5.2.2.3 Strategi Interactive dalam Menghadapi Resiko Usahatani Wortel
Strategi interactive
merupakan respon petani pada saat terjadinya
resikogoncangan, respon ini melibatkan realokasi sumber daya agar dampak resiko terhadap produksi dapat diminimalkan. Petani wortel menanam wortel
tanpa mempertimbangkan musim, hal ini dapat dilihat bahwa petani cenderung menyisip tanaman apabila ada lahan yang masih kosong dengan komoditi yang
mereka inginkan, dan jika wortel yang mereka tanamternyata mati mereka melakukan penyulaman, yaitu menanam kembali bagian - bagian yang kosong
bekas dari tanaman yang mati, penyulaman ini bertujuan untuk memenuhi jumlah tanaman normal pada satu satuan luas sesuai dengan jarak tanamnya. Jarak
bedengan yang biasa digunakan petani adalah 20x20 cm dengan menggunakan benih sebanyak 10-15 mugha dengan hasil produksi 20 ton ha. Pupuk yang
digunakan petani antara lain pupuk organik, Urea, Natrium Phospat. Pestisida yang digunakan para petni untu tindakan pencegahan, pestisida digunakan sejak
dilakukan penanaman dengan menggunakan pestisida kimiawi dan organik. Tetapi ada juga petani yang tidak menggunakan pestisida, mereka menganggap wortel
jarang dijangkiti hama penyakit sehingga mereka menganggap tidak begitu penting menggunakan pestisida. Banyak petani yang melakukan pengoplosan
pestisida tindakan ini dianggap petani dapat menghemat waktu dan tenaga, karena jika penyemprotan pestisida dilakukan secara satu per satu mereka memerlukan
tenaga kerja yang lebih banyak. Tenaga kerja di Desa Gurusinga selalu tersedia setiap waktu dengan biaya Rp 60.000 – Rp 70.000 hari sehingga petani tidak
bersusah payah mencari tenaga kerja jika sedang diperlukan. Jika petani kekurangan modal, mereka meminjam uang dari saudara ataupun tetangga
mereka. Strategi interactive yang dilakukan petani wortel dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Strategi Manajemen Interactive pada Usahatani Wortel No. Uraian
Frekuensi Petani
Persentase
1. Waktu penanaman wortel
a. Akhir musim kemarau agar
kebutuhan air dapat terjamin 8
16 b.
Pertengahan musim kemarau pada saat 1air masih tersedia
7 14
c. Pertengahan musim hujan dengan
pertimbngan bersifat non-teknis 12
24 d.
Tidak mempertimbangkan musim 23
46
Jumlah 50
100
2. Bila sebagian tanaman dilapangan ternyata
mati, maka: a.
Dilakukan penyulaman 47
94 b.
Tidak dilakukan penyulaman 3
6
Jumlah 50
100
3. Jarak antar bedengan yang digunakan
a. 30 cm
9 18
b. 20 cm
31 62
c. 10 cm
10 20
Jumlah 50
100
4. Jenis pupuk yang digunakan
a. Pupuk tunggal dan majemuk
3 6
b. Pupuk tunggal dan organic
6 12
c. Pupuk majemuk dan organic
17 34
d. Pupuk tunggal, majemuk dan organik
23 46
e. Pupuk organik saja
1 2
Jumlah 50
100
5. Metode pengendalian hama penyakit yang
dilakukan a.
Sebagai tindakan pencegahan 29
58 b.
Sebagai tindakan pembasmian 10
20 c.
Sebagai tindakan pencegahan sekaligus pembasmian
5 10
d. Tidak menggunakan pestisida
6 12
Jumlah 50
100
6. Kecenderungan petani dalam pengendalian
OPT yang dilakukan a.
Cenderung menggunakan pestisida kimiawi
20 40
b. Cenderung menggunakan pestisida
nabatiPHT 6
12
c. Cenderung menggunakan pestisida
kimiawi dan nabati 18
36 d.
Tidak menggunakan pestisida 6
12
Jumlah 50
100 Lanjutan Tabel 19.
7. Pengoplosan pestisida dalam pengendalian
OPT a.
