Gambaran Pernikahan Sebelum Bercerai

Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. sambil menatap peneliti, nada suara partisipan I berubah tinggi dan sedikit bergetar. Saat peneliti mengganti topik pembicaraan partisipan I kembali tenang dan saat menyinggung masalah suami yang tidak bertanggung jawab dan perselingkuhan mantan suaminya, partisipan I kembali menjawab dengan nada tinggi dan bergetar.

d. Gambaran Pernikahan Sebelum Bercerai

Setelah berkenalan kurang lebih 3 bulan, partisipan I menikah dengan suaminya, tepatnya pada tahun 1986. Pernikahan partisipan I dengan suaminya dikaruniai 4 orang anak, dua anak perempuan dan dua anak laki- laki, namun anak yang pertama telah meninggal dunia. P1.W3k. 383-384hal.43, P1.W3k. 493hal.47, P1.W3k. 431-437hal.44 Sehari- hari suami partisipan I bekerja sebagai buruh di perkebunan sawit. Oleh karena itu, selama berumah tangga suami partisipan I jarang pulang ke rumah. Waktu suami pulang ke rumah juga tidak menentu, terkadang 7 hari suami sudah pulang ke rumah, terkadang 15 hari, 10 hari, atau 9 hari suami partisipan I pulang ke rumah. P1.W3k. 427hal.44, P1.W1k. 256hal.7, P1.W2k. 24- 25hal.14, P1.W1k. 259-263hal.7 Rumah tangga yang dibangun partisipan I dengan mantan suaminya tidak dirasakan bahagia oleh partisipan I. Hanya dua tahun setelah menjalani pernikahannya partisipan merasakan kebahagiaan dalam rumah tangganya. P1.W3k. 451-452hal.46, P1.W3k. 455-456hal.46 Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009. Ketidakbahagiaan dalam rumah tangga partisipan I berawal dari rasa curiga partisipan I terhadap suaminya. Perlahan suami memberikan uang belanja semkain berkurang sedikit demi sedikit. Walaupun uang belanja tetap diberikan tetapi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu partisipan I bekerja agar bisa menambah penghasilan untuk biaya anak- anak sekolah. P1.W3k. 748-757hal.53, P1.W3k. 759-762hal.53 Partisipan I juga mendengar berita dari teman -temannya bahwa suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Sebelumnya saat anak ketiga partispan I masih kecil, ia juga pernah mendengar berita yang sama, tetapi partisipan I menganggap itu hanya fitnah. Hal ini menjadi fikiran partisipan I hari ke hari, namun partisipan I tetap menyimpan berita ini dan menyelidiki kebenaran berita ini. P1.W3k. 552- 555hal.48, P1.W3k. 1507-1509hal.70, P1.W3k519-524hal.47 Selain itu, perilaku suami juga mulai berubah. Suami menjadi sering marah saat berada di dalam rumah. Partisipan I merasa bahwa penyebabnya perilaku marah suami karena suaminya sedang ada masalah dengan selingkuhannya. Partisipan I merasa kurang pantas mendapat perilaku seperti itu dari suaminya sedangkan ia merasa sudah letih bekerja di sawah membantu suaminya. Hal ini membuat partisipan kembali marah kepada suaminya dan mereka menjadi sering bertengkar. P1.W3k. 448-451hal.44-45, P1.W3k. 453- 463hal.45, P1.W2k. 67-69hal.15, P1.W2k. 64-65hal.15 Bukan hanya perilaku yang tidak setia yang diberikan suami kepada partisipan I, tetapi juga perilaku yang sering memukul. Kurang lebih 5 tahun usia pernikahannya, partisipan I merasa suami sudah mulai kasar terhadapnya dan Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.