Strategi Ex-ante .1 Strategi Ex-antedalam Menghadapi Resiko Usahatani Kol
menyebabkan para petani sulit mendapatkan pupuk subsidi. Padahal pada kenyataannya kelompok tani dibutuhkan oleh para petani sebagai wadah
berkumpul, tempat belajar, dan saling membantu untuk pemanfaatan sumber daya. Untuk menghadapi resiko yang ada, diperlukan strategi yang dilakukan segera
untuk mengurangi adanya resiko pada komoditas kol, sawi putih dan wortel.Strategi yang dilakukan dalam mengendalikan kemungkinan terjadinya
resiko dibagi menjadi tiga, yaitu: 1
Strategi ex-ante yaitu strategi sebelum terjadi goncanganresiko 2
Strategi interactive yaitu strategi pada saat terjadi goncanganresiko 3
Strategi ex-post yaitu strategi setelah terjadinya goncanganresiko Strategi yang pertama dirancang untuk mempersiapkan usahatani agar tidak
berada pada posisi yang terlalu rawan pada saat goncangan terjadi. Strategi pada saat terjadi goncangan melibatkan realokasi sumberdaya agar dampak resiko
terhadap produksi dapat diminimalkan. Sedangkan pada setelah goncangan diarahkan untuk meminimalkan dampak berikutnya.
5.2.1 Strategi Ex-ante 5.2.1.1 Strategi Ex-antedalam Menghadapi Resiko Usahatani Kol
Strategi ex-antemerupakan resiko sebelu terjadi goncangan,dirancang untuk mempersiapkan usahatani agar tidak berada pada posisi yang terlalu rawan pada
saat goncangan terjadi. Pada usahatani kol, petani kebanyakan menggunakan pola tanam kentag- kol- wortel, dan yang hanya menanam wortel. Pola tanam ini
dilakukan petani karena dianggap dapat mengurangi hama dan untuk mengejar pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani memperoleh bibit
dengan membeli bibit di tempat pembibitan yang ada disekitar desa dengan harga
Rp 100bibit. Varietas yang digunakan juga varietas tunggal yang digunakan pada semua lahan, dengan lokasi pertanaman ditanam disatu lokas dan ada juga yang
menanam di beberapa lokasi pertanaman. Tabel 14 berikut menunjukkan bahwa pola tanam yang dominan adalah kentang-kol-wortel dengan 17 orang petani atau
34, pola tanam ini dilakukan karena petani menganggap dapat mengurangi hama yang mengganggu tanaman. Bibit yang digunakan para petani sebagian besar
diperoleh dengan membeli dari tokosaprodi yang berada disekitar desa. Lokasi pertanaman yang digunakan oleh petani sebagian besar hanya ditanam pada satu
lokasi saja.
Tabel.14 Strategi Manajemen Ex-ante pada Usahatani Kol No. Uraian
Frekuensi Petani
Persentas e
1. Pola tanam dominan setahun
a. Daun Bawang-kol-brokoli
11 22
b. Kentang-kol-wortel
17 34
c. Tomat-kol-sawi
10 20
d. Hanya menanam kol
12 24
Jumlah 50
100
2. Alasan mengikuti pola tanam
a. Untuk mengurangi hama
26 52
b. Agar tanahnya tidak rusak
9 18
c. Karena tanahnya cocok
12 24
d. Untuk mengejar pendapatan
3 6
Jumlah 50
100
3. Varietas yang digunakan
a. Varietas tunggal pada semua lahan yang
diusahakan 47
94 b.
Lebih dari satu varietas pada lahan yang sama 1
2 c.
Lebih dari satu varietas pada lahan yang berbeda
2 4
Jumlah 50
100
4. Sumber bibit yang digunakan
a. Hasil produksi sendiri
12 24
b. Membeli dari toko saprodi
38 76
Jumlah 50
100
5. Banyaknya lokasi pertanaman
a. Hanya ditanam di satu lokasi
35 70
b. Ditanam dibeberapa lokasi
15 30
Jumlah 50
100 5.2.1.2 Strategi Ex-ante dalam Menghadapi Resiko Usahatani Sawi Putih
Strategi ex-antemerupakan respon petani sebelum terjadinya resiko. Petani sawi putih kebanyakan menggunakan pola tanam tomat- sawi putih- brokoli, kolbunga-
sawi putih- tomat. Pola tanam ini dipilih petani karena dianggap dapat mengurangi jumlah hama dan jika tidak dilakukan rotasi tanaman akan dapat
mengurangi tingkat kesuburan tanah. Petani membeli bibit di tempat pembibitan untuk mendapatkan bibit tanamannya dengan harga Rp 90bibit dan menggunakan
varietas yang sama pada setiap lahannya. Dengan lokasi penanaman hanya pada satu lokasi tetapi ada juga yang menanam di beberapa lokasi penanaman.
Tabel 15 menunjukkan bahwa pola tanam yang dominan adalah tomat-sawi putih- brokoli dengan 18 orang petani atau 36 pola tanam ini dilakukan karena petani
menganggap dengan mengganti-ganti jenis tanaman pada lahan tersebut dapat mengurangi hama yang mengganggu tanaman mereka.Bibit yang digunakan para
petani diperoleh dengan membeli dari toko-toko saprodi yang berada disekitar desa. Lokasi pertanaman yang digunakan sebanyak 37 petani atau 74 petani
melakukan usaha taninya dengan hanya ditanam pada satu lokasi saja.
