Strategi Ex-Post .1 Strategi Ex-Post dalam Menghadapi Usahatani Kol

sebanyak 11orang atau 22 petani meminjam kepada kredit formal seperti BPR dan CU yang ada disekitar desa mereka dan sebanyak 8orang atau 16 petani meminjam kepada kelompok tani. 5.2.3 Strategi Ex-Post 5.2.3.1 Strategi Ex-Post dalam Menghadapi Usahatani Kol Strategi expostmerupakan strategi yang dilakukan petani setelah terjadinya resiko, strategi ini bertujuan untuk meminimalkan dampak berikutnya. Strategi ini bergantung pada status usahatani bersangkutan dalam kaitannya dengan sumber pendapatan. Sebagian petani kol menggantungkan pendapatannya pada usahatani kol ini. Petani masih memiliki pendapatan dari usahatani lain dan dapat meminjam uang dari saudaratetangganya jika mereka mengalami kegagalan, dan mereka akan menyesuaikan modal yang ada dengan luas lahan untuk musim tanam selanjutnya. Dan tetap mengusahakan kol walau terjadi kegagalan, karena tanaman kol merupakan sumber utama pendapatan mereka. Dapat dilihat pada Tabel 20 sebanyak 32 petani atau 64 petani menyatakan bahwa sebagian besar sumber penghidupan keluarga bergantung pada usahatani kol. Sebanyak 18 petani 36 menutupi kekurangan dalam menghidupi keluarganya dari pendapatan usahatani lainnya. Sebanyak 18 orang petani 36 menutupi dengan cara meminjam dari saudara atau kerabat mereka. Sisanya sebanyak 6 orang petani mengambil tabungan mereka, 5 petani lainnya mencari pekerjaan tambahan dengan menjadi tenaga kerja di lahan usaha orang lain, dan 3 petani menjual atau menggadaikan asset yang dimiliki. Dan jika usahatani mengalami kerugian, petani tetap akan menanam dengan cara luas pertanaman pada musim tanam selanjutnya disesuikan dengan modal, merupakan cara yang dilakukan sebanyak 20 petani 40. 19 petani 38 meminjam uang untuk menambah modal, 8 petani 16 mengambil dari tabungan dan 3 petani 6 mengusahakan tanaman yang beresiko kecil. Apabila tanaman dianggap gagal bukan berarti petani berhenti menanam kol, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah petani yaitu sebanyak 41 petani 82 tetap menanam kol dan mencari penyebab kegagalan. Sebanyak 5 petani 10 hanya akan menanam kol pada saat musim yang diperkirakan harga baik, dan 4 petani lagi hanya akan menanam disaat musim tanam yang dianggap aman. Tabel 20. Strategi Manajemen Ex-Post pada Usahatani Kol No Uraian Frekuens i Petani Persentas e 1. Status usahatani dalam menghidupi keluarga a. Sepenuhnya bergantung pada usahatani kol 12 24 b. Sebagian besar bergantung pada usahatani kol 32 64 c. Sebagian kecil bergantung pada usahatani kol 6 12 Jumlah 50 100 2. Jika usahatani mengalami kegagalan, usaha untuk menutupi kegagaland dalam menghidupi keluarga a. Pendapatan dari usahatani lain 18 36 b. Mengambil dari tabungan 6 12 c. Meminjam dari petanitetanggakerabat 18 36 d. Mencari pekerjaan tambahan 5 10 e. Menjual sebagian asset yang dimiliki 3 6 Jumlah 50 100 3. Jika mengalami kerugian, tindakan atau sumber modal mana yang dipilih untuk pertanaman selanjutnya a. Luas pertanaman pada musim tanam berikutnya disesuaikan dengan modal yang tersedia 20 40 b. Menambah modal dengan mengambil dari tabungan 8 16 c. Menambah modal dengan meminjam uang 19 38 d. Mengusahakan tanaman yang beresiko kecil 3 6 Jumlah 50 100 4. Tindakan yang dilakukan jika pertanaman dianggap gagal a. Hanya akan menanam pada waktu atau musim tanam yang dianggap aman 4 8 b. Hanya akan menanam pada waktu atau musim tanam yang diperkirakan harga baik 5 10 c. Tetap akan menanam lagi dan mencari penyebab kegagalan 41 82 Jumlah 50 100 5.2.3.2 Strategi