60
Setelah keseluruhan data dihitung maka dapat diketahui N = 50, ∑X = 1630,
∑Y = 3102, ∑X² = 54338, ∑Y² = 194556, ∑XY = 102107, maka dapat dicari indeks korelassinnya dengan menggunakan rumus product moment sebagai
berikut : ∑
∑ ∑ √
∑ ∑
∑ ∑
= 50 x 102107 – 1630 x 3102
√[50 x 54338 – 1630²][50 x 194556 – 3102²] = 5105350
– 5056260 √2716900 – 26569009727800 – 9622404
= 49090 √60.000 . 105396
= 49090 √6. 323. 760. 000
= 49090 79. 522, 07241
= 0, 61 Setelah melakukan
perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang didapatkan antara
hubungan penerapan budaya keraton dengan akhlak santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon, diperoleh angka
korelasi ―r‖ product moment sebesar 0, 61.
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Interpretasi dan Pemaknaan Hasil Angket Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi
―r” product moment melalui dua cara yaitu :
49 37
68 1369
4624 2516
50 38
66 1444
4356 2508
N= 50 ∑X = 2
1630 ∑Y = 2
3102 ∑X²
54338 ∑Y²
194556 ∑XY
102107
61
a. Interpretasi secara sederhana atau kasar Interpretasi terhadap rxy dan perhitungan di atas ternyata angka korelasi
antara variabel X dan Variabel Y bertanda positif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif korelasi yang berjalan searah.
Dengan memperhatikan besarnya rxy yaitu 0, 61, berarti antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang signifikan. Hal ini mengacu pada Angka
Indeks Korelasi ―r‖ Product Moment yaitu :
Tabel 27 Indeks Korelasi Product Moment
b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai ―r‖ product moment
Rumusan Hipotesa Alternatif Ha dan Hipotesa Nihil Ho, yang penulis ajukan adalah :
1 Hipotesis alternative Ha, yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan budaya keraton terhadap akhlak santri Pondok
Pesantren Nadwatul Ummmah Buntet Pesantren Cirebon. 2 Hipotesis Nol Ho, yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara
penerapan budaya keraton terhadap akhlak santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummmah Buntet Pesantren Cirebon.
Besarnya r Product
Moment rxy Interpretasi
0,00-0,20 Antara variable X dengan variable Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan di anggap tidak ada
korelasi antara variable X dengan variable Y 0,20 -0,40
Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang lemah atau sangant rendah
0,40 -0,70 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang
sedang atau cukup 0,70 -0,90
Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90 -1,00 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang
sangat tinggi
62
Adapun kriteria pengajuannya adalah : jika r hitung r tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r hitung r tabel maka Ha ditolak dan
Ho diterima. Kemudian penulis mencari derajat bebasnya df atau db dengan rumusnya adalah : Df = N
– nr = 50
– 2 = 48
Dengan memeriksa tabel ―r‖ roduct moment ternyata df sebesar 48 tidak
terdapat dalam tabel, maka angka yang digunakan adalah angka yang terdekat dari 48 yaitu 50, sehingga diperoleh r tabel pada taraf signifikasi 5 adalah 0, 27 dan
pada taraf signifikasi 1 adalah 0, 35. Dengan demikian hasil yang diperoleh adalah r hitung r tabel r hitung 0, 61 r tabel 5 = 0, 27 r hitung 0, 61 r
tabel 1 = 0, 35 yang artinya r hitung lebih besar 0, 61 dari r tabel 5 0, 27 dan r tabel 1 0, 35. Maka hasil akhir yang diperoleh adalah bahwa hubungan
antara penerapan budaya keraton dengan akhlak santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon merupakan korelasi yang positif
yakni terdapat hubungan yang signifikan.
2. Keterkaitan Pola Perilaku Adab Abdi Dalem di Keraton dengan Adab Santri di Pesantren
Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan, bahwa penerapan budaya keraton mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pembentukan akhlak
santri pondok Pesantren Nadwatul Ummah. Hal ini menggambarkan bahwa dengan adanya sistem penerapan budaya keraton sangat membantu proses
pendidikan di pesantren terutama pendidikan akhlak yang berperan dalam membentuk moral santri yang sesuai dengan
syari‗at Islam. Karena pada dasarnya sistem penerapan budaya keraton di pesantren
bertujuan memberikan pendidikan akhlak secara nyata sehingga para santri dapat memahami secara mendalam teori pendidikan yang telah dipelajari. Semisal
dengan teori pendidikan akhlak yang menjelaskan bahwa seorang murid haruslah mendapat ridlo dari seorang guru dan menghindari kemurkaannya serta harus
patuh kepada guru, hal ini tergambar dalam sistem sosial yang diberlakukan di pesantren bahwa setiap santri ketika berjalan di depan rumah guru tidak boleh