Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap keanekaragaman Echinodermata, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Echinodermata yang diperoleh 13 genera yang terdiri dari 4 kelas, 6 ordo, 7 famili,
11 genus dan 1 filum. 2.
Pada stasiun 1 terdapat 5 ordo, 6 famili, 9 genus dan 11 spesies. Pada stasiun 2 terdapat 5 ordo, 7 famili, 11 genus dan 13 spesies. Pada stasiun 3 terdapat 5 ordo,
6 famili, 9 genus dan 11 spesies. Pada stasiun 3 terdapat 5 ordo, 4 famili, 8 genus dan 10 spesies.
3. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran tertinggi pada
Diadema setosum, sebesar 0,299 indm
2
K, 41,134 KR dan 100 FK. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran yang terendah
Culcita novaeguineae, Actinopyga lecanora, Holothuria edulis dan Protoreaster nodosus sebesar 0,005 indm
2
K, 0,709 KR dan 33,33 FK. 0,005 indm
2
pada setiap stasiun. 4.
Indeks Keanekaragaman H’ tertinggi pada stasiun 2 sebesar 1,859 dan terendah pada stasiun 4 sebesar 1,720
5. Indeks Keseragaman E tertinggi pada stasiun 3 sebesar 0,773 dan terendah pada
stasiun 4 sebesar 0,692. 6.
Persen tutupan karang yang paling tinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 73,10 kategori baik dan terendah pada stasiun 4 sebesar 16,28 kategori buruk.
7. Nilai + menunjukkan korelasi yang searah antara nilai faktor fisik kimia perairan
dengan nilai Indeks Keanekaragaman H’, yaitu suhu, penetrasi cahaya, pH, DO dan kejenuhan oksigen.
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
8. Nilai - menunjukkan korelasi yang berlawanan antara nilai faktor fisik kimia
perairan dengan nilai Indeks Keanekaragaman H’ yaitu Intensitas cahaya, BOD dan Salinitas berkorelasi berlawanan.
5.2 Saran
Hampir semua jenis Echinodermata aktif pada malam hari, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai keanekaragaman hewan ini pada saat
malam hari agar data yang diperoleh akurat dan bisa sebagai data pembanding dengan penelitian yang dilakukan pada siang hari.
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1993. Mengenal Lebih Dekat Satwa yang Lindungi: Biota Laut, Kupu- kupu dan Reptil. Jakarta: Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal
Departemen Kehutanan Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan: USU Press. hlm: 33-35 Brotowidjojo, M.D. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga. hlm: 118-124.
Brower, J. E., H.Z. Jerrold. Car I.N. Von Ende. 1990. Field and Laboratory
Methods for General Ecology. Third Edition. USA, New York: Wm. C. Brown Publisher. hlm: 52.
Clark, A. M. and F. W. E. Rowe. 1971. Monograph of Shallow Water Indo West Pacific Echinoderm. Trustees of Brit. Mus: 234
http:www.coremap.or.idterumbu_karang. Diakses tanggal 5 Maret, 2008. http:cmosdoc.multiply.com. Diakses tanggal 3 Juli, 2008.
http:www.terangi.or.idpublications.pdfbiologikarangpdf. Diakses tanggal 10 Juli, 2008.
Hyman, H. L. 1955. The Invertebrates Echinodermata. New York: Mc Graw- Hill Book Company.
Kinsman, D. J. J. 1964. Reef Coral Tolerance of High Temperatures and Salinities. Nature 202: 1280-1282.
Kobayashi, N K. Nakamura. 1967. Spawning Periodicity of Sea Urchin at Seto II. Diadema Setosum. Publ. Seto Mar. Biol. Lab : 173- 184
Koesbiono. 1979. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Bagian IV. Ekologi Perairan. Bogor: Pasca Sarjana Program Studi Lingkungan IPB. hlm: 27.
Krebs, C. J. 1985. Ecology. Third Edition. New York: Harper Row Publisher. hlm: 523.
Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia Press. hlm: 169.
Niel, A. C, Jane, B. R Lawrence, G. M. 2003. Biologi. Edisi 5. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. hlm: 240-242.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. hlm: 200-209. Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.
Gramedia. hlm: 198.
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
Patrick L. Colin Charles Armeson. 1995. Tropical Pacific Invertebrates. California: Coral Reef Press. hlm: 235-265.
Pecherik J. A. 2005. Biology Of the Invertebrata. Fifth edition. New York : The McGraw- Hill Companies, Inc. hlm: 485-500.
Reksodihardjo- lilley, G. 1996. Panduan Pendidikan Konservasi Kelautan. Cetakan1. Jakarta: Program PengembanganKonservasi Kelautan WWF-IP.
