya. Partisipan I merasa berat karena tidak ada tempatnya untuk berbagi jika nanti anak- anaknya mau menikah ataupun putranya jika nanti sunat. Saat ini, karena tempat partisipan I mengadu sudah tidak ada lagi, jika ada masalah mengenai anak, partisipan I mengurus dan memutuskannya sendiri mana yang terbaik . P1.W2k.303-313hal.21, P1.W1k.528-529hal.13, P1.W2k.681- 688hal.30, P1.W1k.531-535hal. 13, P1.W2k.316-322hal. 21 Tidak ada yang berubah dalam pekerjaan rumah tangga sehari- hari setelah bercerai karena selama menikah dahulu suami partisipan I hanya mengurus belanja saja tidak pernah mengurusi pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga biasa dilakukan partisipan I sendiri. P1.W2k.325hal.21, P1.W1k.540- 541hal. 13, P1.W1k.544hal. 13 Walaupun pekerjaan partisipan I bertambah setelah bercerai namun, Sibuknya partisipan I dengan pekerjaannya membuat partisipan I lupa dengan masalah yang dihadapinya dan membuat pikiran partisipan I yang susah menjadi lebih tenang. Partisipan I mengatakan jika ia tidak ada kerjaan, tidak ada teman, timbul pusing karena memikirkan masalahnya. P1.W3k.56-61hal. 35, P1.W3k.1624-1628hal. 72 7 Penyesuaian Kontak dengan Mantan Suami Hubungan partisipan I dengan mantan suami setelah bercerai menjadi kurang baik. Timbul rasa kebencian terhadap matan suaminya karena perbuatannya, namun partisipan I tidak menyimpan dendam kepada mantan suaminya. Hanya rasa sakit hati terhadap mantan suaminya atas perbuatannya dan Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. saat selingkuhan suaminya datang menyerangnya. P1.W1k.99-108hal.3, P1.W1k.224-229hal.6, P1.W3k.1360-1389hal.67 Partisipan I tidak pernah bertemu lagi dengan mantan suaminya. Setiap kali mantan suami partisipan I datang ke rumah, partisipan I memilih untuk menghindar dan pergi daripada bertemu dengan mantan suaminya. Tidak ada lagi keinginan partisipan I untuk berjumpa atau berbicara dengan mantan suaminya. Suatu ketika pernah mantan suaminya datang saat pintu rumah terbuka dan partisipan sedang berada di dalam rumah, namun partisipan memilih diam dan memerintahkan anaknya untuk menemui ayahnya, sedangkan partisipan I pergi keluar dari pintu belakang rumah untuk mengihindar bertemu dengan mantan suaminya. P1.W1k.148-151hal. 4, P1.W1k.301-303 hal. 8, P1.W3k.135-151 hal. 37 Perilaku partisipan I yang tidak mau menemui mantan suaminya lagi setelah becerai karena perilaku mantan suaminya yang sangat menyakitkan hati partisipan I saat berumah tangga dahulu. Alasan lain partisipan I tidak mau bertemu dengan mantan suaminya lagi karena jika bertemu dan berbicara akan berujung pada pembicaraan yang kurang menyenangkan sehingga bisa menimbulkan kemarahan pada mantan suaminya ataupun rasa sakit hati pada diri partisipan I karena pembicaraan suami yang kurang menyenangkan P1.W1k.153-155hal. 4, P1.W2k.451-454 hal. 24, P1.W1k.234-245 hal. 6, P1.W2k.438-4349 hal. 24 Partisipan I juga merasa tidak perlu lagi menemui mantan suaminya karena menurut partisipan I mantan suaminya tidak bertanggung jawab mengenai Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. anak, sehingga tidak ada lagi hal yang perlu dibicarakan. Jika ada masalah pada anak, misalnya sakit, partisipan I merasa lebih baik berbicara dengan tetangganya daripada dengan mantan suaminya. Sampai saat ini partisipan I juga tidak ada keinginan untuk kembali rujuk dengan mantan suaminya P1.W3k.153-63 hal. 37, P1.W1k.145-146hal. 4, P1.W3k.339-341hal. 42 8 Penyesuaian Interaksi Dengan Keluarga Sejak bercerai partisipan I tidak pernah berniat apalagi berkunjung ke rumah keluarga mantan suaminya dan begitu juga dari keluarga mantan suami. P1.W1k.502-503hal. 12, P1.W2k.332-335hal. 22, P1.W2k.405-408hal. 23, P1.W2k.413-415hal. 23 Partisipan I tidak mau mengunjungi keluarga mantan suaminya karena partisipan I merasa mantan mertuanya memisahkannya dengan mantan suaminya. Selain itu juga, saat mantan suaminya menikah lagi setelah mereka bercerai, mantan mertua dan keluarganya mengadakan pesta pernikahan mantan suaminya sehingga partispan I merasa mantan mertuanya tidak menyukai partisipan. Menurut partisipan, seharusnya mantan mertuanya atau mantan iparnya memberi nasihat kepada mantan suami partisipan agar tidak menikah lagi, tetapi kenyatannya keluarga mantan suami partisipan justru mengadakan pesta pernikahan mantan suaminya. P1.W2k.418-432hal. 24, P1.W1k.461-464hal. 11, P1.W1k.466-496hal. 12, P1.W2k.637-640hal. 50 Permasalahan yang dihadapi partisipan setelah bercerai juga tidak bisa dibagikannya dengan keluarga terdekatnya karena keluarga partisipan tidak ada Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. yang tinggal di desa tersebut. Partisipan merasa perlu untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya sehari- hari, namun ia sendiri jarang pulang ke desa tempat keluarganya tinggal, sehingga saat pulang ke tempat keluarganya ia sudah lupa hal- hal apa saja yang ingin disampaikan. Namun, saat partisipan menceritakan perceraiannya dengan orang tuanya, orang tua partisipan menyerahkan semuanya pada partispan dan keluarga partisipan memberi nasehat kepadanya. P1.W2k.690-692hal. 30, P1.W2k.704-712hal. 31, P1.W2k.392- 400hal. 23, P1.W1k.511hal. 13

2. Partisipan II