56
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia yang signifikan antara siswa yang diberikan pembelajaran
kooperatif menggunakan model NHT dengan menggunakan model STAD.
B. Interpretasi Data 1. Hasil Belajar
Begitu juga hasil perolehan posttest pada kelas eksperimen mencapai rata-rata lebih tinggi daripada rata-rata kelompok kontrol. Nilai
rata-rata kelompok eksperimen sebesar 73,9 dan nilai rata-rata kelompok kontrol 60,6. Berdasarkan analisis data berupa uji normalitas dan
homogenitas, diperoleh kesimpulan bahwa 2 kelompok tersebut berdistribusi normal dan homogen.
2. Hasil Uji Hipotesis
Pada pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia yang signifikan antara siswa yang diberikan
pembelajaran kooperatif menggunakan model NHT dengan menggunakan model STAD. Kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model NHT
lebih unggul dari kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model STAD.
C. Pembahasan
Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik diperoleh nilai rata- rata kelas eksperimen
1
73,9 dan nilai rata-rata kelas eksperimen
2
60,6 kemudian di uji
dengan menggunakan uji “t”, diperoleh hasil t
hitung
= 2,40 sedangkan nilai t
tabel
= 1,99. Maka diperoleh t
hitung
t
tabel
, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia yang
signifikan antara siswa diberikan pembelajaran kooperatif menggunakan model NHT dengan menggunakan model STAD. Untuk lebih jelasnya, nilai
57
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
1
dan eksperimen
2
ditunjukkan dalam grafik berikut ini.
Gambar 4.1 Sebaran Nilai Rata-rata
Hasil belajar yang diperoleh dimungkinkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah oleh faktor guru, siswa, serta metode pembelajaran.
Dalam pembelajaran sains perlu memperhatikan tiga aspek yaitu produk. proses, serta nilai-nilai atau sikap. Dalam mengajar guru harus mengarahkan
keaktifan belajar siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan dan menumbuhkan situasi belajar siswa agar materi menjadi mudah dipahami dan
mendapatkan hasil belajar siswa yang baik dan kondusif khususnya dalam bidang studi Kimia.
Model pembelajaran yang mungkin dapat membantu guru dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
model NHT atau model STAD. Dari analisis data awal diperoleh bahwa data berdistribusi normal, hal
ini dilihat dari nilai rata-rata ulangan siswa sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen
1
dan kelompok eksperimen
2
berangkat dari keadaan yang sama atau homogen. Kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda yaitu kelompok eksperimen
1
diberi perlakuan dengan penggunaan pembelajaran kooperatif model NHT dan kelompok eksperimen
2
diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif model STAD.
10 20
30 40
50 60
70 80
E1 E2
58
Pembelajaran kelompok eksperimen
1
diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif NHT dengan membagi siswa menjadi beberapa
kelompok kecil dengan memberikan penomoran dan pemanfaatan LKS. Keunggulan model pembelajaran kooperatif NHT ini adalah optimalisasi
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap menyajikan materi guru memanfaatkan media flash
menegenai laju reaksi. Setelah itu, guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan menampilkan gambar keadaan kendaraan yang disimpan dalam
ruangan terbuka dan ruangan tertutup, dan mengajukan pertanyaan “Mengapa
mobil yang diparkir di garasi terbuka akan lebih cepat berkarat daripada mobil yang diparkir di garasi tertutup?” Dengan pertanyaan ini, diharapkan
siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap konsep yang akan dipelajari sehingga mereka akan mendiskusikannya untuk memenuhi rasa
ingin tahu mereka. Tahap selanjutnya adalah guru mengajukan pertanyaan yang terdapat
dalam LKS sesuai dengan penomoran yang telah ditentukan diawal pertemuan. Kemudian siswa diberi waktu untuk berpikir bersama dalam
pengerjaan LKS. Siswa diberi kebebasan untuk mengerjakan LKS melalui diskusi dengan kelompoknya, bertanya dan sebagainya yang mendukung kerja
kelompok sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini memudahkan siswa memahami dan mengingat kembali
apa yang telah dipelajari karena pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen
2
adalah dengan menggunakan model STAD. Pembelajaran model STAD meliputi
pengajaran oleh guru berupa penyampaian materi-materi pembelajaran, belajar kelompok untuk mengerjakan LKS. Pada tahap penyajian materi pada kelas
eksperimen
2
sama dengan penyajian materi pada kelas eksperimen
2
yaitu dengan media flash. Selanjutnya mereka melakukan diskusi untuk megerjakan
LKS.
59
Pada tahap selanjutnya diberikan kuis yang dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh
siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan
kelompok. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
Dengan tahap-tahap yang telah dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif model NHT dan STAD ini, dapat memebrikan siswa pemahaman
mengenai laju reaksi, karena siswa dirangsang untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan dan menumbuhkan situasi belajar siswa agar materi menjadi
mudah dipahami dan mendapatkan hasil belajar siswa yang baik dan kondusif. Seperti yang diungkapkan purwanto, salah satu yang mempengaruhi
hasil belajar adalah faktor raw input yang meliputi minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif.
1
Begitu pula dalam penelitian ini, hasil belajar yang dicapai siswa pada kelas eksperimen
2
dipengaruhi oleh minat dan motivasi. Kurangnya minat dan motivasi dalam pembelajaran dapat
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Terutama pada saat proses pembelajaran kooperatif pada tahap diskusi kelompok STAD siswa cenderung
melakukan keributan dalam kelompoknya sehingga hanya beberapa yang siswa yang melakukan diskusi dalam kelompoknya. Selain itu beberapa hal
yang mempengaruhinya, diantaranya adalah langkah-langkah yang digunakan dalam model NHT pada pembelajaran kooperatif adalah penomoran, guru
hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut.
Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa.
1
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007, h. 107
60
Mengajukan pertanyaan, dalam pembelajaran NHT guru mengajukan pertanyaan pada siswa sesuai dengan nomor yang telah ditentukan sehingga
siswa tidak cepat bosan karena siswa mempunyai tanggungjawab masing- masing terhadap nomor yang telah diberikan sehingga diskusi tidak monoton.
Sedangkan dalam pembelajaran STAD juga melakukan diskusi, seringkali dalam diskusi siswa hanya mengandalkan kemampuan teman yang lainnya.
Hal ini menyebabkan siswa berpangku tangan terhadap teman kelompoknya.
2
Dalam pembelajaran NHT penilaian berdasarkan kelompok saja
3
. Sedangkan dalam pembelajaran STAD penilaian dilakukan pada tahap
kuis.
4
Hal ini menyebabkan tekanan pada siswa yang akan berpengaruh pada nilai. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kedua kelompok. Rata-rata nilai
kelompok eksperimen adalah73,9 termasuk diatas rata-rata, sedangkan rata- rata nilai kelompok kontrol adalah 60,6 termasuk diatas rata-rata juga.
Walaupun nilai dari kedua kelompok berada diatas rata-rata, namun rata-rata peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen
1
lebih besar daripada kelompok eksperimen
2
.
D. Keterbatasan Penelitian