masalah, mengidentifikasi akar permasalahan dan kondisi yang diperlukan untuk solusi yang baik, mengejar makna dan pemahaman, dan menjadi pelajar yang
mandiri.
24
Rusman menyatakan bahwa PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan
interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.
25
Pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah, masalah yang diberikan merupakan permaslahan terkait dengan dunia nyata. Pada proses
penyelesaian masalah ini siswa dilatih untuk berpikir secara sistematis dan berkesinambungan. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat mengasah
keterampilan peserta didik, pada model ini peserta didik dilatih untuk dapat memecahkan masalah
a. Ciri-Ciri Pembelajaran Problem Based Learning
Salah satu model yang banyak diadopsi untuk menunjang pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah problem based learning PBL. Problem Based
Learning memiliki tiga karakteristik utama, yaitu siswa terlibat sebagai stalkholder dalam menyelesaikan masalah, mengatur kurikulum yang mencakup
keseluruhan masalah, memberi siswa pembelajaran dengan cara yang relevan dan terhubung, serta menciptakan sebuah lingkungan pembelajaran dimana guru
melatih pemikiran siswa dan membimbing observasi siswa, memfasilitasi tingkat lebih lanjut dalam pemahaman siswa.
26
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa ciri dan karakteristik yaitu pertama, pembelajaran berpusat pada siswa. Meskipun dipandu oleh tutor,
mereka harus bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk mengelola masalah dan
dimana mencari informasi. Kedua, belajar terjadi di dalam kelompok kecil siswa.
24
Bahiye “Problem-Based Learning in Science Education”, Journal of Turkish Science Education, vol. 6, 2009, h. 34
25
Rusman, op. cit., h. 230
26
Bahiye, op.cit., h. 28
Ketiga, guru adalah fasilitator atau pemandu. Peran fasilitator adalah tidak memberikan pembelajaran atau informasi, tetapi hanya mengarahkan para siswa
agar berupaya mencari langsung ke sumber. Keempat, masalah membentuk fokus pengaturan dan stimulus pada pembelajaran. Suatu masalah dapat disajikan dalam
format yang berbeda kasus tertulis, rekaman video, simulasi komputer dan itu merupakan tantangan bagi para siswa dalam menghadapi praktik, memberikan
relevansi dan motivasi untuk belajar. Kelima, masalah adalah wahana pengembangan keterampilan dalam memecahkan masalah. Keenam, informasi
baru diperoleh melalui belajar mandiri.
27
Rusman menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: permasalahan menjadi starting point dalam belajar; permasalahan
yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; permasalahan membutuhkan perspektif ganda; permasalahan,
menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar; belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi
merupakan proses yang esensial dalam pembelajaran berbasis masalah; belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif; pengembangan keterampilan
inkuiri dalam pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; keterbukaan proses
dalam pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review
dengan siswa dan proses belajar.
28
Sanjaya menyatakan terdapat tiga ciri utama dari PBL, yaitu pertama melalui PBL siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan
akhirnya menyimpulkan. Kedua, menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran sehingga aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah, Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
27
Agus Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar, Jogjakarta: DIVA Press, 2013, h. 283-285
28
Rusman, op. cit., h. 232-233
menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
29
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri yaitu belajar terjadi di dalam
kelompok kecil, pembelajaran dimulai dari adanya suatu permasalahan di dunia nyata, siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan
akhirnya menyimpulkan sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Learning