Romimohtarto, K. S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan. hlm: 245- 250.
Ruppert, E. E. Barnes D. R. 1991. Invertebrata Zoologi. Sixth Edition. America: Sounders College Publishing. hlm: 921-927.
Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. hlm: 125.
Seki, H. 1982. Organic Materials in Aquatic Ecosystem. Florida: CRC Press, Inc. hlm: 56.
Sinambela, M. 1994. Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Sungai Babura. Tesis Tidak Dipublikasikan. Bogor: Program Pasca Sarjana
IPB. hlm: 32. Stowe, K. 1987. Essential of Ocean Science. Canada: John Wiley Sons Inc.
Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Padang: Universitas Andalas. hlm: 46. Sugiarto, H. 2007. Warta Oseanografi. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm: 8. Sutrisno, C.T E. Suciastuti. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Bina
Aksara. Supriharyono, M. S. 2002. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta:
Djambatan. hlm: 24-25. Vinomo, B. I. 2007. Sekilas Mengenai Landak. Oseana Majalah Ilmiah Semi Populer
2007. Jakarta: Lipi Pusat Penelitian Oseanografi. hlm: 38. Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yokyakarta: Penerbit
Andi. hlm: 90. Wargadinata, E. L. 1995. Makrozoobentos Sebagai Indikator Ekologi di Sungai
Percut. Tesis Tidak Dipublikasikan. Medan: Program Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Sumber Daya Alam dan Lingkungan USU.
Wells, J. W. 1954. Recent Corals of be Marshall Island. Prof. Pap. U. S. Geol. Surv., 260- I, 385- 486.
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen DO
1 ml H
2
SO
4
ditambahkan 5 tetes amilum ditetesi Na
2
S
2
O
3
0,0125 N 1 ml MnSO
4
Sampel Air
1 ml KOH – KI dikocok
didiamkan
Sampel Dengan Endapan PutihCoklat
didiamkan dikocok
Larutan Sampel Berwarna Coklat
diambil sebanyak 100 ml
Sampel Berwarna Kuning Pucat
Sampel Berwarna Biru
dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N
Sampel Bening
Dihitung volume Na
2
S
2
O
3
yang terpakai = nilai DO akhir
Hasil
Suin, 2002, hlm: 60
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
Lampiran B. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD
5
Suin, 2002, hlm: 60
Keterangan :
• Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan
penghitungan Nilai DO •
Nilai BOD = Nilai awal – Nilai DO akhir
dihitung nilai DO akhir diinkubasi selama 5 hari
pada temperatur 20°C dihitung nilai DO awal
Sampel Air
Sampel Air Sampel Air
DO Akhir DO Awal
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
Lampiran C. Nilai Oksigen Terlarut Maksimum mgl Pada Berbagai Besaran Temperatur Air
T
o
C 0,0
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
0,9 14, 16
14, 12 14, 08
14, 04 14, 00
13, 97 13, 93
13, 89 13,85
13,81 1
13, 77 13, 74
13, 70 13, 66
13, 63 13, 59
13, 55 13, 51
13, 48 13, 44
2 13, 40
13, 37 13, 33
13, 30 13, 26
13, 22 13, 19
13, 15 13, 12
13, 08 3
13, 05 13, 01
12, 98 12, 94
12, 91 12, 87
12, 84 12, 81
12, 77 12, 74
4 12,70
12, 67 12, 64
12, 60 12, 57
12, 54 12, 51
12, 47 12, 44
12, 09 5
12, 37 12, 34
12, 31 12, 28
12, 25 12, 22
12, 18 12, 15
12, 12 12, 09
6 12, 06
12, 03 12, 00
11, 97 11, 94
11, 91 11, 88
11, 85 11, 82
11, 79 7
11,76 11, 73