Sebagai tindakan pencegahan 22
44 b.
Sebagai tindakan pembasmian 10
20 c.
Sebagai tindakan pencegahan dan pembasmian
6 12
d. Tidak mengoplos pestisida
12 24
Jumlah 50
100
8. Alasan melakuan pengoplosan pestisida
a. Menghemat biaya
10 26,3
b. Menghemat waktu dan tenaga
13 34,2
c. Lebih lengkap kandungannya
15 39,5
Jumlah 38
100
9. Tindakan yang dilakukan saat mengalami
kelangkaan TK Upahan a.
Memanfaatkan TK keluarga semaksimal mungkin
18 36
b. Memanfaatkan TK yang ada secara
bergantian 32
64 c.
Mencari TK upahan dari luar desa -
-
Jumlah 50
100
10. Tindakan yang dilakukan jika mengalami kekurangan atau kesulitan modal
a. Meminjam dari sumber kredit formal
11 22
b. Meminjam dari sumber kredit
informal -
- c.
Meminjam dari kelompok tani gapoktan koperas tani
8 16
d. Meminjam dari saudaratetangga
kerabat 31
62
Jumlah 50
100
Dapat dilihat dari Tabel 19 bahwa 23 orang atau 46 petani yang mengusahakan tanaman wortel tidak mempertimbangkan musim kemarau maupun musim
penghujan. Hal ini dilakukan karena petani tidak mau membiarkan lahan yang mereka miliki kosong sehingga harus terus ditanami baik mengganti tanaman
maupun tetap menanam wortel pada lahan mereka. Dan jika tanaman wortel yang mereka tanami tersebut mati, maka 47 petani wortel tersebut memilih untuk
melakukan penyulaman terhadap tanaman mereka. Tanaman wortel ditanam tanpa memperkirakan jarak tanam karena wortel ditanam dengan ditabur, wortel ditabur
pada bedengan-bedengan yang dibuat oleh para petani. Sebanyak 31 orang atau 62 petani membuat jarak antar bedengan 20 cm, 10 orang atau 20 petani
membuat jarak antar bedengan 10 cm, dan sisanya 9 orang atau 18 petani membuat jarak antar bedengan 30 cm.Sebagian besar petani menggunakan pupuk
tunggal, majemuk dan organik. Sebagian petani yang menjadi responden kurang mengetahui unsur yang terdapat dalam pupuk tersebut tetapi hanya mengetahui
merk dagang yang mereka gunakan. Pada umumnya, 29petani wortel atau 58 petanimenggunakan pestisida sebagai tindakan pencegahan karena mereka
menggunaka pestisida dari awal musim tanam baik ditemukannya hama maupun tidak menemukan hama, sebanyak 5 petani atau 10 petani menggunakan
pestisida sebagai tindakan pencegahan sekaligus tindakan pembasmian, dan sisanya 10 orang petani atau 20 petani menggunakan pestisida sebagai tindakan
pembasmian dan 6 orang petani tidak menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan sebagian besar petani adalah pestisida kimiawi sebanyak 20 petani
atau 40 petani. Dan dari petani petani yang menggunakan pestisida ini, mereka melakukan pengoplosan dengan tujuan tindakan pencegahan menjadi lebih efektif
danlebih menghemat waktu dan tenaga petani.Tenaga kerja yang ada digunakan secara bergantian merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh 32 orang atau
64 petani apabila mereka kekurangan tenaga kerja. Sisanya yaitu 18 orang atau 36 petani meggunakan tenaga kerja keluarga. Sementara itu, apabila petani
mengalami kekurangan modal, maka sebanyak 31 orang atau 62 petani mengambil langkah dengan meminjam dari saudara atau kerabat mereka,
sebanyak 11orang atau 22 petani meminjam kepada kredit formal seperti BPR dan CU yang ada disekitar desa mereka dan sebanyak 8orang atau 16 petani
meminjam kepada kelompok tani.
5.2.3 Strategi Ex-Post 5.2.3.1 Strategi Ex-Post dalam Menghadapi Usahatani Kol