Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.
yang tinggal di desa tersebut. Partisipan merasa perlu untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya sehari- hari, namun ia sendiri jarang pulang ke
desa tempat keluarganya tinggal, sehingga saat pulang ke tempat keluarganya ia sudah lupa hal- hal apa saja yang ingin disampaikan. Namun, saat partisipan
menceritakan perceraiannya dengan orang tuanya, orang tua partisipan menyerahkan semuanya pada partispan dan keluarga partisipan memberi nasehat
kepadanya. P1.W2k.690-692hal. 30, P1.W2k.704-712hal. 31, P1.W2k.392- 400hal. 23, P1.W1k.511hal. 13
2. Partisipan II
a. Identitas Diri Partisipan II
Tabel 3. Gambaran Umum Partisipan I Keterangan
Partisipan I
Nama Samaran Misna
Jenis Kelamin Perempuan
Usia 42 tahun
Pendidikan terakhir -
Pekerjaan Buruh lepas perkebunan
Jumlah tangungan 3 orang
Jumlah anak 3 orang
Lama pernikahan 13 tahun
Lama bercerai 2 tahun
Status Tidak kawin lagi
Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.
b. Deskripsi Data Partisipan II
Partisipan kedua dalam penelitian bernama Misna dan berusia 42 tahun yang bertempat tinggal di desa Air Joman, Kisaran. Misna memiliki ciri fisik dengan
tinggi kira- kira 156 cm dan berat 60 kg dan berambut panjang dan berkulit hitam. Pada awalnya partisipan tidak mau menjalin hubungan dengan mantan
suaminya karena perbedaan usia, partisipan lebih tua delapan tahun daripada mantan suaminya. setelah menjalani hubungan satu tahun, partisipan merasa
bahwa ia adalah sosok lelaki yang baik, jujur, dan tidak pernah menyentuhnya selama berepacaran. Akhirnya, partisipan semakin yakin dan memutuskan untuk
menikah pada tahun 1994. Setahun dari pernikahan partisipan, mereka dikaruniai seorang putri dan
sampai sekarang partisipan sudah memiliki tiga orang anak. Putri pertama berusia 14 tahun, putri kedua berusia berusia 7 tahun, dan yang paling bungsu adalah
lelaki yang masih berusia 5 tahun. Pernikahan yang dijalani partisipan dengan manatn suaminya berlangsung
bahagia. Mantan suami partisipan merupakan seorang suami yang bertanggung jawab, sayang kepada anak- anak, tidak pernah marah bahkan belum pernah
terjadi permasalahan besar dalam rumah tangga. Kehidupan rumah tangga yang bahagia berubah saat suami pergi kerja dan
merantau. Setiba di rumah partisipan menemukan kain yang bukan dibawanya dari rumah. Partisipan merasa sangat kecewa dan dengan spontan membakar kain
tersebut. Semenjak peristiwa itu ia dan suaminya sering bertengkar. Perilaku
Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.
suami partisipan juga mulai berubah, menjadi ceuek saat di rumah dan sering pergi dengan alasan ke rumah teman tetapi tidak pulang berhari- hari.
Semakin hari partisipan semakin kecewa dengan perilaku suami dan perselingkuhan yang dialakukannya. Partisipan menginginkan kejelasan dari
hubungannya. Saat partisipan mempertanyakannya, mantan suami hanya menjawab sesuka hati dan membuat partisipan kesal. Akhirnya dengan rasa emosi
partisipan mengancam suami untuk membacok diri. Pada awalnya tindakan ini partisipan lakukan agar suami jujur dan memberi keputusan, namun sebaliknya
suami justru menceraikannya. Partisipan benar- benar tidak menduga dengan tindakan suaminya. Partisipan bercerai pada tahun 2007.
Perceraian yang disaksikan oleh keluarga berlangsung sederhana dan tidak ada membicarakan masalah harta ataupun hak asuh anak. oleh karena itu, ketiga anak
mereka diasuh oleh partisipan. setelah berecrai juga mantan suami partisipan hanya memberikan uang jajan saja kepada anak- anaknya sehingga partisipan
harus bekrerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah anaknya.
Malasah ekonomi merupakan masalah berat yang dirasakan partisipan setelah bercerai. Sebelum bercerai partisipan bekerja menjadi buruh atau mengambil upah
mengupas kelapa, mengumpulkan batang kelapa atau pekerjaan buruh lainnya yang ada di desa, tetapi setelah bercerai partisipan menambah pekerjaannya
menjadi buruh perkebunan. Upah partisipan sebagai buruh diperkebunan Rp 9000,00 per hari. Kerja di perkebunana hanya sampai pukul 12.00 siang, setelah
itu partisipan menambah pekerjaannya seperti mencari ubi atau pekerjaan lainnya
Fashihatin : Penyesuaian Perceraian Pada Wanita Desa Yang Bercerai, 2009.
yang bisa menghasilkan uang. Dalam satu hari pengahasilan partisipan mencapai Rp 15.000,00 atau Rp 20.000,00. Begitu juga dengan anak putri tertua partisipan,
setelah kedua orang tuanya bercerai, ia bekerja mengupas pinang, terkadang menguspas kelapa untuk uang jajannya sehari- hari
c. Obeservasi Umum Partispan II