Ex-post dalam Menghadapi Resiko Usahatani Sawi Putih Strategi pengendalian ex-post adalah perilaku petani setelah terjadinya resiko, respon setelah goncangan diarahkan untuk meminimalkan dampak berikutnya, dan bergantung pada status usahatani bersangkutan dalam kaitannya dengan sumber pendapatan. Sebagian petani sawi putih menggantungkan pendapatannya pada usahatani sawi putih ini. Petani masih memiliki pendapatan dari usahatani lain dan dapat meminjam uang dari saudaratetangganya jika mereka menglami kegagalan, dan mereka akan menyesuaikan modal yang ada dengan luas lahan untuk musim tanam selanjutnya. Dan tetap mengusahakan sawi putih walau terjadi kegagalan, karena tanaman sawi putih merupakan sumber utama pendapatan mereka. Pada Tabel 21 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 28 petani atau 56 petani menyatakan bahwa sebagian besar sumber penghidupan keluarga bergantung pada usahatani sawi putih. Strategi manajemen resiko ex-post untuk menutupi kekurangan dalam menghidupi keluarga antara lain sebanyak 19 petani 38 pendapatan dari usahatani lainnya. Sebanyak 15 orang petani 30 menutupi dengan cara meminjam dari saudara atau kerabat mereka. Sisanya sebanyak 7 orang petani mengambil tabungan mereka, 5 petani lainnya mencari pekerjaan tambahan, dan 4 petani menjual atau menggadaikan asset. Dan jika usahatani mengalami kerugian, petani tetap akan menanam dengan cara luas pertanaman pada musim tanam selanjutnya disesuikan dengan modal, merupakan cara yang dilakukan sebanyak 21 petani 42. 14 petani 28 meminjam uang untuk menambah modal, 8 petani 16 mengambil dari tabungan dan 7 petani 14 mengusahakan tanaman yang beresiko kecil. Apabila tanaman dianggap gagal bukan berarti petani berhenti menanam sawi putih, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah petani yaitu sebanyak 41 petani 82 tetap menanam sawi putih dan mencari penyebab kegagalan. Sebanyak 6 petani 12 hanya akan menanam sawi putih pada saat musim yang tanam yang dianggap aman dan 3 petani lainnya memilih untuk tidak menanam sawi putih lagi karena takut kegagalan berulang. Tabel 21. Strategi Manajemen Ex-Post pada Usahatani Sawi Putih No. Uraian Frekuensi Petani Persentas e 1. Status usahatani dalam menghidupi keluarga a. Sepenuhnya bergantung pada usahatani sawi putih 17 34 b. Sebagian besar bergantung pada usahatani sawi putih 28 56 c. Sebagian kecil bergantung pada usahatani sawi putih 5 10 Jumlah 50 100 2. Jika usahatani mengalami kegagalan, usaha untuk menutupi kegagaland dalam menghidupi keluarga a. Pendapatan dari usahatani lain 19 38 b. Mengambil dari tabungan 7 14 c. Meminjam dari petanitetanggakerabat 15 30 d. Mencari pekerjaan tambahan 5 10 e. Menjual sebagian asset yang dimiliki 4 8 Jumlah 50 100 3. Jika mengalami kerugian, tindakan atau sumber modal mana yang dipilih untuk pertanaman selanjutnya a. Luas pertanaman pada musim tanam berikutnya disesuaikan dengan modal yang tersedia 21 42 b. Menambah modal dengan mengambil dari tabungan 8 16 c. Menambah modal dengan meminjam uang 14 28 d. Mengusahakan tanaman yang beresiko kecil 7 14 Jumlah 50 100 4. Tindakan yang dilakukan jika pertanaman dianggap gagal a. Hanya akan menanam pada waktu atau musim tanam yang dianggap aman 6 12 b. Hanya akan menanam pada waktu atau musim tanam yang diperkirakan harga baik - - c. Tetap akan menanam lagi dan mencari penyebab kegagalan 41 82 d. Tidak menanam lagi karena takut kegagalan 3 6 terulang Jumlah 50 100 5.2.3.3 Strategi Ex-Post dalam Menghadapi Resiko Usahatani Wortel Strategi expostmerupakan strategi yang dilakukan