17
a Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.
b Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti
pelajarannya di pesantren mereka berangkat dari rumah dan kembali lagi kerumahnya tanpa menetap di pesantren.
5 Kiyai Kiyai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren. Ia sering
kali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi kiyainya.
Menurut asal-usulnya, perkataan kiyai dipakai untuk ketiga jensi gelar yang saling berbeda :
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat. 2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan kitab-
kitab Islam klasik kepada para santrinya.
24
d. Kategorisasi Pesantren
Menurut Zamakhsyari Dhofier tipe pesantren terbagi mennjadi 2 kelompok besar yaitu :
1. Tipe lama klasik, yang inti pendidikannya mengajarkan kitab-kitab Islam klasik.
Walaupun sistem
madrasah diterapkan,
tujuannya untuk
mempermudah sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama. Tipe ini tidak mengenaalkan pengajaran
pengetahuan umum. 2. Tipe baru modern yaitu mendirikan sekolah-sekolah umum dan
madrasah-madrassah yang
mayoritas mata
pelajaran yang
24
Dhofir, op. cit., h. 79-93
18
dikembangkannya bukan kitab-kitab Islam klasik. Sekalipun kitab-kitaab klasik tetap dipertahankan namun porsi pengajarannya tidak memadai.
25
Selain itu, Zamakhsyari Dhofier juga membagi 3 kelompok besar pesantren sesuai dengan jumlah banyak sedikitnya sntri yaitu :
1. Pesantren yang tergolong kecil biasanya mempunyai jumlah santri
dibawah 1.000 dan pengaruhnya tebatas pada tingkat kabupaten. 2.
Pesantren menengah biasanya memiliki santri antara 1.000 sampai
2.000, dan memiliki pengaruh dan menarik santri-santri dari beberapa kabupaten
3. Pesantren besar biasanya memiliki santri lebih dari 2.000 yang berasal
dari berbagai kabupaten dan provinsi.
26
e. Pola Pesantren
Yang dimaskud pola pesantren adalah sebuah bentuk dan sistem kepesantrenan yang djalankan oleh sebuah pesantren. Adapun pola-pola pesantren
adalah sebagai berikut : 1 Pola 1 terdiri dari Masjid dan rumah kiyai. Bentuk pesantren ini masih bersifat
sederhana, diamana kiyai menggunakan masjid sebagi sarana pendidikan. Santri yang datang ke pesantren pola ini biasanya hanya santri yang tinggal
disekitar pesantren dan metode pembelajaran yang diguakan adalah wetonan dan sorogan.
2 Pola 2, terdiri dari Masjid, rumah kiyai, dan pondok. Pola pesantren semacam ini telah memiliki pondok atau asrama yang disediakan bagi santri-santri yang
datang dari tempat yang jauh. Metode pembelajaran adalah wetonan dan sorogan.
3 Pola 3, terdiri dari masjid, rumah kiyai, pondok, dan madrasah. Pesantren yang telah memiliki madrasah seperti ini sudah mulai menggunakan sistem klasikal
dalam metode pembelajarannya. Dimana santri yang tinggal bisa sekolah dimadrasah, begitu juga santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren.
25
Dhofir, op. cit., h. 76
26
Dhofir, op. cit., h. 79
19
4 Pola 4, terdiri dari masjid, rumah kiyai, pondok, madrasah, tempat keterampilan. Pola semacam ini menunjukan kemajuan pesantren dalam
mengeembangkan metode
pembelajaran dengan
disediakannya tempat
keterampilan untuk mmembantu mengembangkan sikomotorik pada santri. 5 Pola 5, terdiri dari masjid, rumah kiyai, pondok, madrasah, tempat
keterampilan, universitas, gedung pertemuan, tempat olahraga, dan sekolah umum. Dalam pola ini pesantren sudah dapat digolongkan pesantren yang
mandiri dan modern karena keelengkapan sarana dan prasarananya demi membantu kemajuan santri dalam mengembangkan potensi dirinya.
27
4. Akhlak a. Pengertian
Kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosakata bahasa Arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata Khuluq yang berarti as-
sajiyyah perangai, at-tabi ‟ ah watak, al- „adah kebiasaan atau kelaziman, dan
ad-din keteraturan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Akhlak diartikan; budi pekerti dan kelakuan.
28
Jadi menurut kebahasaan kata akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia secara universal, perangai, watak, kebiasaan, dan keteraturan. Menurut Ibnu
Manzur, akhlak pada hakikatnya adalah dimensi esetoris manusia yang berkenaan dengan jiwa, sifat, dan karakteristiknya secara khusus, yang hasanah baik
maupun yang qabihah buruk.
29
Dalam kitab Al-Ta ‟ rifat akhlak jamak dari kata khuluq diartikan sebagai
tingkah laku manusia yang dilakukan atau dikerjakan secara spontan tanpa ada usaha untuk berfikir maupun perencanaan terlebih dulu. Apabila perbuatan itu
memunculkan perbuatan buruk maka hal tersebut dinamakan dengan akhlak yang
27
Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007 h. 66
28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008 h. 27
29
Perpustakaan Nasional RI, Etika Berkeluarga Bermasyarakat dan Berpolitik, Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‗an, 2009 h. 1-2