Analisis Kondisi Kebisingan dari Sumber Bunyi di Bagian Pengepakan Packing

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1. Analisis Hasil

Dalam analisis hasil akan dilakukan beberapa langkah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.1. berikut. Analisis Kondisi Kebisingan Akibat Sumber Bunyi Analisis Intensitas Bunyi dan Energi dari Sumber Bunyi Analisis Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Tingkat Kebisingan Analisis Paparan Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja Analisis Beban Bising Analisis Pengukuran Audiometri Analisis Data Mean Vote Kebisingan Analisis Kebisingan terhadap Kenyamanan dan Kesehatan Pendengaran Perbaikan Fasilitas Kerja untuk Mereduksi Kebisingan Gambar 6.1. Keterkaitan Analisis yang Dilakukan

6.1.1. Analisis Kondisi Kebisingan dari Sumber Bunyi di Bagian Pengepakan Packing

Kondisi kebisingan di bagian pengepakan packing dipengaruhi oleh paparan tingkat kebisingan dari mesin pengepakan packing yang digunakan. Universitas Sumatera Utara Selain itu kondisi kebisingan ini akan lebih dirasakan oleh operator karena jarak operator yang sangat dekat sekitar 1,5 m dengan sumber bising dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Tingkat kebisingan yang diterima setiap operator berbeda-beda walaupun tidak terlalu signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa jarak antar operator terhadap sumber bising berada pada posisi yang dekat dan hal itu sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkat kebisingan yang diterima operator. Dari Gambar 6.2 dapat diketahui bahwa setiap penggandaan jarak operator sebagai penerima bunyi, tingkat bunyi dapat berkurang sebesar 6 dB. Jika jarak operator adalah 1,5 m dari sumber bising, maka penggandaan jarak menjadi 3 m. Pada jarak ini diharapkan dapat mengurangi tingkat bunyi sebesar 6 dB. Gambar 6.2. Pengurangan Tingkat Bunyi Akibat Jarak Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 5.7 terlihat bahwa rata-rata tingkat kebisingan tertinggi adalah 100,87 dB yang diterima oleh operator 3 yang bertugas untuk menimbang paku dan juga memeriksa kembali berat paku agar sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal ini terjadi karena jarak operator 3 memiliki jarak paling dekat yaitu 1 m dengan sumber bising dibandingkan dengan operator lainnya yang berjarak lebih besar yaitu sekitar 1,5 m hingga 2 m dari sumber bunyi. Operator 2 memiliki jarak hampir yang sama dengan operator 3 yaitu 1 m, namun posisi operator 2 yang berada di atas mesin membuat paparan bising tidak sebesar yang diterima operator 3 dikarenakan terdapat penghalang antara sumber bising dan operator 2. Hal ini mengindikasikan bahwa jarak operator berpengaruh terhadap besarnya tingkat kebisingan yang diterima. Dari Gambar 6.2 menunjukkan bahwa setiap penggandaan jarak operator sebagai penerima bunyi, tingkat bunyi dapat berkurang 6 dB. Jika pada jarak operator 3 yaitu 1 m, dilakukan penggandaan jarak menjadi 2 m, maka tingkat bunyi yang awalnya 100,87 dB dapat berkurang menjadi 94,87 dB. Disamping tidak ada penghalang antara operator 3 dengan sumber bising yang menyebabkan paparan bising akan semakin mudah didengar, dan posisi telinga operator 3 yang sejajar dengan arah bunyi sumber bising. Hal ini mengindikasikan bahwa arah sumber bunyi yang sejajar dan tanpa penghalang dengan telinga operator sebagai penerima bunyi memiliki garis transmisi bunyi yang lurus sehingga bunyi akan semakin mudah dan cepat sampai ke telinga operator. Pemberian penghalang antara sumber bunyi dengan penerima bunyi Universitas Sumatera Utara akan dapat mengurangi tingkat kebisingan. Semakin tinggi penghalang, maka akan semakin tinggi tingkat kebisingan yang dapat direduksi. Sedangkan rata-rata tingkat kebisingan terendah sebesar 96,74 dB diterima oleh operator 1 yang bekerja membuat kotak untuk dijadikan kemasan paku. Hal ini dikarenakan operator 1 memiliki jarak paling jauh yaitu 2 m dibandingkan dengan operator lainnya yang berjarak lebih kecil yaitu sekitar 1 m hingga 1,5 m. Operator 6 memiliki jarak yang hampir sama dengan operator 1 yaitu 2 m, namun operator 6 bekerja tidak statis, terkadang operator 6 bergerak untuk mengangkat kotak yang berisi paku ke pallet yang menambah jarak dengan sumber bising. Hal ini dikarenakan jarak operator yang tidak jauh berbeda berkisar antara 1 m hingga 2 m dan tidak ada penghalang diantara operator dengan sumber bising. Hal ini mengindikasikan bahwa jarak operator berpengaruh terhadap besarnya tingkat kebisingan yang diterima. Dari Gambar 6.2 menunjukkan bahwa setiap penggandaan jarak operator sebagai penerima bunyi, tingkat bunyi dapat berkurang 6 dB. Jika pada jarak operator 1 yaitu 2 m, dilakukan penggandaan jarak menjadi 4 m, maka tingkat bunyi yang awalnya 96,74 dB dapat berkurang menjadi 90,74 dB. Tingkat kebisingan yang diterima operator lainnya tidak terlalu berbeda secara signifikan. Tingkat kebisingan yang diterima oleh setiap operator berkisar antara 90 dB – 110 dB. Hal ini mengiindikasikan bahwa tingkat kebisingan yang diterima setiap operator telah melalui Nilai Ambang Batas yang diizinkan yaitu sebesar 85 dB untuk waktu pemaparan 8 jam dalam sehari. Untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap tingkat kebisingan yang diterima Universitas Sumatera Utara operator. Upaya tersebut antara lain memasang peredam pada mesin untuk mereduksi kebisingan dan pemakaian alat pelindung pendengaran saat bekerja.

6.1.2. Analisis Intensitas Bunyi dan Energi dari Sumber Bunyi