BAB. I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak dasar masyarakat, yaitu hak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan
Undang – Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan Undang Undang Nomor
23 tahun 1992 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan haruslah dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
antara lain suatu komponen utama untuk pendidikan dan ekonomi serta kesehatan yang juga memiliki peran dalam penanggulangan kemiskinan.
Indra, 2009 Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan
menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum, ibu dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup UHH. Proporsi penduduk Indonesia
umur 55 tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7 dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi 9,37 dan diperkirakan tahun 2010
proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke
arah struktur penduduk yang semakin menua
ageing population
yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit transisi epidemiologi di
masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. DepKes RI, 2003 Pada akhir abad 20 Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan,
sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular PTM dapat digolongkan menjadi satu kelompok
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
utama dengan faktor risiko yang sama
common underlying risk factor
DepKes RI, 2003 Kronologi kejadian penyakit degeneratif diasumsikan seperti bagan
dibawah ini :
Bagan 1.1. Faktor resiko penyakit tidak menular DepKes RI, 2003
Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan resiko penyebab kematian,
dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular 48 dari seluruh kematian di dunia, sedangkan
kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43 dari seluruh kamatian di dunia dan meningkat pada tahun 2000
kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 dari seluruh kematian dimana 60 disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke
dan gagal ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 73 dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66
diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke,
Factor Genetik
-
Tinggi Lemak
-
Tinggi Kolesterol
-
Tinggi kalori
-
Tinggi garam
-
Tinggi glukosa Rendah Serat
Merokok Alkoholis
-
Aktivitas fisik
O B
E S
I T
A S
Kepribadian Individu
Penyakit Tidak Menular dan
Penyakit Degeneratif
Stres Mental Tingkat Sosial
Merokok Alkohol
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dimana faktor resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi. Zamhir, 2006.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar
The Silent Killer
karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping karena
prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan
kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya
pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. Bahrianwar, 2009
Di dunia, hampir 1 miliar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak
organ tubuh. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian 7 juta per tahun disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak dan ginjal.
Di negara berkembang Penyakit yang menjadi masalah utama dalam kesehatan
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa berkembang lainnya ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 kenaikan kasus hipertensi terutama di
negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Zamhir, 2006
Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3 pengkuran standart WHO yaitu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pada batas tekanan darah normal 16090 mmHg. Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21 pengukuran standart Depkes
yaitu pada batas tekanan darah normal 139 89 mmHg. Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 pada tahun 2015 dan menjadi 42
pada tahun 2025. Zamhir, 2006
Dari 33 Propisnsi di indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata
– rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan 27, Sumatera Barat 27, Jawa Barat 26, Jawa Timur 25, Sumatera Utara
24, Sumatera Selatan 24, Riau 23, dan Kalimantan timur 22. sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung
tinggi pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30
– 34. Zamhir, 2006.
Riwayat penyakit hipertensi yang bersamaan dengan pola hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak, kurang serat,
konsumi garam berlebih, kurang olah raga, alkoholis,
obesitas
, gula darah tinggi, lemak darah tinggi dan stres, akan memperberat resiko komplikasi
seperti, mengakibatkan payah jantung,
infark miokardium
, stroke, gagal ginjal, komplikasi kehamilan bahkan tak jarang dapat menyebabkan kematian
mendadak. Patrick, 2002. Dari hasil penelitian Fazidah 2005, yang menganalisa faktor resiko
penyakit jantung koroner pada pasien di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan ditemukan bahwa 89,3 penderita penyakit jantung koroner mempunyai
riwayat hipertensi. Pada kasus lain, dari peneliti yang sama dengan menganalisa determinan kejadian Stroke di RSUP. H. Adam malik Medan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tahun 2005 juga ditemukan sebanyak 90,9 penderita stroke mempunyai riwayat hipertensi. Dari perhitunga rasiko relatif dari kedua penelitian tersebut
disimpulkan bahwa sebagai faktor resiko penyakit kardio vasikuler yang penting, hipertensi yang bersamaan dengan pola hidup tidak sehat
meningkatkan resiko penyakit jantung koroner 5 kali dan stroke 10 kali. Fazidah,dkk 2005
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95 kasus. Bentuk hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atau esensial. Patogenesis pasti
tampaknya sangat kompleks dengan interaksi dari berbagai variabel, mungkin pula ada predisposisi genetik. Mekanisme lain yang dikemukakan mencakup
perubahan – perubahan berikut: 1. Eksresi natrium dan air oleh ginjal, 2.
Kepekaan baroreseptor, 3. Respon vesikuler, dan 4. Sekresi renin. Sedangkan 5 penyakit hipertensi terjadi sekunder akibat proses penyakit lain
seperti penyakit parenkhim ginjal atau aldosterronisme primer Prince, 2005. Beberapa organisasi dunia dan regional telah memproduksi, bahkan
memperbaharui pedoman penanggulangan hipertensi. Dari berbagai strategi dapat disimpulkan bahwa penanggulangan hipertensi melibatkan banyak
disiplin ilmu. Kunci pencegahan atau penanggulangan perorangan adalah gaya hidup sehat. Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat saling
mendukung untuk mencegah atau menanggulangi agar tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan sampai mencegah terjadinya komplikasi.
