Fase Saat Bencana Pola Komunikasi Aksi Cepat Tanggap

3. Suplai logistik kepada pengungsi untuk kebutuhan pangan, sandang, dan papan. 4. Pelayanan kesehatan keliling. 5. Trauma healing di posko pengungsian. Pada tahapan ini ACT menurunkan dari 100 orang relawan plus 200 relawan lokal desa, untuk melakukan tugasnya masing-masing maka para relawan terbagi dalam tujuh tim, yakni: “Tim rescue 15 relawan, Tim dapur umum 10 relawan, Tim logistik 15 relawan, Tim kesehatan 15 relawan, Tim trauma healing 10 relawan, Tim administrasi dan dokumentasi 10 relawan, Tim assesment dan mapping 30 relawan.” 22 Selain itu pada tahapan ini juga dilakukan penyelamatan rescue yang bertugas menyelamatkan warga maupun ternak atau harta benda warga ke daerah aman dari bencana. Seperti yang dikatakan mas Toto sebagai berikut: “Sebenarnya tidak dikenal istilah tahapan rescue, yang ada tim rescue, yang masuk tahapan emergency. Secara bahasa rescue itu artinya penyelamatan jiwa warga, bahkan ternak, di wilayah terdampak erupsi Kelud. Menghindarkan warga dan ternak dari ancaman bahaya material erupsi Kelud, seperti batu, pasir, abu vulkanik, awan panas dan lahar dingin.” 23 Biasanya tim rescue tidak diperbolehkan berkoordinasi secara berlebihan, karenan sistem pekerjaannya otomatis dengan apa yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu tugas penting tim rescue adalah menyelamatkan warga ke tempat yang aman, sehingga di perlukan kerja yang cepat dan tepat serta tanggap bertindak. Adapun koordinasi yang biasa dilakukan yakni brefing pagi maupun sore sebelum 22 Wawancara pribadi dengan Pak Totok AP Ketua Induk Posko Daerah MRI Bojonegoro ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014. 23 Wawancara pribadi dengan Pak Totok AP Ketua Induk Posko Daerah MRI Bojonegoro ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014. turun ke lapangan. Alat komunikasi yang digunakan berupa HP, SMS, Holky Tollki HT, BBM, maupun Form. Selain itu, pada tahapan ini pula dilakukan kegiatan medis, yang masuk tahapan emergency. Tim medis ini melayani pemeriksaan kesehatan dan pengobatan jika ada korban Kelud yang sakit. Kegiatan yang dilakukan pada tim ini biasanya pemeriksaan kesehatan dan pengobatan kepada warga terdampak letusan Kelud di posko-posko pengungsian. Kadang diselingi juga penyuluhan- penyuluhan hidup sehat. Untuk mengurangi dampak buruk yang diterima oleh warga. Pada tim medis ini jumlah personil yang terlibat terbagi dalam dua tim medis, masing-masing tujuh atau delapan relawan. Tiap tim terdiri satu atau dua dokter, dua perawatapoteker dan sisanya relawan pembantu umum. Pada tahapan ini biasanya masalah yang dihadapi oleh relawan yakni makanan, tempat tinggal yang layak, tikar, masker, MCK, listrik, maupun yang lainnya. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh salah satu relawan “karena saya tim pertama yang turun ke sana, yakni pada awal datang ke posko pengungsian. Paling umum itu makan, tempat tidur yang layak, matras ini kita bagikan, meskipun mereka sudah bawa tikar, dan masker, dan air.” 24 Meskipun begitu, ada pun kendala yang paling penting, yakni memberikan setidaknya 1.500 nasi bungkus tiap harinya untuk kebutuhan para pengunggsi. Serta pada tahapan ini pula dilakukan tindakan relief, yakni penanganan pengungsi bencana letusan gunung Kelud, terutama yang ditampung di posko- posko pengungsian, pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan pokok warga pengungsi, seperti air bersih, air minum, pangan, 24 Wawancara pribadi dengan Erlid Setiawan, Relawan ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014. sandang, papan yang nyaman. Termasuk juga bimbingan psikologis dan trauma healing, serta kesehatan. Personil yang diturukan pada tahapan ini sekitar 50 orang yang terbagi dalam; tim dapur umum, tim logistik, tim trauma healing dan tim medis. 25 Penjelasan di atas menunjukkan pola komunikasi yang saat-bencana di atas menunjukkan sebuah pola komunikasi, yaitu tentang rentetan aliran informasi yang mengalir dari setiap pelaku organisasi ACT. Komunikasi bisa terjadi secara formal ataupun non-formal tergantung dari kondisinya. Peneliti melihat bahwa pola komunikasi ACT dalam menangani bencana letusan gunung Kelud pada fase saat bencana menggunakan pola lingkaran. Dimana komunikasi yang dilakukan dengan berkoordinasi dengan pak camat, pak lurah dan instasi lainnya, tetapi tetap dilakukan dengan briefing yang dilakukan pagi dan malam untuk mengevaluasi serta koordinasi satu sama lain, baik secara tatap muka maupun menggunakan HP dan HT. hal ini relevan dengan pola lingkaran dimana setiap anggota komunikasi dapat berkomunikasi dengan dua anggota lainnya. Dalam briefing yang dilakukan ini untuk menentukan bantuan berupa suplai logistik kepada pengungsi, bantuan kesehatan dan tenda” darurat.