petani setelah terjadinya resiko, diarahkan untuk meminimalkan dampak berikutnya. Strategi ini bergantung pada status usahatani dalam kaitannya dengan sumber pendapatan. Sebagian petani wortel menggantungkan pendapatannya pada usahatani wortel ini. Petani masih memilih untuk meminjam uang dari saudaratetangganya dan juga memiliki pendapatan dari usahatani jika mereka mengalami kegagalan, dan mereka akan menyesuaikan modal yang ada dengan luas lahan untuk musim tanam selanjutnya ada juga yang mengambil uang tabungan serta meminjam kepada saudara. Dan tetap mengusahakan wortel walau terjadi kegagalan, karena tanaman kol merupakan sumber utama pendapatan mereka. Pada Tabel 22 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 35 petani atau 70 petani menyatakan bahwa sebagian besar sumber penghidupan keluarga bergantung pada usahatani wortel. Untuk menutupi kekurangan dalam menghidupi keluarga antara lain sebanyak 23 orang petani 46 menutupi dengan cara meminjam dari saudara atau kerabat mereka. Sebanyak 13 petani 26 pendapatan dari usahatani lainnya. Sisanya sebanyak 6 orang petani mengambil tabungan mereka, 2 petani lainnya mencari pekerjaan tambahan, dan 4 petani menjual atau menggadaikan asset yang dimiliki, dan 2 petani lagi menambahkan jumlah produksi wortel yang dimiliki. Dan jika usahatani mengalami kerugian, petani tetap akan menanam dengan cara luas pertanaman pada musim tanam selanjutnya disesuikan dengan modal, merupakan cara yang dilakukan sebanyak 19 petani 38. 17 petani 34 meminjam uang untuk menambah modal, 10 petani 20 mengambil dari tabungan dan 4 petani 8 mengusahakan tanaman yang beresiko kecil. Apabila tanaman dianggap gagal bukan berarti petani berhenti menanam wortel, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah petani yaitu sebanyak 45 petani 90 tetap menanam wortel dan mencari penyebab kegagalan. Sebanyak 3 petani 6 hanya akan menanam wortel pada saat musim yang diperkirakan harga baik dan 2 petani 4 lainnya memilih untuk tidak menanam wortel lagi karena takut kegagalan berulang. Tabel 22. Strategi Manajemen Ex-Post pada Usahatani Wortel No. Uraian Frekuens i Petani Persentas e 1. Status usahatani dalam menghidupi keluarga a. Sepenuhnya bergantung pada usahatani wortel 13 26 b. Sebagian besar bergantung pada usahatani wortel 35 70 c. Sebagian kecil bergantung pada usahatani wortel 2 4 Jumlah 50 100 2. Jika usahatani mengalami kegagalan, usaha untuk menutupi kegagaland dalam menghidupi keluarga a. Pendapatan dari usahatani lain 13 26 b. Mengambil dari tabungan 6 12 c. Meminjam dari petanitetanggakerabat 23 46 d. Mencari pekerjaan tambahan 2 4 e. Menjual sebagian asset yang dimiliki 4 8 f. Menambah jumlah produksi 2 4 Jumlah 50 100 3. Jika mengalami kerugian, tindakan atau sumber modal mana yang dipilih untuk pertanaman selanjutnya a. Luas pertanaman pada musim tanam berikutnya disesuaikan dengan modal yang tersedia 19 38 b. Menambah modal dengan mengambil dari tabungan 10 20 c. Menambah modal dengan meminjam uang 17 34 d. Mengusahakan tanaman yang beresiko kecil 4 8 Jumlah 50 100 4. Tindakan yang dilakukan jika pertanaman dianggap gagal a. Hanya akan menanam pada waktu atau musim tanam yang dianggap aman - - b. Hanya akan menanam pada waktu atau musim tanam yang diperkirakan harga baik 3 6 c. Tetap akan menanam lagi dan mencari penyebab kegagalan 45 90 d. Tidak menanam lagi karena takut kegagalan terulang 2 4 Jumlah 50 100 5.3 Rekomendasi Kebijakan dalam Perancangan Teknologi dan Pengembangan Kelembagaan Petani kol,sawi putih, dan wortel di desa Gurusinga memerlukan