Bahrianwar,2009. Di Indonesia, Pemerintah bersama Departemen Kesehatan RI memberi
apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit Hipertensi. Sejak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tahun 2006 Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi dan penyakit degenaritaif linnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Depkes,
2007. Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa
langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan
intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat
local area specific
; mengembangkan investasi sumber daya manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat
jaringan kerja pengendalian hipertensi, antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi
untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi
pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi. Depkes, 2007.
Dinas Kesehatan Karo telah melakukan program penanggulangan hipertensi dan komplikasinya yang dimulai sejak tahun 2006, dimana
Puskesmas Berastagi, Puskesmas Kabanjahe, dan puskesmas Tiga Panah adalah pelaksana program secara langsung karena kasus hipertensi tertinggi
dibandingkan wilayah kerja Puskesmas lainnya di Kabupaten Karo. Pada awal program dipuskesmas Berastagi ditemukan 1067 penderita hipertensi , di
Puskesmas kabanjahe sebesar 927 kasus, sedangkan di Puskesmas Tiga panah
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
berjumlah 785 kasus. Namun dari segi pemanfaatan Puskesmas Berastagi memiliki tempat yang strategis sehingga tak jarang pasien yang berobat
berasal dari luar wilayah kerja Puskesmas Berastagi Dari hasil obeservasi di Puskemas Berastagi, berbagai pendekatan
persuasive
telah dilakukan petugas kesehatan yaitu penyuluhan kesehatan, Pembuatan film sebagai media promosi kesehatan, pengobatan gratis,
pembinaan kelompok beresiko, senam sehat penderita hipertensi dan lain sebagainya. Namun penderita hipertensi yang terdata sebagai penderita
hipertensi di wlayah kerja puskesmas berastagi dari tahun ke tahun terus meningkat dimana pada tahun 2006 sebanyak 1067 penderita, pada tahun 2007
sebanyak 1224 dan terus meningkat pada tahun 2008 dengan jumlah penderita sebanyak 1339, bahkan pada tahun 2009 menjadi peringkat kedua dari 10
penyakit terbesar di Puskesmas berastagi, seperti pada tabel berikut :
Tabel 1.1. Data 10 Penyakit Terbesar Puskesmas Berastagi Tahun 2009
Sumber : Puskesmas Berastagi
Tidak sebatas peningkatan penderita saja, kasus stroke yang terdata pada tahun 2008 sebanyak 79 penderita menjadi 114 penderita pada tahun
2009. Dari hasil wawancara peneliti dengan dokter yang bertugas di Puskesmas Berastagi, pada tahun 2009 terdapat kematian mendadak akibat komplikasi
Peringkat Jenis penyakit
Jumlah kasus
I ISPA
2939
II Hipertensi
1451
III Infeksi Jamur
1130 IV
Penyakit lain saluran nafas 1093
V Infeksi Lain Pada Usus
893 VI
Alergi 836
VII Diare
792 VIII
Penyakit Otot, Tulang, Jaringan pengikat 478
IX Kecelakaan lalu lintas
209 X
Ulkus Peptikum 166
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dari hipertensi tingkat berat dimana 4 orang karena serangan stroke dan 2 orang akibat penyakit jantung
Dari hasil obeservasi, dari berbagai kegiatan yang dilakukan, antusias masyarakat penderita hipertensi yang menjadi target program masih sangat
kurang. Hal ini dapat disimpulkan dari jumlah kehadiran para penderita hipertensi pada kegiatan posyandu lansia 3 tiga kelurahan yang pernah diikuti
yang hanya dihadiri 8 – 12 orang, pada kegiatan senam sehat penderita
hipertensi hanya diikuti oleh 10 – 12 peserta.
Pada kegiatan pengobatan di Puskesmas Berastagi sangat jarang sekali penderita hipertensi yang berobat mengontrol tekanan darah kembali setelah
mengkonsumsi obat hipertensi sesuai dengan anjuran dokter. Dan dilain sisi dari hasil wawancara dengan penderita hipertensi di Puskesmas Berastagi,
penderita hipertensi memiliki pemahaman lain tentang penyebab hipertensi dan komplikasinya, dimana penderita hipertensi mengganggap hipertensi tersebut
terjadi akibat stress saja. Dan peningkatan tekanan darah sejalan dengan usia dianggap hal yang wajar. Sehingga pola hidup sehat yang seharusnya
dilakukan penderita hipertensi untuk mencegah komplikasi sering terabaikan. Apabila hal ini tidak segera ditindak lanjuti mendapat perhatian khusus,
tentunya akan menjadi hambatan bagi program pencegahan komplikasi hipertensi, Sehingga kemungkinan bertambahnya kasus yang diakibatkan
komplikasi hipertensi akan meningkat dan akan menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan negara.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti ingin meneliti lebih tentang perilaku penderita hipertensi terhadap upaya pencegahan
komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Berastagi.
1.2. Perumusan Masalah