39
dikembangkannya bukan kitab-kitab Islam klasik. Sekalipun kitab-kitaab klasik tetap dipertahankan namun porsi pengajarannya tidak memadai.
49
Selain sistem
pembelajaran yang
dirubah, sistem
sosial yang
diberlakukanpun dirubah. Pesantren Nadwatul Ummah yang sebelumnya terlihat bebas karena tidak ada peraturan yang mengikat santri sehingga santri terlihat
bebas dalam mengikuti program di pesantren. Dan hal semacam itu dinilai tidak tepat dalam proses pendidikan di pesantren, karena pada dasarnya santri haruslah
beretika baik sehingga dapat mengikuti program di pesantren dengan baik dan tertib.
Sehingga menurut DR. KH. Luthfi El-Hakim sistem tersebut perlu di rubah demi menciptakan suasana pesantren yang islami, sehingga para santri
dapat beretika sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari melalui kitab-kitab klasik yang diajarkan kiyai atau guru di pesantren. Sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Zamakhsyari Dhofier : Secara umum, tingkah laku yang benar secara Islam dinyatakan dalam
contoh-contoh seperti yang dikerjakan para kiyai melalui lembaga-lembaga pesantren dan amalan-amalan beragama yang lain, seperti mengikuti sembahyang
dan khutbah jum‗at mengajarkan kepada anggota-anggota masyarakat tingkah
laku Islam yang ideal, pola pikiran dan perasaan yang ideal, simbol-simbol dan amalan-amalan Islam.
50
Menurut DR. KH. Luthfi El-Hakim seorang santri haruslah menunjukan etikaakhlak yang sesuai dengan gelarnya yaitu santripencari ilmu, dimana
seorang santri haruslah memulyakan gurunya sebagai landasan awal berakhlak yang baik. Karena akhlak merupakan pondasi daam mencari ilmu tanpa akhlak
yang baik seorang santri tidak akan mendapatkan manfa‗at dari ilmu yang telah
dipelajari, hal ini sesuai dengan maqolah yang mengatakan : ِبدَ اأَْ تبهَهَا اأعبلأمَ تَعَلبمب ۞ ِبدَ اأَْ ََْبيأعَ اأعبلأمب ََ باَا ايَ
͞
wahai pencari „ilmu junjung tinggilah adabakhlak, tuntutlah ilmu dengan memprioritaskan adabakhlak”.
51
49
Dhofir, op. cit., h. 76
50
Dhofir, op. cit., h. 42
51
Muhammad bin ahmad Nubhan, Surabaya,tt. p, 1980 h. 4
40
Oleh sebab itu DR. KH. Luthfi El-Hakim menerapkan sistem yang menyerupai sistem di keraton yaitu etikaakhlak abdi dalem kepada sultannya.
Sehingga para santri diwajibkan beretika sopan santun yang baik kepada guru di pesantren sebagaimana abdi dalem beretika kepada sultannya. Hal ini bertujuan
untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang pendidikan akhlak yang nyata sehingga dapat membentuk santri yang bermoral dan berakhlak baik.
Dilihat dari nasab keturunannya, keluarga besar KH. Muhammad Anis Fu‗ad Hasyim Alm. memang memiliki garis nasab dari Syekh Sultan Syarif
Hidayatullah pendiri kerajaankeraton di Cirebon sekaligus penyebar agama Islam di Cirebon. KH. Muhammad Anis
Fu‗ad Hasyim Alm. merupakan keturunan ke- 20 dari urutan gari nasab Syekh Sultan Syarif Hidayatullah. Dan hingga kinipun
keluarga besar pesantren masih memiliki hubungan kekerabatan yang baik dengan keluarga besar yang tinggal di keraton.
Menurut DR. KH. Luthfi El-Hakim sekalipun keluarga besar pesantren memiliki kekerabatan yang dekat dengan pihak keraton, tidak serta merta sistem
sosial yang diberlakukan dipesantren meniru sistem yang diberlakukan di keraton. Karena pada dassarnya etikaakhlah semacam itu sudah ada dan diajarkan dalam
agama Islam sesuai dengan Firman Allah :
―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu
melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain,
supaya tidak hapus pahala amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. ‖ Q. S.