kelompok tani yang aktif dan bersih, tidak seperti pada saat ini dimana menurut para petani yang diteliti kelompok tani yang ada tidak aktif, selain itu terdapat penyelewengan subsidi pupuk yang dilakukan oleh oknum – oknum anggota kelompok tani. Keberadaan kelompok tani yang aktif dan bersih merupakan salah satu upaya dalam menanggulangi resiko kelembagaan yang ada. Keberadaan pupuk palsu beredar di tengah – tengah para petani menurut sebagian kecil petani yang diteliti,meskipun begitu tetap diperlukan peningkatan pengawasan oleh lembaga terkait agar pupuk palsu tersebut tidak beredar kembali di tengah – tengah petani. Rekomendasi teknologi pertanian untuk petani kol, sawi putih, wortel di desa Gurusinga adalah intensifikasi lahan pertanian. Intensifikasi bertujuan untuk mengoptimalkan lahan yang sudah ada dengan cara penggunaan pupuk dan pestisidayang tepat guna,tepat waktu, dan tepat dosis. Pengadaan bak penampung air hujan karena sebagian petani masih mengharapkan pengairan dari air hujan tetapi tidak memiliki bak penampung tersebut. Pengaadaan cool storagedengan tujuan untuk tempat penyimpanan hasil produksi pertanian pada saat harga rendah, jadi hasil pertanian tersebut disimpan dan tidak dijual dengan harga rendah atau dibuang di pinggir jalan. 75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Usahatani kol, sawi putih dan wortel relative rentan terhadap resiko harga. Persepsi petani terhadap kegagalan usahatani mencakup pada harga yang diterima relatif rendah dan jatuhnya harga komoditas tersebut dipasaran. 2. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi resiko yang dihadapi oleh petani dapat dilakukan dengan mengadakan program intesifikasi usahatani dan memperkuat kelembagaan pada kelompok tani sesuai dengan yang diharapkan oleh petani 3. Keputusan petani untuk mengikuti pola tanam dominan Kentang-kol- wortel; Tomat-sawi putih-brokoli; Hanya menanam wortel merupakan pencerminan strategi manajemen resiko ex-ante yang dilakukan sesuai dengan persepsinya. 4. Terdapat strategi interactive dapat dilihat dari penggunaan pestisida yang digunakan, yaitu sebagian besar cenderung menggunakan pestisida kimiawi 46 pada tanaman kol, 36 pada tanaman sawi putih, dan 58 pada tanaman wortel. Dan sebagian besar petani-petani tersebut melakukan pengoplosan terhadap pestisida yang mereka gunakan dalam pengendalian hama.] 5. Strategi manajemen ex-post, berkaitan jika terjadi kegagalan pada usahatani kol, sawi putih, dan wortel sampai pada batas tertentu yang dianggap mengganggu sumber pendapatan dalam memenuhi kebutuhan, beberapa langkah yang dilakukan oleh petani kol, sawi putih dan wortel antara lain dengan menutupi dari pendapatan usahatani lainnya, danjika mengalami kerugian sumber modal dengan meminjam uang kepada saudara atau kerabat. 6.2 Saran 6.2.1 Saran Kepada Pemerintah Kepada pemerintah diharapkan dapat mampu melengkapi fasilitas yang diperlukan oleh petani dalam mengusahakan tanaman kol, sawi putih, dan wortel seperti koperasi tani utuk memudahkan petani dalam menyediakan saprodi guna menunjang usahatani mereka. Selain itu diperlukan adanya pelatihan organisasi dengan kelompok tani agar menjadi kelompok tani yang aktif, bersih dan professional.

6.2.2 Saran Kepada Petani

Kepada para petani diharapkan dapat membangun kembali gapoktan yang telah ada agar kembali aktif dan lebih selektif dalam memilih anggota kepengurusan kelompok tani.

6.2.3 Saran Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan pembahasan yang lebih luas dengan variabel yang belum dimasukan kedalam penelitian