Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

pengetahuan yang dimilikinya untuk mendapa pengetahuan baru melalui diskusi kelompok. Setelah mereka mendapat pengetahuan baru, kemudian siswa harus menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan permasalahan secara individu, dalam hal ini tugas guru adalah sebagai motivator sekaligus pelatih untuk siswa. Siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya dalam hal ini. Sehingga dalam Model Knisley ini, tidak hanya guru atau siswa yang terlibat aktif, namun keduanya memiliki porsi yang sama untuk aktif dalam pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyana 2009, model pembelajaran matematika Knisley memiliki kelebihan diantaranya meningkatkan semangat siswa untuk berfikir aktif, membantu suasana belajar yang kondusif karena siswa bersandar pada penemuan individu, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar mengajar karena siswa dinamis dan terbuka dari berbagai arah.

4.2.2 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

berdasarkan Gaya Belajar Visual pada pembelajaran Model Knisley Hasil analisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan gaya belajar visual sesuai dengan DePorter Hernacki 2008. Indikator kefasihan fluency dipenuhi dengan sangat baik oleh subjek G-12 dan G-22. G-12 mampu mengerjakan permasalahan dengan fasih dan lancar. G-12 tidak merasa kesulitan untuk mengerjakan soal dan yakin jika jawabannya benar. G-22 mampu memberikan beberapa kejadian yang beragam dengan peluang sama dalam suatu masalah. Proses pengerjaan pun benar serta penjelasan yang diberikan cukup lengkap. G-12 dan G-22 mengerjakan soal pada lembar jawaban dengan tulisan yang cukup rapi dan teratur. Tulisan mereka mudah dibaca karena tidak terlalu besar dan terlalu kecil. Pengerjaan soal juga sudah runtut. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan DePorter Hernacki 2008 yaitu orang dengan gaya belajar visual merupakan pribadi yang rapi dan teratur dalam hal apapun. Pencapaian indikator keluwesan flexibility subjek G-12 dan G-22 sudah dipenuhi dengan sangat baik. G-12 mampu menyebutkan 3 contoh kejadian dengan banyak anggota ruang sampel sama dengan yang ada pada soal yaitu 16. Namun terdapat sedikit kesalahan yaitu G-12 menghitung masing-masing nilai peluang kejadiannya, padahal dalam soal tidak diminta untuk menghitung nilai peluangnya. G-12 juga menjawab pertanyaan peneliti secara mendetail. G-22 berhasil mengerjakan butir soal 4 dengan cara yang berbeda. Pengerjaannya pun jelas dan benar. G-22 mengerjakan masalah dengan cara menjumlahkan peluang secara langsung dan dengan menggunakan konsep peluang komplemen. G-22 juga sangat teliti dalam mengerjakan soal tes sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan DePorter Hernacki 2008 yaitu orang dengan gaya belajar visual adalah orang yang teliti terhadap detail. Untuk indikator kebaruan, G-12 dan G-22 memenuhi dengan sangat baik. Pada lembar jawab tes, belum terlihat kebaruan dalam pekerjaan G-12. Namun setelah dikonfirmasi G-12 mampu membrikan jawaban yang unik. G-12 membayangkan 2 buah dadu yang bersisi 4 yang dilemparkan sekali. Jawaban ini tergolong baru untuk anak seusianya. G-22 mengerjakan butir soal 3 dengan pemikiran sendiri padahal belum pernah mendapat materi tersebut sebelumnya. G- 22 juga mengerjakan dengan cukup baik dengan jawaban yang dihasilkan benar. Saat wawancara berlangsung, G-12 dan G-22 tidak merasa terganggu dengan keributan yang ada disekitarnya. G-12 dan G-22 tetap menjelaskan hasil pekerjaannya dengan sangat baik. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah diungkapkan oleh DePorter Hernacki 2008 yaitu orang dengan gaya belajar visual lebih mudah mengingat dengan asosiasi visual dan biasanya tidak terganggu dalam suasana keributan. Subjek G-12 dan G-22 memenuhi indikator kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dengan sangat baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan siswa dengan gaya belajar visual berada pada Tingkat Berpikir Kreatif Matematis Level 4 atau sangat kreatif. Siswa dengan gaya belajar visual mampu menyelesaikan masalah dengan fasih dan lancar serta dapat memberikan beragam jawaban yang benar. Selain itu siswa dengan gaya belajar visual mampu menyelesaikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda serta mampu meyelesaikan masalah dengan cara yang baru dan dengan pemikiran sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Sari 2014 yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa bergaya belajar visual yaitu dengan membuat pembelajaran dengan menggunakan diagram-diagram atau gambar-gambar yang membuat siswa lebih tertarik sehingga mampu menambah minat belajar siswa.

4.2.3 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa