Hubungan antara sesama manusia tetap dijaga untuk menggambarkan pimpinan berinteraksi dengan bawahannya. Hubungan
harmonis antara kepala sekolah dengan guru dapat menciptakan disiplin, jika hubungan kemanusiaan tercipta maka lingkungan kerja yang nyaman
dan harmonis tentunya akan tercipta dengan baik. Keadaan ini dapat memotivasi disiplin guru terhadap sekolah ditempat guru berkiprah.
Dari beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa setiap guru harus melaksanakan hal-hal tersebut, sebagai acuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan lembaga tersebut.
5. Kode Etik Guru
Istilah kode etik berasal dari dua suku kata, yakni “kode” dan “etik”. Etik berasal dari bahasa yunani yaitu “ethos” berarti watak, dapat
atau cara hidup dengan kata lain etik adalah cara berbuat yang menjadi watak, karena persetujuan dari kelompok manusia. Dan etik biasanya
dipakai untuk pengkajian system nilai-nilai yang disebut “kode” sehingga terjemahlah apa yang disebut “kode etik”. Atau secara harfiyah kode etik
berarti sumber etik. Etika berarti tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi kode etik guru
diartikan sebagai “aturan tata susila keguruan”. Menurut Westby Gibson, kode etik guru dikatakan sebagai suatu stemen formal yang merupakan
norma aturan tata susila dalam mengatur tingkah laku guru. Karena itu, guru sebagai tenaga professional perlu memiliki “kode
etik” sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama pengabdian kode etik guru ini merupakan ketentuan mengikat semua sikap dalam
perbuatan guru, jika guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti guru telah melanggar kode etik tersebut. Sebab kode etik guru ini
sebagai salah satu ciri yang ada pada profesi guru itu sendiri
.
Bicara mengenai “kode etik guru di Indonesia” berarti kita membicarakan guru di Negara kita. Berikut dikemukakan kode etik guru
PGRI XIII pada tanggal 21-25 tahun 1973 di Jakarta, yaitu:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang benar-Pancasila. 2.
Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperolah informasi
tentang anak didik. Tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua anak didik sebaik baiknya bagian kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru berusaha bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu profesinya. 7.
Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja maupun hubungan keseluruhan.
8. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan
meningkatkan mutu organisasi guru profesional. 9.
Guru melaksanakan ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
12
Kode etik ini merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari semua sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi
kehidupan baik dalam keluarga sekolah maupun masyarakat. Dari kode etik inilah maka seorang guru harus mempunyai 4 kompetensi dasar yaitu:
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalan Mulia 2006, h. 67
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola
pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 3.
Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
13
B.
Prestasi Belajar 1.
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu prestasi dan belajar. Untuk memudahkan dalam memahaminya, maka akan diuraikan secara
satu persatu apa itu prestasi dan apa itu belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud prestasi
yaitu “hasil yang telah dicapai dan yang telah dilakukan atau dikerjakan”.
14
Ada juga yang mengartikan dengan “hasil kerja yang keadaannya sangat kompleks”.
Dengan demikian prestasi adalah hasil usaha yang telah dilakukan seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan.menurut M.
Alisyuf Sabri belajar adalah “proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
13
http:apri76.wordpress.com
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet ke-1, h.896
pengalaman atau latihan”. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik positif atau perilaku buruk
negatif.
15
Ramayulis menguraikan bahwa “belajar semata-mata mengumpulkan atau menghafal kanfakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi materi pelajaran”.
16
Moh Uzer Usman mengartikan bahwa “belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antar individu dengan lingkungannya”.
17
Sutratinah Tirtonegoro berpendapat bahwa prestasi belajar adalah “penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam proses tersebut.
18
2. Cara mengetahui prestasi belajar siswa