Tabel.15 Strategi Manajemen Ex-ante pada Usahatani Sawi Putih No. Uraian
Frekuensi Petani
Persentase
1. Pola tanam dominan setahun
a. Kol Bunga-sawi putih-tomat
14 28
b. Kentang-sawi putih-wortel
12 24
c. Selada-sawi putih- kentang
6 12
d. Tomat-sawi putih-brokoli
18 36
Jumlah 50
100
2. Alasan mengikuti pola tanam
a. Untuk mengurangi hama
30 60
b. Agar tanahnya tidak rusak
11 22
c. Karena tanahnya cocok
3 6
d. Untuk mengejar pendapatan
6 12
Jumlah 50
100
3. Varietas yang digunakan
a. Varietas tunggal pada semua lahan yang
diusahakan 50
100 b.
Lebih dari satu varietas pada lahan yang sama
- -
c. Lebih dari satu varietas pada lahan yang
berbeda -
-
Jumlah 50
100
4. Sumber bibit yang digunakan
a. Hasil produksi sendiri
10 20
b. Membeli dari toko saprodi
40 80
Jumlah 50
100
5. Banyaknya lokasi pertanaman
a. Hanya ditanam di satu lokasi
37 74
b. Ditanam dibeberapa lokasi
13 26
Jumlah 50
100
5.2.1.3Strategi Ex-ante dalam Menghadapi Resiko Usahatani Wortel
Strategi ex-ante merupakan strategi yang dilakukan sebelum terjadinya goncangan, strategi ini bertujuan untuk mempersiapkan usahatani agar tidak
berada pada posisi yang terlalu rawan pada saat goncangan terjadi. Petani wortel yang menggunakan pola tanam hanya menanam wortel karena wortel merupakan
tanaman yang biayanya dianggap cukup murah dan harga yang ada di pasar juga tidak terlalu rendah berada pada harga Rp 1000 – Rp 2000 sehingga pendapatan
para petani masih dapat dibilang stabil, juga tanaman wortel ini tidak terlalu banyak hama dan penyakit yang menjangkitinya. Pola tanam lainnya yang
digunakan petani yaitu kentang- wortel- tomat, brokoli- wortel- kentang, dan kol bunga- wortel- selada dianggap petani dapat mengurangihama pengganggu
tanaman dan juga dilakukannya rotasi tanaman agar tingkat kesuburan tanah tidakberkurang. Benih yang digunakan oleh petani dibeli seharga Rp 80.000mug.
Varieas yang digunakan adalah varietas yang sama pada semua lahan, dengan
lokasi pertanamannya di satu lokasi dan juga ada yang berada di beberapa lokasi penanaman. Pada Tabel 16 berikut menunjukkan bahwa pola tanam yang dominan
adalah hanya menanam wortel dengan 16 orang petani atau 32 pola tanam ini dilakukan karena petani menganggap tanah yang digunakan dianggap cocok untuk
ditanam wortel secara terus menerus dan ada juga petani yang kekurangan modal sehingga tidak mengganti tanamannya.Bibit yang digunakan oleh sebagian besar
petani dengan jumlah 40 orang atau 80 petani diperoleh dengan membeli dari toko-toko saprodi yang berada disekitar desa karena banyak petani yang
menganggap kualitas bibit yang dibeli dari kios lebih baik dibandingkan dengan membuat sendiri. Lokasi pertanaman yang digunakan oleh petani sebagian besar
hanya ditanam pada satu lokasi saja.
Tabel.16 Strategi Manajemen Ex-ante pada Usahatani Wortel No.
Uraian Frekuensi
Petani Persentase
1. Pola tanam dominan setahun
a. Brokoli-wortel-kentang
7 14
b. Kol bunga-wortel-selada
13 26
c. Kentang-wortel-tomat
14 28
d. Hanya menanam wortel
16 32
Jumlah 50
100
2. Alasan mengikuti pola tanam
a. Untuk mengurangi hama
23 46
b. Agar tanahnya tidak rusak
7 14
c. Karena tanahnya cocok
11 22
d. Untuk mengejar pendapatan
3 6
e. Kekurangan modal
6 12
Jumlah 50
100
3. Varietas yang digunakan
a. Varietas tunggal pada semua
lahan yang diusahakan 48
96 b.
Lebih dari satu varietas pada lahan yang sama
2 4
c. Lebih dari satu varietas pada
lahan yang berbeda -
-
Jumlah 50
100
4. Sumber bibit yang digunakan
a. Hasil produksi sendiri
10 20
b. Membeli dari toko saprodi
40 80
Jumlah 50
100
5. Banyaknya lokasi pertanaman
a. Hanya ditanam di satu lokasi
32 64
b. Ditanam dibeberapa lokasi
18 36
Jumlah 50
100
5.2.2 Strategi Interactive 5.2.2.1 Strategi Interactive dalam Menghadapi Usahatani Kol