Analisis Konsumsi Energi yang Dibutuhkan Operator Analisis Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Tingkat Kebisingan pada setiap Posisi Operator

Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk tetap menjaga kondisi fisik operator agat tetap dalam keadaan sehat walau terpapar kebisingan dan melakukan tindakan pengendalian terhadap tingkat kebisingan yang diterima operator.

6.1.4. Analisis Konsumsi Energi yang Dibutuhkan Operator

Seorang operator dapat diketahui mengalami kelelahan kerja dalam hal ini dapat dilihat dari perubahan peningkatan denyut jantung yang terjadi sebelum dan sesudah bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk dikonsumsi sehingga dapat menimbulkan kelelahan. Pada Tabel 5.21 ditunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi energi pada saat sesudah bekerja lebih besar dibandingkan pada saat sebelum bekerja. Rata-rata konsumsi energi yang dibutuhkan pada saat sebelum bekerja adalah 1,92 kkalmenit dan sesudah bekerja adalah 2,36 kkalmenit. Hal ini mengindikasikan bahwa paparan kebisingan yang diterima operator pada saat bekerja mengakibatkan peningkatan konsumsi energi yang dibutuhkan operator sehingga dapat mempercepat proses kelelahan. Hal ini juga menunjukkan bahwa paparan kebisingan mengakibatkan beban kerja operator semakin berat, karena semakin berat beban kerja akan semakin banyak pula energi yang diperlukan untuk dikonsumsi. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi tingkat kelelahan operator akibat kebisingan dengan cara mengimbangi konsumsi energi yang dikeluarkan dengan pemenuhan asupan gizi yang baik dan pengaturan waktu kerja dan istirahat sesuai dengan tingkat kebisingan yang diterima operator, sehingga Universitas Sumatera Utara lama kerja maksimal tenaga kerja dalam ruangan sesuai dengan standar NAB kebisingan.

6.1.5. Analisis Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Tingkat Kebisingan pada setiap Posisi Operator

Hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 1 dapat dilihat pada Gambar 5.23 yang menunjukkan persamaan garis regresi yang naik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat fungsional positif atau semakin tinggi kecepatan angin maka akan semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang diterima operator 1. Adapun pola regresinya yaitu Y = 90,80 + 10,29x. Nilai korelasi 0,33 menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 1 tidak terlalu besar atau rendah. Hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 2 dapat dilihat pada Gambar 5.24 yang menunjukkan persamaan garis regresi yang naik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat fungsional positif atau semakin tinggi kecepatan angin maka akan semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang diterima operator 2. Adapun pola regresinya yaitu Y = 95,98 + 2,287x. Nilai korelasi 0,09 menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 2 sangat rendah. Hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 3 dapat dilihat pada Gambar 5.25 yang menunjukkan persamaan garis Universitas Sumatera Utara regresi yang naik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat fungsional positif atau semakin tinggi kecepatan angin maka akan semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang diterima operator 3. Adapun pola regresinya yaitu Y = 82,94 + 31,08x. Nilai korelasi 0,62 menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 3 cukup berkorelasi. Hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 4 dapat dilihat pada Gambar 5.26 yang menunjukkan persamaan garis regresi yang naik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat fungsional positif atau semakin tinggi kecepatan angin maka akan semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang diterima operator 4. Adapun pola regresinya yaitu Y = 94,25 + 6,051x. Nilai korelasi 0,14 menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 4 sangat rendah. Hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 5 dapat dilihat pada Gambar 5.27 yang menunjukkan persamaan garis regresi yang turun. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat fungsional negatif atau semakin tinggi kecepatan angin maka akan semakin rendah tingkat kebisingan yang diterima operator 5. Adapun pola regresinya yaitu Y = 104,0 – 9,059x. Nilai korelasi -0,29 menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 5 tidak berkorelasi. Universitas Sumatera Utara Hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 6 dapat dilihat pada Gambar 5.28 yang menunjukkan persamaan garis regresi yang turun. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat fungsional negatif atau semakin tinggi kecepatan angin maka akan semakin rendah tingkat kebisingan yang diterima operator 6. Adapun pola regresinya yaitu Y = 101,0 – 5,570x. Nilai korelasi -0,22 menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara kecepatan angin dengan tingkat kebisingan yang diterima operator 6 tidak berkorelasi. Dari keterangan mengenai pengaruh kecepatan angin terhadap tingkat kebisingan pada setiap posisi operator di atas, mengindikasikan bahwa kecepatan angin mempengaruhi tingkat kebisingan yang diterima setiap operator. Angin dapat mendistorsi bunyi. Bunyi searah arah angin akan dipercepat, sedangkan bunyi berlawanan arah angin akan diperlambat.

6.1.6. Analisis Beban Bising