Sementara lingkungan yang kotor dan tidak sehat merupakan pembangkit stres bagi pekerja sehingga dapat mempengaruhi performansi kerja seseorang
Munandar, 2001.
2.3. Kepribadian
2.3.1 Pengertian Kepribadian
Banyak faktor yang mempengaruhi manusia dalam bekerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kepribadian.
Allport 1960
mengungkapkan kepribadian sebagai“the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine
his characteristic behavior and thought”. Bahwa kepribadian adalah sebuah
organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.
Hal senada juga diungkapkan oleh McCurdy dikutip dalam Sarwono, 2003 kepribadian adalah integrasi interes-interes yang menyebabkan individu
yang bersangkutan cenderung untuk bertingkah laku tertentu. Sementara Larsen Buss 2005 menjelaskan bahwasanya kepribadian
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan relatif menetap dan mempengaruhi individu dalam berinteraksi, beradaptasi dengan orang lain dan
lingkungan sosialnya baik secara fisik maupun psikis. Sependapat dengan Larsen Buss, Steven Mary 2005 menyatakan
bahwasanya kepribadian merupakan pola perilaku yang relatif stabil sepanjang
waktu dan memberikan pola perilaku yang konsisten pada individu di dalam menjelaskan kecenderungan perilaku seseorang.
Jadi, berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan komponen dalam individu yang khas
yang merupakan peramalan dalam menentukan perilaku seseorang ketika mengahadapi medan hidupnya.
2.3.2 Pola Perilaku Kerpribadian Tipe A Tipe B
Pada tahun 1950-an, dua orang dokter peneliti penyakit jantung, Friedman dan Rosenman mengembangkan suatu pendekatan untuk meramalkan munculnya
penyakit jantung pada manusia, yaitu dengan cara melihat reaksi-reaksi tingkah laku individu terhadap rangsangan lingkungan. Ditemukan bahwa faktor-faktor
beresiko terhadap penyakit jantung koroner seperti kolesterol, tekanan darah, dan keturunan tidak dapat meramalkan terjadinya penyakit jantung koroner. Menurut
mereka ada faktor-faktor lain yang mempunyai peran penting dalam penyakit jantung koroner. Dengan mewawancarai dan mengamati para pasien, mereka
menemukan suatu ciri-ciri khas atau pola perilaku tertentu. Dengan adanya perbedaan yang signifikan dalam segi perilaku dan emosi pada orang yang
menderita penyakit jantung dengan orang yang tidak memiliki penyakit jantung. Mereka mengatakan bahwa individu yang menderita penyakit jantung
memperlihatkan suatu gaya perilaku yang disebutnya TABP Type A Behavior Pattern
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita penyakit jantung. Type A Behavior Pattern
TABP diartikan sebagai :