3. Fase Pasca-Bencana

Pasca-bencana atau lebih dikenal dengan massa pemulihan adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana secara 25 Wawancara pribadi dengan Pak Totok AP Ketua Induk Posko Daerah MRI Bojonegoro ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014. terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenya. Salah satunya dengan mengadakan tahapan rekonstruksi. Rekonstruksi adalah perbaikan kembali fasilitas dan rumah yang rusak akibat letusan Kelud. Rekonstruksi ini termasuk bagian dalam tahapan recovery, yakni tahapan pemulihan pasca bencana menuju kepada kembalinya kemandirian para korban selamat dalam melanjutkan kehidupan diri dan keluarganya. 26 Dalam fase pasca-bencana ACT melakukan tahapan recovery dengan mengembalikan warga ke rumah masing-masing. “Sekarang sudah recovery warga sudah kembali ke rumah masing-masing.” 27 Masalah yang dihadapi dalam pasca-bencana sangat beragam, terutama genteng, “ada program lagi yang kita survey banyak genteng yang bocor, jadi kita buat donasi paket bantuan 10.000 genteng buat satu rumah. Targetnya 5000 rumah. Mungkin itu juga yang baru terlaksana.” 28 Fase pasca-bencana di atas menunjukkan sebuah pola komunikasi, yaitu tentang renteran aliran informasi yang mengalir dari setiap pelaku organisasi ACT. Komunikasi bisa terjadi secara formal ataupun non-formal tergantung dari kondisinya. Bentuk koordinasi masih sama, “yakni briefing pagi dan malam. Namun dalam tahapan recovery, koordinasi bisa dilaksanakan juga di lapangan 26 Wawancara pribadi dengan Pak Totok AP Ketua Induk Posko Daerah MRI Bojonegoro ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014. 27 Wawancara pribadi dengan Erlid Setiawan, Relawan ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014. 28 Wawancara pribadi dengan Erlid Setiawan, Relawan ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014. pada waktu kapan saja selama perlu dan ada sesuatu yang mendesak dikoordinasikan.” 29 Peneliti melihat pola komunikasi ACT dalam menangani bencana letusan gunung Kelud pada fase pasca bencana menggunakan pola lingkaran, karena setiap anggota dapat berkomunikasi dengan adanya briefing yang dilakukan di posko dan hasil diskusi tersebut dilaporkan ke atasan untuk di proses, bisa lewat form maupun datang langsung. Hal ini relevan dengan pengertian pola lingkaran dapat berkomunikasi dengan semua anggota organisasi. Pada fase ini, briefing dilakukan untuk membahas apa kebutuhan yang sangat di perlukan oleh warga. Kebutuhan warga pada fase ini adalah genteng, karena banyak rumah warga yang rusak akibat terkena dampak letusan. Briefing dilakukan pagi dan sore agar tidak menggagu aktivitas pada siang hari dan membantu warga membangun kembali semua fasilitas yang ada.

B. Interpretasi

Berdasarkan hasil di atas, penulis berusaha menganalisi pola komunikasi ACT dalam penanganan bencana di gunung Kelud. Pada dasarnya ACT telah mempunyai pola tersendiri dalam berkomunikasi yakni pola manajemen terpadu. Hal ini terlihat dengan adanya tim dalam penanganan bencana yang ACT bentuk dan sudah professional yakni tim emergency, tim rescue, rehabilitasion, dan recavry. Pola ini yang digunakan ACT dalam penangangan bencana-bencana di Indonesia. Akan tetapi bila dilihat dari pola komunikasi yang digunakan di dalam organisasi ACT, serta merujuk pada teori pola komunikasi Joseph A. DeVito, dari lima pola komunikasi yang ada, ACT termasuk menggunakan pola komunikasi 29 Wawancara pribadi dengan Pak Totok AP Ketua Induk Posko Daerah MRI Bojonegoro ACT, Kediri Jawa Timur, 23 Febuari 2014.