Hubungan Kohesivitas Kelompok dan Kecerdasan Emosional dengan

mengantarkan perusahaan mencapai visinya menjadi perusahaan kelas dunia dan bertahan dalam persaingan global.

E. Hubungan Kohesivitas Kelompok dan Kecerdasan Emosional dengan

Organizational Citizenship Behavior Selain menampilkan perilaku in-role, perusahaan juga berharap karyawannya dapat menampilkan perilaku ekstra-role. Perilaku extra-role sangat penting artinya karena memberikan manfaat yang lebih baik untuk menunjang keberlangsungan organisasi Oguz, 2010. Perilaku extra-role di dalam organisasi dikenal dengan istilah Organizational Citizenship Behavior OCB. OCB ini melibatkan beberapa perilaku meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi sukarelawan volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan dan prosedur di tempat kerja. Perilaku-perilaku ini menggambarkan nilai tambah karyawan yang merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial positif, konstruktif dan bermakna membantu Aldag Resckhe, 1997. Organisasi tidak akan berhasil dengan baik tanpa ada anggota yang melakukan perilaku organizational citizenship behavior. Karyawan yang baik good citizenship cenderung melakukan organizational citizenship behavior. Perilaku-perilaku tersebut secara normatif dapat berkontribusi pada peningkatan kinerja baik kinerja secara pribadi, secara teamwork maupun organisasi Mar- koczy Xin, 2002. Seseorang karyawan dalam menampilkan OCB dipengaruhi oleh banyak faktor. Ketika berada dalam kelompok kerja, OCB menjadi sebuah tipe perilaku Universitas Sumatera Utara kerja dimana para karyawan yang memang senang berada dalam sebuah kelompok akan memilih melakukan perilaku tersebut. Wijayanto dan Kismono 2004 mengindikasikan bahwa hubungan karyawan dengan rekan kerjanya atau karyawan lain dalam suatu kelompok yang kohesif, dapat meningkatkan tanggung jawab individu yang akhirnya dapat memotivasi karyawan untuk melakukan peran ekstranya. Karyawan yang merasa nyaman dalam suatu kelompok kerja dan mendapat manfaat secara pribadi, sangat senang untuk membalas perlakuan dari kelompoknya dengan bentuk organizational citizenship behavior Leung, 2008. Organizational citizenship behavior dapat meningkat saat kelompok menjadi lebih kohesif. Perilaku seperti koperatif, membantu dan mengajarkan rekan kerja, atau bekerja melebihi waktu saat mendapatkan tugas, diharapkan akan muncul dalam kelompok yang tingkat kohesivitasnya tinggi.Walaupun hal tersebut tidak diminta, diharapkan bagi anggota yang memiliki ikatan yang kuat dengan kelompoknya akan rela melakukan hal tersebut bukan hanya untuk kepentingan pribadi tapi juga demi kepentingan kelompok Stashevsky dan Koslowsky, 2006. Sikap kooperatif karyawan sendiri dapat menunjukkan tingkat sportmanship yang dimiliki karyawan. Apabila tingkat sportsmanship yang ditunjukkan karyawan sangat kurang maka akan memberikan efek yang negatif terhadap kohesivitas kelompok dan membuat suasana kerja menjadi kurang atraktif. Keadaan tersebut tentu saja dapat menahan karyawan untuk menjadi sangat produktif Podsakoff, 1997. Keyakinan akan adanya good sports akan dapat meningkatkan suasana kerja dalam kelompok ataupun organisasi yang membuat hal tersebut menjadi lebih menarik bagi para karyawan Widmeyer, 2009. Universitas Sumatera Utara Civic virtue yang sangat tinggi dalam sebuah kelompok, berdampak pada kebebasan bagi para pekerja untuk mencari cara agar dapat bekerja lebih efektif dan sesuai dengan keadaannya, sehingga hal ini dapat menumbuhkan kepedulian pekerja terhadap kelompok kerjanya, berperilaku ekstra dan dengan begitu dapat menambah keinginan anggota kelompok untuk bertahan pada kelompoknya Robinson, 1995. Selain faktor kohesivitas, faktor lain yang mempengaruhi OCB karyawan ketika bekerja dalam kelompok adalah kecerdasan emosional. Kemampuan ini mencakup kemampuan dalam mengelola diri sendiri, inisiatif, optimisme, mengorganisasi emosi dalam diri, serta melakukan pemikiran yang tenang tanpa terbawa emosi Boyatzis dan Ron, 2001. Kemampuan karyawan dalam mengelola perasaan, memotivasi diri sendiri, berempati, dan bekerjasama dengan orang lain akan mendorongnya berperilaku dalam organisasi secara kooperatif, suka menolong, perhatian, dan bersungguh- sungguh diluar persyaratan formal Ariani, 2008. Kecerdasan emosi terbukti menjadi faktor utama pada individu yang memiliki kinerja yang tinggi dalam pelayanan jasa, teknis, penjualan, manajemen konsumen, kepemimpinan dan peranan eksekutif berdasarkan hasil penelitian Spencer dan Spencer 1993. Hasil penelitian Goleman 1998 menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sisanya 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritualnya, bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen. Universitas Sumatera Utara Untuk melakukan sesuatu yang baik seorang karyawan memang tidak selalu digerakkan oleh hal-hal yang hanya menguntungkan dirinya. Dengan kemampuannya berempati karyawan bisa memahami orang lain dan lingkungannya serta bisa menyelaraskan nilai-nilai individual yang dianutnya dengan nilai-nilai lingkungannya, sehingga muncul perilaku yang nice yaitu good citizen. Jika karyawan dalam organisasi memiliki OCB, karyawan dapat mengendalikan perilakunya sendiri sehingga mampu memilih perilaku yang terbaik untuk organisasinya Hein, 1999. Berdasarkan uraian diatas, dapat terlihat bahwa terdapat pengaruh kohesivitas kelompok dan kecerdasan emosional terhadap OCB karyawan.

F. Hipotesis Penelitian