Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.
BAB IV ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
Pada Bab ini akan diuraikan hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi untuk mempermudah pembaca dalam memahami penyesuaian perceraian pada
wanita desa, maka data akan dijabarkan, dianalisa, dan diinterpretasi per subjek. Analisa data akan dijabarkan dengan menggunakan aspek- aspek yang terdapat
dalam pedoman wawancara.
A. Analisa Data
1. Partisipan I
a. Identitas Diri Partisipan I
Tabel 1. Gambaran Umum Partisipan I Keterangan
Partisipan I
Nama Samaran Mai
Jenis Kelamin Perempuan
Usia 40 tahun
Pendidikan terakhir SD kelas II
Pekerjaan Buruh lepas pertanian, tukang cuci
Jumlah tangungan 3 orang
Jumlah anak 3 orang
Lama pernikahan 22 tahun
Lama bercerai 1 tahun
Status Tidak kawin lagi
Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.
b. Deskripsi Data Partisipan I
Partisipan I dalam penelitian ini bernama Mai, seorang wanita yang berusia 40 tahun. Saat ini part bertempat tinggal di desa Pasar Rawa kabupaten Langkat,
Sumatera Utara, sekitar 75 km dari kota Medan. Partisipan I menikah dengan Amat, suaminya, tahun 1987 dan dikaruniai 4 orang anak, yaitu 2 anak
perempuan dan 2 anak laki- laki. Namun, putra sulung Partisipan I meninggal saat berusia 3 tahun. Anak kedua dan ketiga partisipan I adalah perempuan yang saat
ini berusia 18 tahun dan 16 tahun, sedangkan anak bungsu Partisipan I, laki- laki yang berusia 8 tahun.
Partisipan I menikah di usia 19 tahun. Perkenalan Partisipan I dengan suaminya dimulai saat Partisipan I berkunjung ke rumah saudara temannya di
Susu. Pertemuan yang singkat tersebut ternyata telah mempertemukan Partisipan I dengan jodohnya. Setelah kurang lebih 3 bulan dari perkenalan itu, Partisipan I
pun menikah dengan suaminya tahun 1987. Namun, pernikahan Partisipan I tidak berlangsung dengan bahagia, suaminya berselingkuh dengan wanita lain, selain
itu, suami nya juga sering memukulinya, marah kepadanya dan tidak memberikan uang belanja yang mencukupi. Hal ini membuat Partisipan I tidak tahan lagi untuk
mempertahankan rumah tangganya dan akhirnya Partisipan I mengajukan perceraian terhadap suaminya, 1 tahun yang lalu, yaitu tepatnya bulan Februari
2008. Perceraian partisipan I dengan suaminya berlangsung di rumahnya yang
diasaksikan oleh kepala lorong setempat. Namun, Partisipan I belum melegalkan
Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.
secara hukum perceraiannya ke pengadilan karena alasan ekonomi. Tidak ada pembicaraan hak asuh anak dalam perceraian, sehingga ketiga anak partisipan
diasuh oleh partisipan. Berdasarkan observasi selama 4 kali pertemuan diperoleh bahwa Partisipan I
adalah seorang wanita memiliki ciri fisik dengan tinggi kira- kira 155 cm dan berat badan kurang lebih 50 kg. Berambut panjang, sedikit bergelombang, dan
berwarna hitam dengan kulit berwarna sawo matang. Setelah bercerai dengan suaminya, Partisipan I mengaku lega karena terbebas
dari tindakan yang sering menyakitinya. Namun, lima bulan setelah bercerai Partisipan I harus berpisah dengan putri sulungnya yang bernama Mala karena
Mala berangkat menjadi TKI di Malaysia. Tidak lama kemudian, partisipan I juga harus berpisah dengan putri keduanya karena bekerja sebagai pelayan warung
makan di Medan. Hal ini membuatnya sedih karena sebelumnya ia tidak pernah berpisah dengan anak- anaknya.
Saat ini partisipan I hanya tinggal berdua dengan putra bungsunya yang masih kelas 2 SD. Partisipan I sendiri mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 2 SD.
Sehari- hari Partisipan I bekerja sebagai buruh lepas di persawahan sekitar rumahnya, namun tidak rutin karena tergantung musim. Jika musim menanam
padi, jika padi sudah tumbuh, partisipan I bekerja merumput. Namun, disaat tidak musim menanam, partisipan I juga tetap bekerja di sawah, misalnya ceting,
mengambil padi- padi yang tumbuh kembali setelah panen, atau stek, mengumpulkan sisa padi yang sudah dioalah. Suami yang tidak bertanggung
jawab dalam keuangan setelah bercerai membuat partisipan I menambah
Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.
pekerjaanya pada malam hari. Partisipan I menambah pekerjaan sebagai tukang cuci di rumah- rumah yang masih berada disekitar desa tersebut, pekerjaan ini ia
lakukan setelah bercerai dari suaminya untuk menambah penghasilan. Penghasilan partisipan I tidak menentu karena tergantung dengan jumlah ceting
atau stek yang didapatnya. Namun, setiap harinya rata- rata ia berpenghasilan Rp 15.000- Rp 20.000.
c. Obeservasi Umum Partispan I