Al-Hujarat : 2 Dan sabda Rasulullah SAW :
41
52
. ―Tidak ada orang yang lebih kucintai melebihi Rasulullah saw. dan di
mataku tidak ada yang lebih agung melebihi beliau. Saya tidak mampu memandang
beliau dengan
mata terbuka
lebar semata-mata
karena menghormatinya. Jika saya ditanya untuk mensifati beliau saya tidak akan mampu
menjawab sebab saya tidak mampu memandang beliau dengan mata terbuka lebar. HR. Muslim
‖ Oleh
karenanya, pondok
pesantren Nadwatul
Ummah dalam
pembelajarannya sangat menekankan kepada pelajaran Akhlak. Semisal dengan kitab-kitab akhlak yang selalu diajarkan kepada santri seperti kitab Ta
‟ lim Muta
‟ alim yang dibaca ketika pengajian umum, serta kitab-kitab akhlak kecil seperti Taisirul Kholak dan „Izzul Adab yang diajakan di kelas Shifir.
Dengan diterapkannya sistem sosial tersebut, diharapkan para santri dapat mendapatkaan pengalaman nyata dalam memahami nilai-nilai akhlak yang telah
diajarkan sehingga para santri tidak hanya memahami secara teori saja, melainkan dalam praktekpun santri dapat memahami secara mendalam sesuai dengan apa
yang telah mereka pelajari. Semisal dengan penjelasan Syekh Al-Zarnuji dalam kitabnya Ta
‟ lim Muta
‟ alim yaitu termasuk salah satu menghormati guru adalah menghormati anak-anaknya dan orang yang mempunyai hubungan dengannya. Guru kami
Syaikhul Islam Burhanudin pengarang kitab ―Al-Hidayah‖ pernah berkata. Bahwa
seorang ulama besar dari Bukhara sedang duduk dalam suatu majelis pengajian, kemudian ia berdiri dan duduk kembali. Ketika ditanya kepadanya sikap itu, ia
menjawab : ―sesungguhnya saya melihat putra guruku sedang bermain di jalan
bersama teman-temannya. Jika saya melihatnya lalu saya berdiri, itu semata-mata bentuk penghormatan saya kepada guruku.
‖
53
Hal tersebut sejalan dengan etika yang diberlakukan di pesantren bahwa para santri diwajibkan berdiri dan menundukan kepala atau hanya menundukaan
kepala apabila bertemu atau berpapasan dengan kiyaiguru dan keturunanya serta
52
Al-Imam Muslim, Shahih Muslim, 2007, Dar-Al-Ma‗rifah, Lebanon, h. 319
53
Syekh Al-Zarnuji, op, cit,. h. 17 - 18
42
kerabatnya dalam kondisi apapun. Apabila santri sedang berjalan maka berhenti sejenak dan apabila santri berjalan di hadapan kiyaiguru dan keturunanya serta
kerabatnya maka harus menundukan kepalanya. Selain untuk membentuk santri yang bermoral dan berakhlak baik, sistem
sosial seperti itu diberlakukan atas dampak dari kurangnya pendidikan akhlak yang diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan modern sehingga hal tersebut
dapat dijadikan sebagai pembeda antara pendidikan modern dengan pendidikan pesantren tradisional.
2. Deskripsi Data Hasil Angket Penelitian
Hasil penelitian yang penulis peroleh dengan menyebarkan angket kepada 50 santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon,
kemudian diolah dengan lagkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung jumlah responden
b. Memeriksa angket
sebelum dianalisa
terlebih dahulu
kemudian meniterpestasikan data yang terkumpul dengan mengecek ulang data yang ada
dengan tujuan agar dapat memperoleh data yang valid. c. Mencari frekuensi dengan cara menjumlahkan jawaban dan mencari
korelasinya. Adapun data tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
1 Deskripsi data variabel X penerapan budaya keraton di Pesantren Tabel 04
Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat diperoleh penjelasan bahwa, 35 responden 70 menjawab selalu berjalan jongkok atau nglesot ketika menghadap guru, 11
responden 22 sering berjalan jongkok atau nglesot ketika menghadap guru, 1
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya berjalan jongkok atau nglesot ketika
menghadap guru a. Selalu
35 70
b. Sering 11
22 c. Jarang
1 2
d. Kadang-kadang 2
4 e. Tidak Pernah
1 2
Jumlah 50
100
43
responden menjawab 2 berjalan jongkok atau nglesot ketika menghadap guru, 2 responden menjawab 4, 1 responden menjawab 2
berjalan jongkok atau nglesot ketika menghadap guru. Dengan demikian dapat dilihat bahwa santri yang
selalu berjalan jongkok ketika menghadap guru lebih banyak, hal ini didasari kepada bentuk penghormatan seorang santri kepada gurunya.
