BAB V PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perilaku penderita hipertensi dalam
upaya mencegah komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Berastagi Tahun 2010 .
5.1 Karakteristik
Penderita hipertensi adalah orang yang mengalami peningkatan tekana darah 140 90 atau lebih dengan standart pengukuran yang telah ditentukan.
Dengan adanya hipertensi yang diderita oleh seseorang menunjukkan adanya resiko besar terhadap komplikasi. Sehingga pencegahan sedini mungkin adalah
langkah yang tepat untuk menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi. Dalam upaya penanggulangan hipertensi beberapa karakteristik
berperan yang dapat meningkatkan tingkat kepatuhan dan sebaliknya yaitu :
1. Umur Dan Jenis Kelamain
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada umur 50 tahun. Ini merupakan alah satu karakteristik dari penyakit
hipertensi dimana cenderung dederita pada usia 50 tahun. Usia pnderita hiperetensi pada usia 50 tahun juga menunjukkan bahwa mayoritas
responden mempunyai resiko besar terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi hipertensi. Karena pada kenyataannya resiko terhadap komplikasi
akan sejalan dengan bertambahnya usia penderita hipertensi.. Menurut Suryati 2005 kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah otak 6
– 10 kali lebih besar pada usia 50 Tahun.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya pada hasil penelitian juga menggambarkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dan sebagian besarnya berada pada usia
50 tahun. Hal ini mempunyai keterkaitan dengan karakteristik penduduk berastagi secara umum, dimana jumlah penduduk perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki – laki dan juga adanya peningkatan UHH umur Harapan
Hidup pada perempuan. Selanjutnya menurut Suryati 2005 pada usia 50 tahun kemungkinan terjadinya hipertensi perempuan cenderung lebih tinggi
karena ketidak stabilan hormon reproduksi setelah menopause. Hal ini dapat dijadikan sebagai peluang dalam penanngulangan
perilaku, dimana dengan pemberian informasi mengenai umur yang paling beresiko terhhadap komplikasi hipertensi 50 tahun akan memunculkan
suatu kerentanan yang dirasakan akan terjadinya komplikasi, sehingga memunculkan suatu motivasi. Menurut Rosenstock 1950 dalam
Health Belief Model
orang akan bertindak untuk mengatasi masalah kesehatannya jika seseorang merasa rentan terhadap suatu penyakit ataupun komplikasi yang
mengkin terjadi dari penyakit yang di deritanya.
3. Pendidikan
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas memiliki pendidikan tamat SMA . Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
sudah berada pada tingkat pendidikan dasar yang disarankan oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu pendidikan dasar 9 tahun tamat SMP.
Dari tingkat pendidikan yang baik dapat dijadikan peluang dalam program penanggulangan hipertensi. Karena dengan tingkat pendidikan yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
baik maka akan mudah bagi responden untuk memahami informasi yang diberikan. Menurut Wahid, 2007 Dalam kaitannaya dengan pengetahuan,
pendidikan akan memudahkan seseorang untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Dengan
perkataan lain, dari tingkat pendidikan cukup baik, akan memudahkan responden untuk memahami informasi sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap dan motivasi dalam upaya pencegahan komplikasi hipertensi.
4. Pekerjaan dan Penghasilan
Pekerjaan pada penderita hipertensi sering dikaitkan dengan tingkat kejenuhan yang berpengaruh terhadap stress. Akan tetapi, dalam hal pekerjaan
mayoritas responden sebagai petani bukan merupakan penyebab meningkatnya tingkat kejenuhan yang beresiko terhadap munculnya hipertensi. Dari hasil
pengamatan berbagai perubahan pola hidup kearah yang praktis seperti perubahan pada pola aktifitas, dimana pada awalnya dilakukan secara manual
mulai dari pengolahan tanah dan perawatan tanaman mengalami perubahan kearah lebih praktis dengan menggunakan mesin, sehingga mengurangi
motorik petani tersebut. Selain itu juga karena biaya hidup yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan hasil pertanian serta pola makan yang
tidak sehat sehinnga memicu timbulnya hipertensi. Dari segi tingkat penghasilan sebagian besar responden memiliki
penghasian pada kisaran Rp870.000 – Rp. 1.500.000,- per bulan . Ini
menunjukkan bahwa penghasilan responden telah berada pada tingkat UMR kabupaten karo tahun 2009 yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu Rp.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
875.000,- . Penghasilan mempunyai makna ganda dimana, penghasilan akan selalu sejalan dengan upaya untuk menjaga kesehatan. Dimana dengan
meningkatnya status ekonomi seseorang akan sejalan dengan upaya yang mereka lakukan dalam menjga kesehatan maupun fasilitas kesehatan ketika
mereka sakit. Pertimbangan terhadap hambatan yang dalam melakukan upaya
kesehata sering diperhitungkan berdasarkan nominal uang yang akan dihabiskan, akan tetapi pada program penanggulangan hipertensi tidak
menuntut biaya akan tetapi partisipasi dan kesediaan untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
5. Tingkat Tekanan Darah dan Indeks Masa Tubuh.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki IMT 30. ini menunjukkan bahwa mayoritas beresiko resiko tinggi
terhadap komplikasi hipertensi. Menurut Suryani {2006 kegemukan merupakan ciri khas populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor resiko ini
mempunyai keterkaitan yang erat dengan kejadian hipertensi dikemudian hari. Dari penyelidikan di buktikan bahwa curah jantung dan volume sirkulasi darah
pada orang yang obesiatas lebih tinggi dibandingakan dengan orang yang mempunyai berat badan normal.
