Program Kegiatan Organisasi ACT

dan menyalurkan donasi qurban dari mereka-meraka di luar negeri dengan memanfaatkan account paypal. Sudah saatnya qurban menjadi bukti indahnya persaudaraan, dari muslim dunia untuk muslim dunia bersama global qurban. 4. Komite Indonesia Untuk Solidaritas Somalia “Bencana kelaparan dahsyat melanda Somalia, hingga saat ini tidak kurang 29.000 balita merenggang nyawa akibat kelaparan. Jutaan lagi terancam jiwanya jika tidak mendapat pertolongan segera.” 8 ACT sebagai lembaga kemanusiaan global menggagas Komite Indonesia Untuk Solidaritas Somalia KISS untuk membantu para korban di Somalia. 5. Sympathy of Solidarity Palestina Sympathy of Solidarity Palestina atau SOS Palestina adalah program internasional ACT untuk membantu masyarakat Palestina yang menderita akibat konflik dan penjajahan berkepanjangan. SOS Palestina merupakan program nyata masyarakat Indonesia. 9 6. CSR Management dan Development CSR sebagai sebuah kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan memperkuat eksistensi dan keamanan asset perusahaan. Diharapkan program CSR akan menjadi solusi ketertinggalan masyarakat baik di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan sosial sampai pada penyediaan fasilitas umum yang akan membuat masyarakat lebih baik. 7. Management Institute of Indonesia DMII “Program edukasi dan manajemen kebencanaan untuk masyarakat yang mengusung konsep Manajemen Bencana Terpadu MBT dengan aktivitas 8 www.act.or.id. 9 www.act.or.id meliputi; pelatihan, konsultasi dan penelitian berbasis keahlian akademis praktis dan empiris di bidang penanganan bencana alam dan sosial secara terpadu.” 10 Pelatihan, konsultasi dan penelitian yang dilakukan mencakup mitigasi, kesiapsiagaan, emergency, rehabilitasi, rekonstruksi hingga prosedur mutu dalam tugas-tugas kemanusiaan dan kebencanaan. Adapun visi dan misi program ini adalah: a. VISI 1 Menjadi institusi terdepan dalam pengembangan ilmu dan manajemen kebencanaan berbasis Total Disaster Management TDM. b. MISI 1 Mengembangkan wawasan keilmuan tentang kebencanaan berbasis akademis dan pengalaman praktis based practice, Mengembangkan sinergi dan kemitraan dalam pengurangan resiko bencana disaster risk reduction. 2 Mewujudkan masyarakat sadar siaga bencana. Sebagai bentuk keseriusan ACT Foundation dalam penanganan bencana, ACT Foundation membentuk Disaster management Institute of Indonesia DMII, yang merupakan pusat referensi dari seluruh pengetahuan dan pengalaman praktis ACT dalam perjalanannya menangani bencana sejak lebih dari 15 tahun yang lalu. DMII memberikan training emergency dan kebencanaan, di berbagai perusahaan, sekolah, lembaga pemerintahan dan publik, dengan penekanan pada pemasyarakatan Pengurangan Resiko Bencana 10 www.act.or.id atau mitigasi Disaster Risk Reduction – DRR. DMII juga telah menghasilkan Standard Operational Procedure SOP penanggulangan bencana dan kondisi darurat, selain juga menjadi konsultan untuk pusat-pusat pendidikan kebencanaan. 8. ACT Community Development ACT community development mendasarkan setiap aktivitas pada sebuah cita-cita membangun kemandirian masyarakat. ACT menyadari bahwa kemandirian sejati merupakan akumulasi dari kemandirian pada setiap sendi kehidupan. Oleh sebab itu ACT memulai program dengan membenahi sendi- sendi substansial dalam kehidupan masyarakat. 11 11 www.act.or.id. 47

BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS

A. Pola Komunikasi Aksi Cepat Tanggap

Berdasarkan hasil di atas, penulis berusaha menganalisi pola komunikasi ACT dalam penanganan bencana di gunung Kelud. Sebelum membahas pola komunikasi maka harus berbicara tentang komunikasi organisasi, berarti membahas komunikasi dan organisasi, artinya ada hubungan yang harus kita fahami dari dua unsur ini, dan keberhasilan komunikasi yang terjadi di dalamnya. Memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai, memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, orang mempelajari komunikasi organisasi diharapkan juga mengembangkan untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Begitu pun komunikasi yang dibangun ACT. Hal ini pun diperjelas oleh pak Ikbal selaku direktur komunikasi ACT, yang menyatakan bahwa. “Organisasi tanpa komunikasi, lumpuh; komunikasi tanpa organisasi hanya obrolan yang tak akan menghasilkan sesuatu yang bernilai strategis. Komunikasi mengaktivasi gagasan, mengontrol proses dan mengakselerasi program yang mengalami kelambatan; memecahkan stagnasi lintas lini; menjamin keberadaan organisasi tetap hidup: tumbuh dan berkembang. Organisasi dengan komunikasi yang sehat, mengedukasi semua SDM di dalamnya” 1 Pada dasarnya ACT telah mempunyai pola tersendiri dalam berkomunikasi yakni pola manajemen terpadu. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Pubik Relation ACT yakni “.Pola yang kami gunakan biasanya intergreted manajemen dimulai dari level emergency, rescue, rehabilitasion, dan recovery.” 2 1 Wawancara pribadi dengan Ikbal Setyarso, Direktur Komunikasi ACT, Jakarta, Menara 165, 20 Desember 2013. 2 Wawancara pribadi dengan Hidayatun Ni’mah, Public Relation ACT, Jakarta, Menara 165, 29 Oktober 2013. Akan tetapi bila dilihat dari pola komunikasi yang digunakan di dalam organisasi ACT, serta merujuk pada teori pola komunikasi Joseph A. DeVito, dari lima pola komunikasi yang ada, ACT termasuk menggunakan pola komunikasi lingkaran. Pola lingkaran adalah semua anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan yang lainnya, mereka tidak mempunyai pemimpin serta setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya. 3 Bila dilihat dari pengertian pola lingkaran hal ini sesuai dengan pernyataan Bu ni,mah yakni: “Setiap habis rapat manejemen setiap senin, itukan hanya manajemen, dari manajemen itu di lanjutkan rapat direktorat, nah itu hasil dari manejemen berupa penugasan, kebijakan itu disampaikan kepada bawahan melalui briefing, manajemen direktorat itu, jadi kami mempunyai jadwal masing-masing yang rutin. Misal jadwal direktorat komunikasi punya rapat hari apa, yang dilanjutkan dari hasil rapar manajemen tiap hari senin itu. Itu yang disampaikan, jadi terus mengalir gitu, artinya tidak terputus sampai rapat manajemen saja, tetapi keputusan hasil rapat manajemen sampai ke bawahan” 4 Hal ini rangat relevan dimana dengan pola komunikasi lingkaran berdasarkan teori Joseph A. DeVito dimana komunikasi dapat dilakukan dengan siapa saja dan tidak mempunyai pemimpin yang tetap meskipun dalam struktur organisasi ACT mempunya pemimpin. Tetapi pemimpin ACT bila dalam rapat masuk kedalam rapat manajemen sehingga sama dengan para pegawai ACT yang berposisi sebagai manager di ACT. Selain itu, karena ACT mengadakan rapat-rapat berjenjang sesuai dengan struktur yang ada, maka komunikasi sesama pegawai ACT bisa kapan saja dilakukan bahkan dengan beda departemen maupun beda jabatan. “karena di ACT engga ada sekat, antar divisi kami bebas, keliling bisa kemana saja, divisi-divisi lain bahkan department lain, bahkan koordinasi itu udah engga 3 Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana Pamulang: KARISMA Publising Grup, 2011, edisi ke-lima, h. 383 4 Wawancara pribadi dengan Hidayatun Ni’mah, Public Relation ACT, Jakarta, Menara 165, 29 Oktober 2013. ada sekat-sekat, kami juga punya milis yang terbuka untuk yayasan, jadi semua informasi itu benar-benar hanya satu ACT yang tahu. Bahkan dari level atas sampai bawah semuanya tahu, tapi tentu ada informasi-informsi yang hanya pada level tertentu dan memberikan laporan hanya pada atasan atau setiap departemen.” 5 Selain itu semua anggota dapat berkomunikasi dengan siapa pun sesuai dengan keperluannya. ”Komunikasi terjalin dengan lancar, semua lini bisa membicarakan apa saja seperti; ide, saran dan masukannya, jika tidak langsung menghadap bisa menggunakan media seperti email, telp, WA dll” 6 Pernyataan ini merelevankan pola lingkaran yang biasanya ACT gunakan dalam struktur organisasi ACT bahwa para karyawan ACT dapat berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya yakni dengan departemen lain maupun dengan direktorat lainnya. Dalam kasus penanganan bencana ACT melakukan upaya penerapan manajemen penanggulangan bencana terpadu, melalui 3 tiga tahapan sebagai berikut: 7 1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan ketika sedang dalam ancaman potensi bencana. 2. Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi bencana. 3. Tahap pasca-bencana yang dalam saat setelah terjadi bencana. 5 Wawancara pribadi dengan Hidayatun Ni’mah, Public Relation ACT, Jakarta, Menara 165, 29 Oktober 2013. 6 Wawancara pribadi dengan Yhogi S Gunawan, Manager HRL ACT, Jakarta, Menara 165, 20 November 2013. 7 Wawancara pribadi dengan Erlid Setiawan ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014.