Tabel 05 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat diperoleh penjelasan bahwa, 30 responden menjawab 60 menundukan kepala dan mengumpulkan tangan di bawah perut
serta berhenti sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan dalam jarak 5m, 15 responden menjawab 30 menundukan kepala dan mengumpulkan tangan
di bawah perut serta berhenti sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan dalam jarak 5m, 2 responden menjawab 4 menundukan kepala dan
mengumpulkan tangan di bawah perut serta berhenti sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan dalam jarak 5m 3 responden menjawab 6
menundukan kepala dan mengumpulkan tangan di bawah perut serta berhenti sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan dalam jarak 5m, 5
responden menjawab 0 menundukan kepala dan mengumpulkan tangan di bawah perut serta berhenti sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan
dalam jarak 5m. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa santri yang selalu menundukan kepala dan mengumpulkan tangan di bawah perut serta berhenti
sejenak ketika berpapasan dengan guru ketika berjalan dalam jarak 5m lebih
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya menundukan kepala dan
mengumpulkan tangan dibawah perut serta
berhenti sejenak ketika berpapasan dengan
guru a. Selalu
30 60
b. Sering 15
30 c. Jarang
2 4
d. Kadang-kadang 3
6 e. Tidak Pernah
- -
Jumlah 50
100
44
banyak, hal ini didasari oleh bentuk penghormatan santri yang diberikan kepada guru-gurunya.
Tabel 06 Pertanyaan Positif
Dengan demikian dapat diperoleh penjelasan bahwa, 38 responden 76 menjawab selalu duduk seperti tasyaahud akhir dan menundukan kepala ketika
berbicara berhadapan dengan guru, 8 responden 16 menjawab duduk seperti tasyaahud akhir dan menundukan kepala ketika berbicara berhadapan dengan
guru, 3 responden 6 duduk seperti tasyaahud akhir dan menundukan kepala ketika berbicara berhadapan dengan guru, 1 responden 2 menjawab duduk
seperti tasyaahud akhir dan menundukan kepala ketika berbicara berhadapan dengan guru. Dapat disimpulkan bahwa santri yang selalu duduk seperti tasyahud
akhir dan menundukan kepala ketika berbicara berhadapan dengan guru lebih banyak.
Tabel 07 Pertanyaan Positif
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya duduk seperti tasyaahud akhir dan
menundukan kepala ketika berbicara
berhadapan dengan guru
a. Selalu 38
76 b. Sering
8 16
c. Jarang 3
6 d. Kadang-kadang
1 2
e. Tidak Pernah -
-
Jumlah 50
100
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Ketika duduk bersila, saya menutupi kaki
saya dengan kain sarung
a. Selalu 23
46 b. Sering
12 24
c. Jarang 11
22 d. Kadang-kadang
3 6
e. Tidak Pernah 1
2
Jumlah 50
100
45
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 23 responden 46 menjawab Ketika duduk bersila, saya menutupi kaki saya dengan kain sarung, 12 respoden
24 menjawab ketika duduk bersila, saya menutupi kaki saya dengan kain sarung, 11 responden 22 menjawab ketika duduk bersila, saya menutupi kaki
saya dengan kain sarung, 3 responden 6 menjawab ketika duduk bersila, saya menutupi kaki saya dengan kain sarung, 1 responden 2 menjawab ketika
duduk bersila, saya menutupi kaki saya dengan kain sarung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang ketika duduk bersila, menutupi kaki dengan
kain sarung lebih banyak, hal ini dikarenakan untuk menjaga tatakarama kesopanan seorang santri dalam menjalani kehidupan sosial sehari-hari.