Karakteristik IMT bisa dijadikan sebagai peluang, dimana dengan dibekali pengetahuan responden tentang kaitan komplikasi hipertensi dengan
kegemukan akan memunculkan suatu persepsi kerentanan yang dirasakan, sehingga termotivasi untuk berperilaku sehat untuk menurunkan berat badan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya diketahui bahwa mayoritas terdata sebagai penderita hipertensi pada tingkat hipertensi berat. Ini berarti mayoritas penderita
hipertensi didiagnosa pada tingkat yang beresiko tinggi. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena perjalanan penyakit hipertensi yang cenderung pada
tingkat rendah atau sedang tidak menunjukkan suatu manifestasi klinis yang bermakna yang selanjutnya akan menunjukkan gejala pada stadium lanjut yaitu
pada tingkat berat. Disatu sisi pada kecenderungan individu, penilaian pertama pada
penyakit adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan
betul – betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa
dengan adanya ancaman yang dirasakan maka perilaku pencegahan juga dapat meningkat. Hal ini dapat menjadi penghalang dalam upaya penanggulangan
hipertensi, karena pada dasarnya hipertensi tingkat berat mempunyai kecenderungan menandakan suatu resiko tinggi terhadap komplikasi akan
tetapi untuk hipertensi pada tingkat ringan dan sedang tidak berarti menandakan resiko rendah terhadap komplikasi.
6. Lama Menderita hipertensi.
Dari hasil penelitian mayoritas responden menderita hipertensi antara 1 – 3 tahun. Pada dasarnya hipertensi memang membutuhkan waktu yang lama
dalam penata laksanaannya akan tetapi kekambuhan yang berulang menunjukkan masih adanya faktor resiko yang belum dikendalikan dengan
baik.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Lamanya menderita hipertensi dapat menjadi sutu pengalaman yang baik dalam upya menanggulangi hipertensi, sehingga dalam interpretasinya
dapat menumbuhkan suatu motivasi yang kuat ataupun mungkin akan menimbulkan kejenuhan dalam melakukan pola hidup sehat sebagai penderita
hipertensi.
5.2.Faktor eksternal
Faktor ekternal adalah faktor yang bersumber dari lingkungan responden merupakan faktor yang dapat memberi informasi, dukungan maupun dorongan
kepada responden dalam upaya penanggulangan hipertensi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan telah
memperoleh informasi tentang hipertensi dari berbagai sumber, mulai dari petugas kesehatan, keluarga, teman sebaya sampai pada berbagai variasi media
informasi seperti TV, Koran dan majalah. Dari segi sumber informasi telah menunjukkan bahwa responden telah
mendapatkan informasi yang baik, karena telah diperoleh dari sumber yang bervariasi juga telah menyangkut informasi yang diperlukan dalam
penanggulangan hipertensi. Dalam aspek media, esensi informasi adalah kualitas informasi, hal ini penting karena menurut Wahid 2007 kualitas
informasi dan kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru,
sehingga dapat dijadikan suatu refrerensi bersikap maupun dalam bertindak. Disamping informasi yang baik mayoritas reponden menyatakan juga
mendapat dukungan dan dorongan. Dalam dukungan, petugas kesehatan, keluarga dan juga teman sebaya mempunyai peranan yang penting. Berbagai
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dorongan yang diperoleh seperti: pola makan sehat untuk penderita hipertensi, aktivitas dan istrahat yang sesuai, perhatian yang cukup dan penghargaan, Dari
kesemua kreteria dorongan tersebut memungkinkan untuk menumbuhkan suatu motivasi dalam upaya meningkatkan tingkat kepatuhan dalam upaya
penncegahan komplikas penderita hipertensi. Menurut Rosenstock 1950 dalam
Health Belief Model
HBM salah satu faktor penting untuk kesiapan individu dalam merubah perilaku atau dalam rangka menghindari suatu
penyakit memperkecil resiko komplikasi penyakit yaitu dengan adanya dorongan dari lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku
sendiri. Akan tetapi, dari hasil penelitian dapat diperoleh bahwa tingkat
partisipasi responden dalam mengikuti kegiatan yang dilasanakan oleh puskesmas berastagi masih rendah, dari berbagai kendala yang menjadi
penghalang bagi responden adalah karena tempat yang berjauhan serta waktu yang kurang tepat.
