Teori Belajar Sosial Teori Kognisi

yang berusaha menjelaskan melalui salah satu pendekatan General Aggression Model GAM. GAM merupakan gabungan dari teori-teori agresi terdahulu. GAM mendeskripsikan proses episodik dari agresi yang terdiri dari beberapa tahapan. Berikut ini adalah bagan yang dapat menjelaskan tahapan tersebut : Inputs Routes Outcomes Person Situation Social Encounter Present Internal State: Affect Cognition - - - Arousal Thoughtful Action Impulsive Action Appraisal Decision Processes Bagan 2.1 Proses episodic dari The General Aggression Model Anderson Bushman, 2002 Dari bagan di atas dapat terlihat bahwa terdapat dua variabel input masukan yang dapat menyebabkan terjadinya tingkahlaku agresif. Variabel person orang adalah semua faktor yang dibawa oleh seseorang ke dalam situasi tertentu Carnagey Anderson, 2004, seperti trait yang mendorong individu untuk melakukan agresi, jenis kelamin, sikap dan belief tertentu terhadap kekerasan, dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sedangkan variabel situasi meliputi faktor-faktor di dalam lingkungan yang mengelilingi individual, termasuk faktor-faktor di dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang, seperti aggressive cues, provokasi, frustasi, ataupun suhu udara tinggi yang tidak nyaman. Variabel situasi ini dapat mengaktivasi konsep-konsep yang berhubungan dengan agresi di dalam memori Carnagey Anderson, 2004. Kedua macam variabel masukan tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir tingkah laku melalui present internal state keadaan internal saat ini yang mereka ciptakan. Keadaan internal tersebut adalah cognition, affect, dan arousal. Variabel masukan dapat mempengaruhi kognisi dengan membuat konsep agresi lebih mudah diakses di dalam memori Carnagey Anderson, 2004. Sifat pengaksesan konsep agresi ini adalah sementara atau malah menetap. Ketika sebuah konsep diakses secara terus menerus, waktu pengaktifannya akan menurun. Hal ini berarti hanya akan dibutuhkan sedikit energi untuk mengaktifkan konsep-konsep agresi, sehingga konsep-konsep agresi tersebut menjadi semakin mudah untuk diakses di lain waktu. Variabel masukan juga dapat mempengaruhi kognisi dengan mengaktivasi aggressive script Huesmann, dalam Carnagey Anderson, 2004. Script didefinisikan sebagai struktur pengetahuan semantik dan episodik yang besar yang terakumulasi di memori dan membimbing interpretasi dan pemahaman tentang pengalaman sehari-hari Aschraft, 1994. Script agresif akan membuat bias interpretasi dari situasi dan respon yang mungkin dari situasi dengan cara-cara yang dapat menimbulkan agresi Carnagey Anderson, 2004. Akses yang berulang-ulang dari script agresif juga dapat membuat script agresif tersebut lebih siap untuk teraktivasi pada situasi lain, yang dapat membimbing tingkah laku di masa yang akan datang. Selain mempengaruhi kognisi, variabel masukan juga dapat mempengaruhi affect seseorang, seperti aggression-related feelings perasaan yang berhubungan dengan agresi tentang anger hostility Anderson Dill, dikutip dalam Carnagey Anderson, 2004. Contohnya, pada orang yang memiliki sifat sgresif yang tinggi, sedikit situasi yang tidak menyenangkan akan mengakibatkan kemarahan pada orang tersebut. Keadaan internal yang ketiga adalah arousal yang juga dipengaruhi oleh variabel orang dan situasi. Beberapa orang cepat sekali mengalami arousal, dan beberapa faktor situasi dapat secara sementara meningkatkan arousal. Tidak hanya variabel masukan dapat mempengaruhi kognisi, afek, dan arousal, tapi ketiga keadaan internal tersebut juga dapat mempengaruhi satu sama lain dan merupakan aspek yang saling berhubungan Anderson Bushman, dikutip dalam Carnagey Anderson, 2004. Aktivasi pada satu aspek akan cenderung dapat mempengaruhi kedua aspek lainnya. Cognition dan affect dapat dilihat sebagai bagian dari memori yang dapat diaktifkan melalui proses spreading activation , yang jika salah satu terakses, maka akan memudahkan pengaksesan yang lainnya Anderson Bushman, dikutip dalam Carnagey Anderson, 2004. Misalnya hostile cognition dapat membuat hostile feeling lebih mudah untuk diakses, dan juga sebaliknya. Proses selanjutnya, individu akan melakukan appraisal penilaian dan kemudian akan memilih tingkah laku yang sesuai sebelum tingkah laku itu muncul. Appraisal bisa dilakukan secara otomatis automatic appraisal, yaitu evaluasi pada lingkungan dan keadaan internal yang dilakukan secara cepat dengan sedikit kesadaran Anderson Dill, dikutip dalam Carnagey Anderson, 2004. Appraisal yang otomatis ini akan mengakibatkan tindakan yang impulsif. Misalnya, ketika ditampar maka orang akan secara otomatis menilai lingkungan tersebut mengancam dan dapat membuat marah. Appraisal juga bisa dilakukan secara terkontrol controlled appraisal yang dilakukan lebih pelan dan lebih membutuhkan sumber kognitif daripada automatic appraisal. Controlled appraisal akan menghasilkan tindakan yang lebih dipikirkan. Kedua tindakan impulsive dan yang dipikirkan bisa menjadi agresif atau tidak agresif. Tingkah laku agresif atau tidak agresif yang dimunculkan oleh seseorang kemudian diikuti oleh reaksi dari lingkungan, dimana biasanya berupa respon orang lain dari tingkah laku tersebut Carnagey Anderson, 2004. Social encounter dapat mengubah variabel masukan tergantung dari respon lingkungan. Social encounter juga dapat memodifikasi variabel situasi, orang, atau keduanya, yang kemudian dapat menghasilkan reinforcement ataupun inhibition dari tingkah laku serupa di masa yang akan datang.

2.1.3 Bentuk-bentuk Agresivitas

Berdasarkan sifatnya, Berkowitz 1995 membagi agresi ke dalam dua macam, yaitu : 1. Agresi Instrumental Yaitu agresi yang terjadi pada saat seseorang merasa tersinggung dan ia berusaha menyakiti orang lain. 2. Agresi Emosional Yaitu perilaku agresif yang memiliki tujuan lain selain menyakiti korban, antara lain dimaksudkan sebagai upaya mempertahankan kekuasaan, dominasi atau status sosial seorang individu. Menyakiti korban hanyalah media untuk meraih tujuan-tujuan tersebut. Sedangkan dari jenisnya, Berkowitz membagi agresi menjadi dua macam: 1 Agresi Langsung Agresi langsung, yakni melibatkan aksi yang ditujukan secara langsung kepada target yang memunculkan amarah baik dalam bentuk agresi fisik maupun verbal, bentuk agresi fisik langsung yaitu seperti; memukul, atau menendang, sedangkan agresi verbal langsung, yaitu pernyataan verbal yang dimaksudkan untuk menyakiti orang yang sedang dievaluasi, seperti; memaki atau mengancam. 2 Agresi Tidak Langsung Agresi tidak langsung, yakni melibatkan aksi tidak langsung yang ditujukan kepada target yang memunculkan amarah, tanpa menyakiti target secara frontal. Misalnya, menceritakan kejelekan target kepada orang lain.