Tabel 08 Pertanyaan positif
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 18 responden 36 menjawab jarang menggunakan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru, 15
responden 30 menjawab kadang-kadang menggunakan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru, 7 responden 14 menjawab selalu menggunakan
bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru, 6 responden 12 menjawab sering menggunakan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru, 4
responden 8 menjawab tidak pernah menggunakan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang
jarang menggunakan bahasa kromo inggil ketika berbicara dengan guru lebih banyak, hal ini dikarenakan tidak semua santri berasal dari wilayahdaerah yang
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya menggunakan bahasa kromo inggil
ketika berbicara dengan guru
f. Selalu 7
14 g. Sering
6 12
h. Jarang 18
36 i. Kadang-kadang
15 30
j. Tidak Pernah 4
8
Jumlah 50
100
46
berbahasa Jawa dan tidak semua santri mahir dalam berbahasa Jawa baik ngoko maupun kromo.
Tabel 09 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 18 responden 36 menjawab selalu tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan di depan
rumah guru, 17 responden 34 menjawab sering tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan di depan rumah, 7 responden 14
menajwab jarang tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan di depan rumah, 4 responden 8 menjawab kadang-kadang tidak berjalan
bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan di depan rumah, 4 responden 8 menjawab tidak pernah tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman
ketika berjalan di depan rumah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, santri yang tidak berjalan bergerombol dengan teman-teman ketika berjalan di
depan rumah lebih banyak, hal ini dilakukan demi tidak menggangu aktifitas yang sedang dilakukan guru.
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya tidak berjalan bergerombol dengan
teman-teman ketika berjalan di depan
rumah guru a. Selalu
18 36
b. Sering 17
34 c. Jarang
7 14
d. Kadang-kadang 4
8 e. Tidak Pernah
4 8
Jumlah
50 100
47
Tabel 10 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat dijelaskna bahwa, 17 responden 34 menjawab ketika duduk dibangku selalu merapatkan kedua kakinya, 12 responden 24
menjawab ketika duduk dibangku sering merapatkan kedua kakinya, 14 responden 28 menjawab ketika duduk dibangku jarang merapatkan kedua kakinya, 6
responden 12 menjawab ketika duduk dibangku kadang-kadang merapatkan kedua kakinya, 1 responden 2 menjawab ketika duduk dibangku tdak pernah
merapatkan kedua kakinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, santri yang ketika duduk dibangku merapatkan kedua kakinya lebih banyak karena hal
ini merupakan tatakrama yang baik untuk diprktekan demi menjaga sopan santun dalam kehidupan sosial.
Tabel 11 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 29 responden 58 menjawab selalu berpakian rapih baik dalam lingkungan pesantren maupun di luar
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya selalu berpakian rapih baik
dalam lingkungan pesantren maupun di
luar lingkungan pesantren.
a. Selalu 29
58 b. Sering
14 28
c. Jarang 4
8 d. Kadang-kadang
3 6
e. Tidak Pernah -
-
Jumlah
50 100
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Ketika duduk dibangku saya
merapatkan kedua kaki saya
b. Selalu 17
34 c. Sering
12 24
d. Jarang 14
28 e. Kadang-kadang
6 12
f. Tidak Pernah 1
2
Jumlah 50
100
48
lingkungan pesantren, 14 responden 28 menjawab selalu berpakian rapih baik dalam lingkungan pesantren maupun di luar lngkungan pesantren, 4 responden
8 menjawab selalu berpakian rapih baik dalam lingkungan pesantren maupun di luar lngkungan pesantren, 3 responden 6 menjawab selalu berpakian rapih
baik dalam lingkungan pesantren maupun di luar lngkungan pesantren. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang selalu berpakian rapih baik dalam
lingkungan pesantren maupun di luar lingkungan pesantren lebih banyak hal ini dipraktekan demi menjaga tatakrama yang baik dalam kehidupan sosial.
2 Deskripsi data variabel Y Adab Santri Terhadap Guru di Lingkungan Pesantren
Tabel 12 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 37 responden 74 menjawab ketika guru memanggil saya segera menghampirinya, 8 responden
16 menjawab ketika guru memanggil saya segera menghampirinya, 3 responden 6 menjawab ketika guru memanggil saya segera menghampirinya,
2 responden
4 menjawab
ketika guru
memanggil saya
segera menghampirinya. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa, santri yang
bersegera menghampiri ketika dipanggil oleh guru lebih banyak, hal ini menunjukan bahwa akhlak terpuji kepada guru sangat diperhatikan oleh para
santri.