5.3. Pengetahuan Terhadap Upaya Pencegahan Komplikasi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden sudah
mempunyai pengetahuan pada tingkat sedang. Pengetahuan responden tentang hipertensi dan upaya pencegahan komplikasi tidak terlepas dari peran sumber
informasi. Informasi yang diperoleh oleh responden banyak bersumber dari petugas kesehatan , keluarga dan teman sebaya serta dari berbagai media, baik
dari media cetak ataupun dari media elektronik. Akan tetapi karakteristik juga
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
merupakan pemegang kendali dalam memahami informasi yang diterima yang selanjutnya diinterpretasikan pada tingkat pengetahuan.
Menurut Notoadmodjo 2003, menyebutkan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat tergantung kepada informasi yang diterimanya. Bila
informasi yang diterima adalah informasi yang salah maka akan menyebabkan kekeliruan dalam pengetahuan yang bisa menimbulkan terjadinya salah
persepsi. Dari hasil penelitian adanya persepsi yang salah menyangkut pemahan
tentang hipertensi dimana mayoritas responen menyatakan bahwa hipertensi adalah penyakit yang diakibatkan oleh stress dan pertambahan usia. Padahal
pada kenyatannya menurut Suryati 2005, yang menganalisa kejadian hipetensi menyimpulkan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh faktor resiko yang kompleks yaitu : seperti merokok, kegemukan, kurang olah raga, asupan garam natrium berlebihan, kurang
mengkonsusi sayur dan buah, konsumsi alkohol dan kopi, konsumsi lemak berlebihan dan lain sebagainya.
Pada masyarakat secara umum hipertensi sering dikaitkan dengan adanya pemikiran yang mmenyebabkan stress dan pertambahan usia. Petugas
kesehtan sudak mengantisipasi hal tersebut melalui penyluhan yang dilakuan untuk dapat menambah pemahaman masyarakat secara umum atau penderita
hipertensi secara khusus. Akan tetapai tingkat patisipasi dalam mengikuti kegiatan tersebut yang masih resndah sehingga pemahaman sebenarnya yang
diingikan belum dapat tercapai.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Hal ini merupakan tantangan yang harus mendapat perhatian khusus bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan tingkat pertisipasi penderita
hipertensi untuk mengikutii program penanggulangan hipertensi sehingga memastikan penderita hipertensi dapat memperoleh pengetahuan yang
sebenarnya. Selain pengetahuan yang kurang menyangkut faktor resiko penyebab
hipertensi. Sebagian besar responden juga tidak memahami dengan baik ukuran tekan darah yang disebut hipertensi. Dimana mayoritas responden menyatakan
bahwa hipertensi adalah tekanan darah lebih dari 140 90 yang akan berubah berikut dengan pertambahan usia. Akan tetapi pada kenyataannya, dalam
menetukan seseorang menderita hipertensi atau tidak apabila tekanan darah berada pada 14090 mmHg atau lebih yang diukur minimal 2 kali dalam
keadaan istrahat maka akan didiagnosa sebagai hipertensi tekanan darah tinggi pada semua orang dewasa.
Kurangnya pengetahuan terhadap penyebab hipertensi juga berdampak pada pengetahuan responden terhadap pola hidup sehat yang seharusnya
dilakukan oleh penderita hipertensi, dimana sebagian besar seponden menyatakan hanya kepada pengendalian stress. Hanya sebagian kecil
responden yang mengetahui pola hidup sehat untuk penderita hipertensi seperti : mempertahankan menurunkan berat badan pada batas normal, mengurangi
konsumsi garam, membatasi konsumsi lemak, olahraga teratur, mengkonsumsi buah dan sayuran segar, membatasi menghindarkan konsumsi rokok, akohol
dan kopi, mengendalikan stess mengkonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan responden dalam memilih metode penangulangan hipertensi juga rendah. Dimana, sebagian besar responden menyatakan bahwa
metode yang paling tepat dalam menanggulangi hipertensi adalah dengan pengobatan dan pengendalian stress saja. Akan tetapi dalam alogaritma
penanggulangan hipertensi tentunya hasus dipadukan antara pengobatan medis dengan pola hidup sehat seperti : mempertahankan menurunkan berat badan
pada batas normal, mengurani konsumsi garam, membatasi konsumsi lemak, olahraga teratur, mengkonsumsi buah dan sayuran segar, membatasi
menghindarkan konsumsi rokok, akohol dan kopi, mengendalikan stess mengkonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter Effendi, 2004.
Sutau hal yang penting menyangkut pemahaman tentang pengukuran tekanan darah secara rutin untuk dapat memantau perkembangan penyakit
hipertensi sebagai panel evaluasi akan tetapi pada sebagian besar responden mengetahui bahwa pengukuran tekanan darah dilakukan ketika ada gejala.
Pengetahuan mempunyai kesemaan dengan karakteristik responden yang mayoritas terdeteksi sebagai penderita hipertensi pada tingkat berat, karena
perjalanan penyakit hipertensi pada tingkat rendah sering muncul tanpa disertai gejala yang bermakna, selanjutnya akan menunjukkan suatu gejala ketika pada
tingkat lanjut berat bahkan maligna. Pada sebagian kecil responden mengetahuai rutinitas mengukur tekanan
darah dengan baik. Dimana, responden menyatakan bahwa pengukuran tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dalam sebulan dengan atau tanpa
gejala. Hal ini sesuai dengan yang dianjurkan dalam penangulangan hipertensi menurut Efendi, 2004 dimana pengukuran tekanan darah bagi penderita
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
hipertensi harus dilakukan secara rutin dengan adanya gejala ataupun tidak minimal 2 kali sebulan, hal ini diperlukan sebagai panel evaluasi pengobatan
dan perkembangan penyakit hipertensi. Pengetahuan pengukuran darah secara rutin ini penting bagi penderita hipertensi, disamping untuk mendeteksi dini
adanya kenaikan tekanan darah juga mempunyai tujuan sebagai panel evaluasi pengobatan ataupun pola hidup sehat yang telah dilakukan.
Disamping kurangnya pengetahuan tentang rutinitas dalam pengukuran tekanan darah, reponden juga mempunyi persepsi yang salah terhadap tekanan
darah tinggi dalam waktu yang lama. Karena, sebagian besar responden menyatakan tidak akan berbahaya selama tekanan darah tidak lebih tinggi dari
sebelumnya. Pada kenyataannya menurut . Prince 2005. tekanan darah yang tinggi dalam waktu yang lama akan sangat beresiko menimbulkan komplikasi.
Akan tetapi suatu peluang yang dapat mendukung program penanggulangan hipertensi yaitu mengenai pengetahuan terhadap pengenalan
gejala hipertensi, dimana sebagian besar responden mengetahui tanda dan gejala yang mungkin diakibatkan oleh hipertensi yaitu : sakit kepala, pening,
berdebar, gampang capek, pandangan berkunang - kunang, sering buang air kecil, mual dan telinga berdengung. Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan
yang sangat baik terhadap tanda dan gejala hipertensi tersebut. Dalam pengetahuan mengenali tanda dan gejala hipertensi berkaitan erat dengan
lamanya responden menderita hipertensi, dimana pengenalan didapat dari pengalamannnya sebagai penderita hipertensi.
Pengetahuan tentang tanda dan gejala hipertensi dapat menimbulkan persepsi menyangkut keseriusan penyakit hipertensi. Sutu keseriusan yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dirasakan dapat mempengaruhi motivasi penderita hipertensi dalam berperilaku karena menurut Menurut Rosenstock 1950 dalam
Health Belief Model
penilaian terhadap suatu masalah kesehatan yang serius menyangkut kondisi penyakit ini berkitan dengan besarnya ancaman merupakan faktor yang akan
mempengaruhi individu dalam melakukan tindakan penanggulangan masalah yang dialami.
