Tugas dan Fungsi Polisi Lalu Lintas

ƒ Mengamankan dan mensukseskan pembangunan nasional di bidang lalu lintas. ƒ Mewujudkan partisipasi masyarakat dalam rangka pembinaan Kamtibcar Lantas. 2. Melaksanakan deteksi dini terhadap setiap kemungkinan timbulnya keresahan masyarakat pemakai jalan yang mengarah kepada gangguan masyarakat pada umumnya. 3. Mengadakan penelitian terhadap faktor korelatif masalah lalu lintas terutama yang bersumber pada masalah manusia, jalan, kendaraan, maupun lingkungan. 4. Menanggulagi setiap bentuk gangguan Kamtibcar terutama yang berhubungan dengan kemacetan, pelanggaran, dan kecelakaan lalu lintas. 5. Melaksanakan koordinasi lintas sektoral di bidang lalu lintas. 6. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang pemberian SIM, STNK dan BPKB yang sekaligus sebagai sarana registrasi dan identifikasi bagi Polri dalam menjamin keamanan dan perlindungan dari berbagai bentuk kriminalitas. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut di atas, Polri berfungsi sebagai berikut; 1. Penegakkan Hukum Lalu lintas a. Penegakkan hukum bidang preventif ¾ Pengaturan lalu-lintas ¾ Penjagaan lalu-lintas ¾ Dan patroli lalu lintas b. Penegakkan hukum lalu-lintas bidang represif ¾ Penindakan pelanggaran tilang lalu lintas ¾ Penyidikan kecelakaan lalu lintas ¾ Bukti pelanggaran lalu lintas tertentu ¾ Pengadaan fasilitas surat-surat kelengkapan pengendara kendaraan bermotor. 2. Pendidikan Masyarakat tentang Lalu lintas Pendidikan masyarakat tentang lalu lintas adalah segala kegiatan yang meliputi segala usaha untuk menumbuhkan pengertian, dukungan dan pengikut sertaan masyarakat aktif dalam usaha menciptakan Kamtibcar. 3. Police Traffic Engineering Police Trafic Engineering adalah segala kegiatan yang meliputi penyelidikan atau penelitian terhadap faktor penyebab gangguan, hambatan Kamtibcar Lantas serta memberikan sasaran-sasaran berupa langkah-langkah perbaikan, penanggulangan dan pengembangan kepada instansi-instansi yang berhubungan dengan masalah lalu lintas jalan. 4. Registrasi identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor.

2.5. Kerangka Berpikir

Tindakan agresi polisi bukanlah hal yang baru. Fenomena ini banyak terjadi, namun hal ini kurang mendapatkan perhatian dari institusi Kepolisian dan pemerintah. Tindakan agresi yang dilakukan biasanya dilakukan oleh polisi terhadap masyarakat sipil. Perilaku ini tidak terlepas dari penggabungan Polri dengan TNI di masa lalu. Dimana watak represif-militeristik polisi di masa lalu masih melekat. Padahal sebelumnya, muncul harapan baru dari rakyat bahwa polisi akan berubah menjadi sosok baru, sosok yang humanis ketika dideklarasikan lepas dari ABRITNI tahun 2000. Upaya pemisahan Polisi dari ABRI TNI ini seharusnya membawa konsekuensi di mana polisi bukan lagi institusi militer, melainkan merupakan institusi sipil. Sejalan dengan itu, institusi Polri dan juga aparatnya harus meninggalkan sifat-sifat militeristik yang selama ini dilakukan. Namun, tuntutan ini nampaknya belum disadari betul sebagai satu keharusan dan sekaligus kebutuhan yang menjadi penting untuk dilakukan Mabruri, 2008. Karena itu, menjadi aneh bila polisi yang sudah memiliki Prosedur Tetap Protap namun masih terjadi tindakan agresi polisi. Hal ini menjadi pertanyaan apakah Protap yang salah, ataukah ada faktor lain yang mempengaruhi agresivitas polisi? Pada dasarnya agresivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1 frustasi Baron Byrne, 2005, 2 provokasi Baron Byrne, 2005, 3 efek senjata Krahe, 2005, 4 kekerasan di media Baron Byrne, 2005, 5 alkohol, obat-obatan Baron Byrne, 2005, 6 temperatur Baron Byrne, 2005 , 7 kesesakan Krahe, 2005, 8 polusi udara Berkowitz, 1995, 9 kebisingan Krahe, 2005, 10 kepribadian Baron Byrne, 2005 , 11 hormon Sarwono, 2002,12 gender Baron Byrne, 2005, dan 13 harga diri Sarwono, 2002.