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Ketika guru memanggil, saya
segera menghampirinya
a. Selalu 37
74 b. Sering
8 16
c. Jarang 3
6 d. Kadang-kadang
2 4
e. Tidak Pernah -
-
Jumlah 50
100
49
Tabel 13 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 35 responden 70 menjawab selalu menghormati kerabat guru sebagaimana saya menghormati guru,
11 responden 22 menjawab Saya sering menghormati kerabat guru sebagaimana saya menghormati guru, 2 responden 4 menjawab jarang
menghormati kerabat guru sebagaimana saya menghormati guru, 2 responden 4 menjawab kadang-kadang menghormati kerabat guru sebagaimana saya
menghormati guru, dan 0 responden menjawab tidak pernah menghormati kerabat guru sebagaimana saya menghormati guru. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa santri yang menghormati kerabat guru sebagaimana menghormati guru mereka lebih banyak, hal ini dikarenakan pemahaman santri terhadap bentuk
penghormatan terhadap guru tidak hanya terbatas pada guru saja melainkan kepada orang-orang yang berhubungan dekat dengan gurupun juga harus
dihormati, baik dalam ruang lingkup keluarga maupun kerabat.
Tabel 14 Pertanyaan Positif
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya menghormati kerabat guru
sebagaimana saya menghormati guru
a. Selalu 35
70 b. Sering
11 22
c. Jarang 2
4 d. Kadang-kadang
2 4
e. Tidak Pernah -
-
Jumlah 50
100
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya menjaga kepercayaan yang
telah diberikan guru kepada saya
a. Selalu 33
66 b. Sering
14 28
c. Jarang 3
6 d. Kadang-kadang
- -
e. Tidak Pernah -
-
Jumlah
50 100
50
Dari tabel di atas dapaat dambil penjelasan bahwa, 33 responden 66 menjawab saya selalu menjaga kepercayaan yang telah diberikan guru kepada
saya, 14 responden 28 menjawab Saya sering menjaga kepercayaan yang telah diberikan guru kepada saya, 3 responden 6 menjawab saya jarang menjaga
kepercayaan yang telah diberikan guru kepada saya, dan 0 responden menjawab kaadang-kadang bahkan tidak pernah menjaga kepercayaan yang telah dberikan
guru kepada saya. Dengan demikian kesimpulan yang didapat adalah santri yang menjaga kepercayaan yang telah diberikan guru kepadanya lebih banyak, hal ini
dilatarbelakangi oleh pemikiran para santri yang selalu mempunyai keinginan untuk selalu memberikan yang terbaik untuk guru.
Tabel 15 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 32 responden 64 menjawab ketika berjalan dengan guru saya selalu berjalan di belakangnya, 15 responden
30 menjawab Ketika berjalan dengan guru saya sering berjalan di belakangnya, 3 responden 6 menjawab Ketika berjalan dengan guru saya
berjalan di belakangnya, dan 0 responden menjawab ketika berjalan dengan guru saya kadang-kadang bahkan tidak pernah berjalan di belakangnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang ketika berjalan dengan guru selalu berjalan di belakangnya, hal ini dilatar belakangi oleh bentuk penghormatan para
santri yang tidak ingin mendahului bahkan berada di depan guru sehingga menghalangi perjalanannya.
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Ketika berjalan dengan guru saya
berjalan di belakangnya
a. Selalu 32
64 b. Sering
15 30
c. Jarang 3
6 d. Kadang-kadang
- -
e. Tidak Pernah -
-
Jumlah 50
100
51
Tabel 16 Pertanyaan Negatif
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 40 responden 80 menjawab Saya tidak pernah memotong pembicaraan guru ketika guru sedang
berbicara kepada saya, 8 responden 16 menjawab Saya kadang-kadang
memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepada saya, 0 responden menjawab Saya jarang tidak pernah memotong pembicaraan guru
ketika guru sedang berbicara kepada saya, 2 responden 4 menjawab Saya sering memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepada saya,
dan 0 responden menjawab Saya selalu memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepada saya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa santri
yang tidak memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepadanya lebih banyak, hal ini dikarenakan rasa
ta‗dzim santri kepada guru demi untuk menjaga perasaan guru untuk tidak tersinggung dengan sikap santri yang
memotong pembicaraan guru ketika guru sedang berbicara kepadanya.