Selain dapat mengenal tanda dan gejala hipertensi, sebagaian besar responden juga mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang baik
terhadap usia paling yang beresiko terhadap timbulnya komplikasi hipertensi. Dimana sebagian besar responden menyatakan bahwa yang paling beresiko
menimbulkan komplikasi adalah pada usia diatas 50 tahun hal ini sesuai dengan pendapat Suryati 2005 penderita hipertensi pada usia 50 Tahun yang
menyatakan bahwa kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah otak 6 – 10 kali lebih besar dibandingakan usia 50 Tahun.
Bila ditinjau dari karakteristik umur responden yang sebagian besar responden memiliki usia 50 tahun. Hal dapat menjadi peluang, karena
dengan adanya pengetahuan yang baik tentang usia yang paling beresiko terhadap kejadian komplikasi hipertensi akan memunculkan suatu motivasi
alam upaya pencegahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosenstock 1950 dalam
Health Belief Model
orang akan bertindak untuk mengatasi masalah kesehatannya jika seseorang merasa rentan terhadap suatu penyakit ataupun
komplikasi yang mungkin terjadi dari penyakit yang di deritanya yang dalam hal ini adalah hipertensi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Salah satu sebagai pertimbangan yang penting dalam melakukan upaya kesehatan adalah pengetahuan akan manfaat keuntungan atau kerugian
hambatan terhadap upaya yang akan dilakukan. Dari hasil penelitian sebagian besar responden mengetahui tentang manfaat penanggulangan hipertensi.
Dimana, berbagai manfaat yang diketahui oleh responden seperti : untuk dapat menghindarkan dari gejala hipertensi, untuk dapat mencegah agar tidak
menimbulkan komplikasi, untuk dapat memperpanjang umur dan dapat beraktifitas sebagaimana mestinya.
Pengertahuan akan manfaat dari penanggulangan hipertensi ini penting karena Menurut Rosenstock 1950 apabila individu merasa dirinya rentan
untuk penyakit yang dianggap gawat serius, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan tersebut tergantung pada pengetahuan tentang
manfaat dan rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.
5.4.Sikap Terhadap Upaya Pencegahan Komplikasi
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari
– hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya
dengan rangsangan yang relevan, individu lain atau fenomena – fenomena.
Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar
The Silent Killer
karena
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang,
juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi akan sangat membebani
perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. Bahrianwar,
2009.. Sehingga sikap yang positif terhadap upaya penanggulangan hipertensi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung kepatuhan dalam upaya
pencegahan komplikasi hipertensi. Dari hasil penelitian yang menyangkut sikap terhadap upaya
pencegahan komplikasi mayoritas responden memiliki sikap baik terhadap upaya pencegahan komplikasi. Sikap ini juga tentunya tidak terlepas dari
informasi maupun dari pengalaman yang dialami oleh responden serta pengalaman dari orang lain yang turut memberi informasi kepada responden.
Dengan perkataan lain bahwa adanya sikap yang positif terhadap penanggulangan hipertensi. Sikap yang mendukung tentunya akan mempunyai
pengaruh terhadap motivasi dalam melakukan suatu tindakan yang akan dilakukan. Dari hasil penelitian mayoritas responden mempunyai sikap setuju
terhadap adanya kerentanan terhadap komplikasi hipertensi dengan adanya hipertensi yang dihadapinya sekarang. Kerentanan ini merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam memunculkan suatu motivasi terhadap upaya pencegahan komplikasi hipertensi. karena menurut Rosenstock 1950 Apabila
individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat serius, ia
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
akan melakukan suatu tindakan dalam penanggulangan hipertensi agar tidak terjadi suatu komplikasi.
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau
masyarakat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan sikap setuju terhadap pernyataan bahwa “ penyakit hipertensi
merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat beresiko menimbulkan komplikasi. Hal ini menggambarkan bahwa penderita hipertensi mempunyai
tanggapan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang sangat serius dan sangat beresiko terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi jika tidak ditanggulangi.
