2.4.2. Fungsi Boraks
Boraks merupakan pembersih, fungisida, herbisida dan insektisida yang bersifat toksik. Dalam kondisi toksik yang kronis karena mengalami kontak
dalam jumlah sedikit demi sedikit namun dalam jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan tanda-tanda merah pada kulit, seizure, dan gagal ginjal. Boraks
juga dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, mata atau saluran respirasi, mengganggu kesuburan dan janin. Boraks umumnya digunakan untuk mematri
logam, pembuatan gelas, sebagai pengawet kayu dan pembasmi kecoa. Namun zat ini sering disalahgunakan sebagai campuran untuk pembuatan bakso, kerupuk,
pempek, pisang molen, pangsit, tahu, dan bakmi Saparinto, 2006.
2.4.3. Boraks pada Makanan
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula
mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahkan boraks diantaranya adalah bakso, lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional seperti
“lempeng” dan “alen-alen”. Di masyarakat daerah tertentu boraks juga dikenal dengan sebutan garam bleng, bleng atau pijer dan sering digunakan untuk
mengawetkan nasi untuk dibuat makanan yang sering disebut legendar atau gendar Yuliarti, 2007.
Menurut Depkes RI 2002 didalam Pane 2013, Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan. Seperti
contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat baksolontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk
Universitas Sumatera Utara
yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah diberi
boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium.
2.4.4. Mekanisme Toksisitas Boraks
Menurut Lu,1995 didalam Pane, 2013, Proses masuknya boraks ke dalam tubuh yaitu melalui oral dimana manusia memakan makanan yang
mengandung boraks. Kemudian boraks yang masuk ke dalam tubuh diabsorbsi secara kumulatif oleh saluran pencernaan ususlambung dan selaput lendir
membran mukosa dan sedikit demi sedikit boraks terakumulasi. Konsumsi boraks secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat
mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga tidak dapat diserap dan diedarkan keseluruh tubuh. Kemudian boraks didistribusikan lewat
peredaran darah oleh vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang memetabolisme xenobiotik di dalam hati juga
tinggi terutama enzim sitokrom P-450. Enzim ini membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air sehingga lebih
mudah diekskresikan oleh hati. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan
disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis, sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Efek negatif boraks apabila terdapat dalam makanan,
maka dalam jangka waktu lama walau hanya sedikit akan terjadi akumulasi penumpukan pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak
Universitas Sumatera Utara
dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang,
pingsan, koma bahkan kematian. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram
perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi
jika dosisnya telah mencapai 10 – 20 gr atau lebih Yuliarti, 2007.
2.4.5. Efek Boraks Terhadap Kesehatan