Tabel 17 Pertanyaan Negatif
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya memotong pembicaraan guru
ketika guru sedang berbicara
kepada saya a. Selalu
- -
b. Sering 2
4 c. Jarang
- -
d. Kadang-kadang 8
6 e. Tidak Pernah
40 80
Jumlah 50
100
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Ketika berhadapan dengan guru saya
berdiri sementara guru dalam keadaan
duduk a. Selalu
1 2
b. Sering 1
2 c. Jarang
- -
d. Kadang-kadang 6
12 e. Tidak Pernah
42 84
Jumlah
50 100
52
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 42 responden 84 menjawab ketika berhadapan dengan guru saya tidak pernah berdiri sementara
guru duduk, 6 responden menjawab ketika berhadapan dengan guru saya kadang- kadang berdiri sementara guru duduk, 1 responden 2 menjawab ketika
berhadapan dengan guru saya selalu berdiri sementara guru duduk, 1 responden 2 menjawab ketika berhadapan dengan guru saya sering berdiri sementara
guru duduk, 0 responden menjawab ketika berhadapan dengan guru saya jarang berdiri sementara guru duduk. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa santri
yang ketika berhadapan dengan guru tidak pernah berdiri sementara guru dalam kondisi duduk lebih banyak, hal ini merupakan bentuk penghormatan santri
terhadap segala suatu kondisi guru sehingga santripun harus mengikuti dan memakluminya.
3 Deskripsi data variabel Y akhlak santri kepada Orangtua Tabel 18
Pertanyaan Negatif
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 28 responden 56 menjawab saya tidak pernah membantah perintah orangtua, 15 responden 30 menjawab
kadang-kadang saya membantah perintah orangtua, 6 responden 12 menjawab saya jarang membantah perintah orangtua, 1 responden 2 menjawab saya
selalu membantah perintah orangtua, 0 responden menjawab saya sering membantah perintah orangtua. Dengan demikian dapat diambil penjelasan bahwa
santri yang tidak pernah membantah perintah orangtua lebih banyak, hal ini
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya membantah perintah orangtua
a. Selalu 1
2 b. Sering
- -
c. Jarang 6
12 d. Kadang-kadang
15 30
e. Tidak Pernah 28
56
Jumlah 50
100
53
dikarenakan pemahaman tentang akhlak seorang anak kepada orangtuanya yang harus selalu mematuhi perintah orangtua selama hal itu baik.
Tabel 19 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa, 15 responden 30 menjawab saya jarang mencium lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika orangtua
menjenguk ke pesantren, 14 responden 28 menjawab saya selalu mencium lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika orangtua menjenguk ke pesantren, 9
responden 18 menjawab saya kadang-kadang mencium lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika orangtua menjenguk ke pesantren, 8 responden 16
menjawab saya sering mencium lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika orangtua menjenguk ke pesantren, 4 responden 8 menjawab saya tidak pernah
mencium lutut dan kaki kedua orangtua saya ketika orangtua menjenguk ke pesantren. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang jarang
mencium lutut dan kaki kedua orangtua ketika orangtua menjenguk ke pesantren, hal ini dikarenakan masih adanya rasa malu untuk melakukan hal tersebut,
sekalipun hal tersebut baik dan merupakan salah satu bentuk penghormatan anak kepada orangtuanya.
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya mencium lutut dan kaki kedua
orangtua saya ketika orangtua menjenguk
ke pesantren a. Selalu
14 28
b. Sering 8
16 c. Jarang
15 30
d. Kadang-kadang 9
18 e. Tidak Pernah
4 8
Jumlah
50 100
54
Tabel 20 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, 42 responden 84 menjawab saya selalu menghormati kedua orangtua sebagaimana saya menghormati guru, 4
responden 8 menjawab saya sering menghormati kedua orangtua sebagaimana saya menghormati guru, 1 responden 2 menjawab saya jarang menghormati
kedua orangtua sebagaimana saya menghormati guru, 2 responden 4 menjawab saya kadang-kadang menghormati kedua orangtua sebagaimana saya
menghormati guru, 1 responden 2 menjawab saya tidak pernah menghormati kedua orangtua sebagaimana saya menghormati guru. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, santri yang selalu menghormati kedua orangtuanya sebagaimana saya menghormati guru, hal ini didasari pada rasa cinta seorang anak
kepada orangtuanya serta tidak adanya rasa membedakan antara guru dan orangtua, karena guru dan orangtua sama-sama orang yang selalu ada untuk
memberikan pendidikan.