Dari pernyataan sikap tersebut merupakan sikap yang diharapkan dari penderita hipertensi dan akan memungkinkan munculnya suatu motivasi yang
dalam upaya pencegahan komplikasi hipertensi. Menurut Rosenstock 1950 dalam
Health Belief Model
penilaian terhadap suatu masalah kesehatan yang serius menyangkut kondisi penyakit ini berkitan dengan besarnya ancaman
merupakan faktor yang akan mempengaruhi individu dalam melakukan tindakan penanggulangan masalah yang dialami.
Pada saat ini di wilayah kerja Puskesmas Berastagi banyak ditemukan kejadian penyakit yang diakibatkan karena komplikasi hipertensi seperti stroke
dan penyakit jantung. Sehingga dengan adanya hipertensi yang dialami maka responden cenderung mempunyai kerentanan yang dirasakan akibat dari
keseriusan penyakit hipertensi yang dapat menimbulkan dampak yang fatal. Selanjutnya apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang
dianggap gawat serius, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tersebut tergantung pada manfaat dan rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Dari hasil penelitian sebagian besar responden
setuju bahwa menanggulangi hipertensi sedini mungkin, merupakan upaya yang tepat untuk mencegah komplikasi. Hal ini menunjukkan pilihan yang
tepat terhadap penanggulangan sedini mungkin. Karena hipertensi pada dasarnya jika tidak ditanggulangi sedini mungkin akan berdampak terhadap
peningkatan pada tingkat lanjut dan tak jarang juga akan menimbulkan komlikasi. Pilihan terhadap penanggulanga sedini mungkin merupakan pilihan
yang tepat untuk keberhasilan upaya penanggulangan. Pada individu secara umum mayoritas pertimbangan yang paling
mempengaruhi adalah masalah pembiayaan. Pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan jika penyakitnya mengalami komplikasi akan mempengaruhi
motivasi responden dalam melakukan upaya pencegahan terhadap komplikasi tersebut. Dari hasil penelitian mayoritas responden setuju bahwa Untuk
pengobatan komplikasi hipertensi seperti stroke, penyakit jantung dan ginjal memerlukan biaya yang besar dan waktu lama dan bahkan dapat menghabiskan
penghasilan seumur hidup. Ini menunjukkan bahwa responden menunjukkan penguatan terhadap uapaya penaggulangan dilakukan sedini mungkin. Menurut
Rosenstock 1950 dalam
Health Belief Model
Suatu kepercayaan bila mengikuti anjuran kesehatan tertentu akan bersifat diuntungkan dalam
mengurangi ancaman yang dirasa, dan biaya bisa tanggulangi. Biaya mengacu pada penghalang yang dirasakan yang harus digunakan dalam rangka
mengikuti anjuran kesehatan. Hal ini lah yang akan menjadi faktor yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi motivasi dalam melakukan upaya pencegah terhadap masalah kesehatan dan komplikasi yang akan ditimbulkan.
Manfaat dari upaya yang akan dilakukan juga merupakan suatu pertimbangan dalam melakukan atau tidak melakukan upaya tersebut. Dari
hasil penelitian sebagian besar responden setuju diamana dengan melaksanakan upaya penanggulangan hipertensi akan bermanfaat untuk : memperpanjang
usia, menghindarkan dari gejala seperti sakit kepala atau pusing, mengurangi resiko peningkatan tingkat hipertensi bertambah parah, Mengurangi resiko
terkena komplikasi seperti stroke dan penyakit jantung.. Pertimbangan akan manfaat ini akan memotivasi responden untuk melakukan upaya
penanggulangan hipertensi. Menurut Rosenstock 1950 dalam
Health Belief Model
Suatu kepercayaan bila mengikuti anjuran kesehatan tertentu akan bersifat diuntungkan dalam mengurangi ancaman yang dirasa dan hal inilah
yang akan menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi dalam melakukan upaya pencegah terhadap masalah kesehatan dan komplikasi yang akan
ditimbulkan. Dari kreteria sikap diatas maka kemungkinan besar bahwa responden
telah menjalani 3 proses adopsi perilaku yaitu: 1.
Awarness
kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
2.
Interest
ketertarikan, dimana orang mulai tertarik pada stimulus. 3.
Evaluation
mempertimbangkan terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya hal ini berarti sikap responden sudah baik.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi sikap juga tidak terlepas dari pengetahuan, Pemikiran dan perasaan
thoughts and feeling,
adanya orang lain yang menjadi acuan
personnal references,
sumber daya
resurces,
sosial budaya
culture
berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek stimulus tertentu. Notoatmojo,2005.
5.5. Upaya Pencegahan Komplikasi.