Bila dilihat dari kasus penanganan bencana yang dihadapi, ACT tetap menggunakan pola lingkaran
Dalam kasus penanganan bencana di gunung Kelud, ACT membuat beberapa struktur sesuai dengan SOP yang ada di ACT. pada situasi penangangan
bencana struktur dan proses komunikasi menggunakan sistem komando, yang terbagi dalam tingkatan, Komandan Besar misi-visi strategis, Komandan Area
terjemah strategis dan taktis wilayah, Komandan Lapangan teknis, Komandan Posko teknis aplikatif, Relawan Lapangan aplikatif realisasi. Hal ini sangat
berkaitan dengan pola rantai, akan tetapi meskipun struktur penanganan bencana yang ACT buat dalam penanganan bencana gunung Kelud sistem komando, dalam
aktifitas komunikasinya tetap menggunakan briefing yang dilakukan setiap pagi dan malam hari untuk mengadakan evaluasi dan memberikan intruksi sebelum
kelapangan. Dalam penanganan bencana ACT menggunakan tiga tahapan, yakni pra-
bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Dalam setiap tahapan tersebut ACT tetep menggunakan pola lingkaran yang sudah terbentuk di oraganisai ACT.
Dimana setiap anggota bebas berkomunikasi dengan anggota lainnya dan anggota yang lain dapat berkomunikasi dengan dua anggota di sisinya serta dengan
mengadakan briefing yang menjadi agenda rutin tiap struktur yang ada untuk di evalusi di kantor ACT maupun di tempat kejadian.
65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pola komunikasi organisasi yang digunakan di Aksi Cepat Tanggap ACT dalam
penanganan bencana gunung Kelud di kecamatan Pare kabupaten Kediri adalah pola lingkaran. Pola lingkaran adalah semua anggota organisasi dapat
berkomunikasi dengan yang lainnya, mereka tidak mempunyai pemimpin serta setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.
1. Pola komunikasi yang digunakan pada pra-bencana yakni pola lingkaran
Pola lingkaran digunakan pada saat melalui rapat-rapat manajemen sebelum adanya bencana untuk menyiapkan SOP yang akan dilakukan di
sana serta melakukan mitigasi bencana. 2.
Pola komunikasi yang digunakan saat bencana pola lingkaran. Dimana setiap anggota yang diterjukan ke lokasi bencana dapat berkomunikasi
dengan siapa saja tetapi tetap pada struktur yang ada. Dan setiap anggota yang ada dapat berkomunikasi dengan dua anggota di sisinya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Serta melakukanbriefing sebagai pola komunikasi yang biasa dilakukan di ACT untuk mengevalusi tentang
kebutuhan logistik, kebutuhan kesehatan. 3.
Pola komunikasi yang digunakan pasca-bencana adalah pola lingkaran. Dimana setiap anggota dapat berkomunikasi dengan siapa saja tetapi tetap
pada struktur yang ada. Dan anggota yang ada dapat berkomunikasi dengan dua anggota di sisinya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Serta adanya briefing yang biasa dilakukan pagi dan sore untuk mengevaluasi prasana dan saran apa saja yang akan di bangun.
Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan informasi adalah briefing, grup facebook, e-mail, bbm, sms, dantelepon. Selain itu, komunikasi
secara langsung tatap muka maupun langsung juga dilakukan bila keadaan dilapangan memungkinkan, halini bertujuan untuk mempermudah koordinasi
antar sesama karyawaan.
B. Saran
Dari uraian yang dikemukakandanfakta yang ditemukan.Maka saran-saran penulis sebagai berikut:
1. Penulis berharap ACT diharapkan lebih banyak melakukan aksi-aksi
bantuan kemanuasiaan baik dalam maupun luar Negeri. 2.
Dalam tahapan pra bencana peneliti berharap ACT melakukan aksi- kasinyata terutama memberikan bimbingan atau pelatihan kepada
msayarakat maupun kesekolah-sekolah yang tinggal di daerah rawan bencana, sehingga pada saat bencana masyarakat telah memahami apa
yang akan dilakukan. Serta peyampaikan informasi tentang ACT atau pun pekerjaan kepada seluruh karyawannya sebaiknya dilakukan melalui
media tulisan juga, karena jika hanya menggunakan media online dan tidak semua karyawan selalu update membuka jejaring sosial yang
digunakan, serta terkendalanya tempat maupun jaringan sinyal yang ada. 3.
Dalam tahapan saat bencana sebaiknya ACT pusat menyediakan perlengkapan yang lebih baik lagi kepada para relawan saat berada di
tempat kejadian, sehingga keselamatan relawaan lebih diutamakan. Serta
komunikasi dengan pimpinan di lapangan harus selalu terjaga dengan baik dan nyaman, karena pimpinan berkepentingan dalam segala hal. Sehingga
terbentuklah rasa persaudaraan, dan pekerjaan dapat lebih efektif dan effesien.Serta lebih banya lagi para relawan atau pegawai ACT yang
terlibat, sehingga mempermudah saat melakukan evakuasi maupun yang lainnya.
4. Pada tahapan pasca bencana, peneliti berharap ACT menyediakan bantuan
yang lebih banyak, dengan mengajak atau mengadakan kerjasama dengan instansi atau perusahan lain, dan membantu secara terus-menerus tanpa
batas, demi menjaga persaudaraan dan terbentuknya rasa kekeluargaan.