Tabel 21 Pertanyaan Negatif
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya menghormati kedua orangtua
sebagaimana saya menghormati guru
a. Selalu 42
84 b. Sering
4 8
c. Jarang 1
1 d. Kadang-kadang
2 4
e. Tidak Pernah 1
2
Jumlah 50
100
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya melalaikan nasihat orangtua
a. Selalu 1
2 b. Sering
3 6
c. Jarang 4
8 d. Kadang-kadang
17 34
e. Tidak Pernah 25
50
Jumlah
50 100
55
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 25 responden 50 menjawab saya tidak pernah melalaikan nasihat orangtua, 17 responden 34
menjawab saya kadang-kadang melalaikan nasihat orangtua, 4 responden 8 menjawab saya jarang melalaikan nasihat orangtua, 3 responden 6 menjawab
saya sering melalaikan nasihat orangtua, 1 responden 2 menjawab saya selalu melalaikan nasihat orangtua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, santri
yang tidak pernah melalaikan nasihat orangtua lebih banyak hal ini didasari oleh rasa
ta‗dzim seorang anak untuk selalu memulyakan kedua orangtuanya.
Tabel 22 Pertanyaan Positif
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, 32 responden 64 menjawab ketika orangtua memerintah saya selalu langsung melaksanakannya, 12 responden
24 menjawab
ketika orangtua
memerintah saya
sering langsung
melaksanakannya, 3 responden 6 menjawab ketika orangtua memerintah saya jarang langsung melaksanakannya, 3 responden 6 menjawab ketika orangtua
memerintah saya kadang-kadang langsung melaksanakannya, dan 0 responden menjawab
ketika orangtua
memerintah saya
tidak pernah
langsung melaksanakannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang ketika
orangtua memerintah selalu langsung melaksanakannya lebih banyak, hal ini didasari oleh sikap santri yang tidak ingin membuat kecewa orangtuanya yang
menanti-nanti perintah dari orangtuanya.
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Ketika orangtua memerintah saya
langsung melaksanakannya
a. Selalu 32
64 b. Sering
12 24
c. Jarang 3
6 d. Kadang-kadang
3 6
e. Tidak Pernah -
-
Jumlah 50
100
56
Tabel 23 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 32 responden 64 menjawab saya selalu menghormati kerabat-kerabat orangtua sebagaimana saya
menghormati orangtua, 12 responden 24 menjawab saya sering menghormati kerabat-kerabat orangtua sebagaimana saya menghormati orangtua, 3 responden
6 menjawab saya jarang menghormati kerabat-kerabat orangtua sebagaimana saya menghormati orangtua, 3 responden 6 menjawab saya kadang-kadang
menghormati kerabat-kerabat orangtua sebagaimana saya menghormati orangtua, dan 0 responden menjawab saya tidak pernah menghormati kerabat-kerabat
orangtua sebagaimana saya menghormati orangtua. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa santri yang selalu menghormati kerabat-kerabat orangtua
sebagaimana saya menghormati orangtua lebih banyak, hal ini disebabkan oleh pemahaman santri tentang akhlak dan bersikap kepada kerabat-kerabat orangtua
sebagaimana yang dianjurkan dalam syari‗at islam.
Tabel 24 Pertanyaan Positif
Petanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Saya menghormati kerabat-kerabat
orangtua sebagaimana saya menghormati
orangtua a. Selalu
32 64
b. Sering 12
24 c. Jarang
3 6
d. Kadang-kadang 3
6 e. Tidak Pernah
- -
Jumlah
50 100
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Ketika berbicara dengan orangtua
saya merendahkan suara saya
a. Selalu 29
58 b. Sering
12 24
c. Jarang 3
6 d. Kadang-kadang
4 8
e. Tidak Pernah 2
4
Jumlah
50 100
57
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 29 responden 58 menjawab ketika berbicara dengan orangtua, saya selalu merendahkan suara saya,
12 responden 24 menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya sering merendahkan suara saya, 3 responden 6 menjawab ketika berbicara dengan
orangtua saya jarang merendahkan suara saya, 4 responden 8 menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya kadang-kadang merendahkan suara saya, 2
responden 4 menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya tidak pernah merendahkan suara saya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa santri yang
ketika berbicara dengan orangtua selalu merendahkan suaranya lebih banyak, hal ini dikarenakan para santri telah dapat memahami dengan baik bagaimana harus
bersikap ketika berhadapan dengan orangtua.