11, 70 11, 67
11, 64 11, 61
11, 58 11, 55
11, 52 11, 50
8 11, 47
11, 44 11, 41
11, 38 11, 36
11, 33 11, 30
11, 27 11, 25
11, 22 9
11, 19 11, 16
11, 14 11, 11
11, 08 11, 06
11, 03 11, 00
10, 98 10,95
10 10, 92
10, 90 10, 87
10, 85 10, 82
10, 80 10, 77
10, 75 10, 72
10, 70 11
10, 67 10, 65
10, 62 10, 60
10, 57 10, 55
10, 53 10, 50
18, 48 10, 45
12 10, 43
10, 40 10, 38
10, 36 10, 34
10, 31 10, 29
10, 27 10, 24
10, 21 13
10, 20 10, 17
10, 15 10, 13
10, 11 10, 09
10, 06 10, 04
10, 02 10, 00
14 9, 98
9, 95 9, 93
9, 91 9, 89
9, 87 9, 85
9, 83 9, 81
9, 78 15
9, 76 9, 74
9, 72 9, 70
9, 68 9, 66
9, 64 9, 62
9, 60 9, 58
16 9, 56
9, 54 9, 52
9, 50 9, 48
9, 46 9, 45
9, 43 9, 41
9, 39 17
9, 37 9, 35
9, 33 9, 31
9, 30 9, 28
9, 26 9, 24
9, 22 9, 20
18 9, 18
9, 17 9, 15
9, 13 9, 12
9, 10 9, 08
9, 06 9, 04
9, 03 19
9, 01 8, 99
8, 98 8, 96
8, 94 8, 93
8, 91 8, 89
8, 88 8, 86
20 8, 84
8, 83 8, 81
8, 79 8, 78
8, 76 8, 75
8, 73 8, 71
8, 70 21
8, 68 8, 67
8, 65 8, 64
8, 62 8, 61
8, 59 8, 58
8, 56 8, 55
22 8, 53
8, 52 8, 50
8, 49 8, 47
8, 46 8, 44
8, 43 8, 41
8, 40 23
8, 38 8, 37
8, 36 8, 34
8, 33 8, 32
8, 30 8, 29
8, 27 8, 26
24 8, 25
8, 23 8, 22
8, 21 8, 19
8, 18 8, 17
8, 15 8, 14
8, 13 25
8, 11 8, 10
8, 09 8, 07
8, 06 8, 05
8, 04 8, 02
8, 01 8, 00
26 7, 99
7, 97 7, 96
7, 95 7, 94
7, 92 7, 91
7, 90 7, 89
7, 88 27
7, 86 7, 85
7, 84 7, 83
7, 82 7, 81
7, 79 7, 78
7,77 7, 76
28 7, 75
7, 74 7,72
7, 71 7, 70
7, 69 7, 68
7, 67 7, 66
7, 65 29
7, 64 7, 62
7, 61 7, 60
7, 59 7, 58
7, 57 7, 56
7, 55 7, 54
30 7, 53
7, 52 7, 51
7, 50 7, 48
7, 47 7, 46
7, 45 7, 44
7, 43
Barus, 2004, hlm: 149
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
Lampiran D. Peta Lokasi Penelitian Ket: Stasiun 1: Daerah terkena tsunami
Stasiun 2: Daerah kontrol. Stasiun 3: Daerah tempat wisata
Stasiun 4: Daerah terkena tsunami dan dekat pemukiman masyarakat
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
Lampiran E. Foto Lokasi Penelitian Gambar 1. Stasiun 1
Gambar 2. Stasiun 2
Gambar 3. Stasiun 3
Gambar 4. Stasiun 4
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
Lampiran F. Jumlah dan Jenis Echinodermata yang didapat pada setiap stasiun
penelitian
NO Spesies
Stasiun 1 Rata-
rata Stasiun 2
Rata- rata
Stasiun 3 Rat
a- rata
Stasiun 4 T1
T2 T3
T1 T2
T3 T1
T2 T3
T1 T
2 T3
1 Achantaster
plancii 1
2 -
1 1
1 -
0,66 1
1 -
0,66 -
- -
-
2 Culcita
novaeguineae 1
- -
0,33 -
2 1
1
- -
- -
- -
- -
3 Linkia
laevigata 5
10 5
6,66 5
12 11
9,33 5
4 3
4 4
5 6
5
4 Protoreaster
nodosus -
- -
- 1
- 1
0,66 1
- -
0,33 -
- -
-
5 Colobometra
sp 2
2 1
1,66
2 1
3
2
3 2
1
2
2 3
- 1,66
6 Comanthus sp
10 8
11 9,66
6 12
15 11
10 5
8 7,66
11 1
10 3,88
7 Diadema
setosum 3
10 5
6
5 6
6
5,66
15 20
15
16,6
18 2
20
19,3
8 Echinometra
mathaei -
- -
- 2
- -
0,66 5
2 2
3 4
3 4
3,66
9 Actinopyga
lecanora 1
- -
0,33 -
- 1
0,33 1
- -
0,33 -
- 1
0,33
10 Holothuria
atra 1
1 -
0,66 1
2 -
1 -
- -
- 1
1 -
0,66
11 Holothuria
edulis 1
- -
0,33 2
- 1
1 -
1 -
0,33 1
- 1
0,66
12 Holothuria sp
- 2
1 1
2 -
1 1
- 3
1 1,33
2 -
2 1,33
13 Pearsonothuri
a graffei 3
2 4
3 4
3 3
3,33 3
2 4
3 4
3 5
4
Erni L. Hutauruk : Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
Lampiran G. Contoh Hasil Perhitungan
a. Kepadatan Populasi