Tabel 25 Pertanyaan Positif
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, 31 responden 58 menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya selalu menggunakan bahasa
yang baik dan sopan, 12 responden 24 menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya sering menggunakan bahasa yang baik dan sopan, 3 responden
6 menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya jarang menggunakan bahasa yang baik dan sopan, 4 responden 8 menjawab ketika berbicara dengan
orangtua saya kadang-kadang menggunakan bahasa yang baik dan sopan, 0 responden menjawab ketika berbicara dengan orangtua saya tidak pernah
menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, santri yang ketika berbicara dengan orangtua selalu menggunakan bahasa
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Frekuensi Presentase
Ketika berbicara dengan orangtua saya
menggunakan bahasa yang baik dan sopan
a. Selalu 31
58 b. Sering
12 24
c. Jarang 3
6 d. Kadang-kadang
4 8
e. Tidak Pernah -
-
Jumlah 50
100
58
yang baik dan sopan lebih banyak, hal ini membuktikan bahwa para santri telah dapat memahami dengan baik akhlak dan cara bersikap kepada orangtua.
B. Pengujian Hipotesis Penerapan Budaya Keraton terhadap Akkhlak Santri Tabel 26
Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel X dan Variabel Y
No. Responden
X Y
X² Y²
XY
1 29
55 841
3025 1595
2 31
65 961
4225 2015
3 29
59 841
3481 1711
4 28
66 784
4356 1848
5 31
57 961
3249 1767
6 32
59 1024
3481 1888
7 33
54 1089
2916 1782
8 32
56 1024
3136 1792
9 33
57 1089
3249 1881
10 31
52 961
2704 1612
11 34
61 1156
3721 2074
12 29
58 841
3364 1682
13 34
64 1156
4096 2176
14 32
60 1024
3600 1920
15 36
65 1296
4225 2340
16 34
54 1156
2916 1836
17 25
44 625
1936 1100
18 21
39 441
1521 819
19 34
63 1156
3969 2142
20 24
52 576
2704 1248
59
21 37
68 1369
4624 2516
22 37
68 1369
4624 2516
23 30
64 900
4096 1920
24 38
64 1444
4096 2432
25 26
67 676
4489 1742
26 36
67 1296
4489 2412
27 30
66 900
4356 1980
28 34
58 1156
3364 1972
29 34
63 1156
3969 2142
30 19
59 361
3481 1121
31 25
64 625
4096 1600
32 38
70 1444
4900 2660
33 38
70 1444
4900 2660
34 39
69 1521
4761 2691
35 39
69 1521
4761 2691
36 38
69 1444
4761 2622
37 36
69 1296
4761 2484
38 31
67 961
4489 2077
39 36
68 1296
4624 2448
40 36
68 1296
4624 2448
41 30
63 900
3969 1890
42 37
62 1369
3844 2294
43 22
58 484
3364 1276
44 36
61 1296
3721 2196
45 37
63 1369
3969 2331
46 38
68 1444
4624 2584
47 31
65 961
4225 2015
48 35
61 1225
3721 2135
60
Setelah keseluruhan data dihitung maka dapat diketahui N = 50, ∑X = 1630,
∑Y = 3102, ∑X² = 54338, ∑Y² = 194556, ∑XY = 102107, maka dapat dicari indeks korelassinnya dengan menggunakan rumus product moment sebagai
berikut : ∑
∑ ∑ √
∑ ∑
∑ ∑
= 50 x 102107 – 1630 x 3102
√[50 x 54338 – 1630²][50 x 194556 – 3102²] = 5105350
– 5056260 √2716900 – 26569009727800 – 9622404
= 49090 √60.000 . 105396
= 49090 √6. 323. 760. 000
= 49090 79. 522, 07241
= 0, 61 Setelah melakukan
perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang didapatkan antara
hubungan penerapan budaya keraton dengan akhlak santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon, diperoleh angka
korelasi ―r‖ product moment sebesar 0, 61.
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Interpretasi dan Pemaknaan Hasil Angket Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi
―r” product moment melalui dua cara yaitu :
49 37
68 1369
4624 2516
50 38
66 1444
4356 2508
N= 50 ∑X = 2
1630 ∑Y = 2
3102 ∑X²
54338 ∑Y²
194556 ∑XY
102107