Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Sarana Pengolahan Air Minum

tidak bersih, hal ini dapat mempengaruhi hasil produksi air minum isi ulang karena kontaminasi. Bangunan depot air minum yang tidak terjaga kebersihannya dikhawatirkan debu yang ada di udara tersebut mengandung kuman pathogen, maka dapat menyebabkan penyakit atau secara tidak langsung dapat menjadi sumber penularan penyakit saluran pernafasan Depkes RI, 1998. Menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian No. 651 2004, konstruksi lantai, dinding, plafon area produksi harus baik dan selalu bersih. Dinding ruang pengisian harus terbuat dari bahan yang licin, berwarna terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Pembersihan dilakukan secara rutin dan dijadwalkan. Dinding dan plafon harus rapat tanpa ada retakan. Tempat pengisian harus didesain hanya untuk maksud pengisian produk jadi dan harus menggunakan pintu yang dapat menutup rapat. Desain tempat pengisian harus sedemikian rupa sehingga semua permukaan dan semua peralatan yang ada didalamnya dapat dibersihkan serta di sanitasi setiap hari. Penerangan di area proses produksi harus cukup terang untuk mengetahui adanya kontaminasi fisik, sehingga karyawan mempunyai pandangan yang terang untuk dapat melihat setiap kontaminasi produk. Dianjurkan penggunaan lampu yang anti hancur dan lampu yang memiliki pelindung sehingga jika pecah, pecahan gelas tidak mengkontaminasi hasil produksi. Ventilasi harus dilakukan pengecekan secara rutin agar tidak ada debu dan dijaga tetap bersih.

5.2.3 Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa akses terhadap fasilitas sanitasi ada yang belum memenuhi syarat. Tidak ada depot yang menyediakan sabun Universitas Sumatera Utara pembersih sehingga karyawan tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan pengolahan terhadap air minum. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan pengelolapemilik depot tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum, sehingga akses terhadap fasilitas sanitasi tidak diperhatikan oleh pengelolapemilik. Di beberapa depot tidak ditemukan adanya tempat sampah, sehingga sampah yang dihasilkan dari proses pengolahan terlihat berserakan di lokasi depot. Hanya sebagian dari depot yang menyediakan fasilitas jamban, dan tidak ada depot yang menyediakan fasilitas peturasan. Terjadinya kontaminasi terhadap air minum yang dihasilkan oleh depot air minum, salah satunya yaitu kurang memadainya akses terhadap fasilitas sanitasi. Akses terhadap fasilitas sanitasi adalah walaupun depot air minum tidak memiliki sarana sanitasi seperti jamban, tetapi dilingkungan tersebut ada sarana sanitasi yag dapat digunakan, baik milik umum atau pribadi Depkes RI, 2006.

5.2.4 Sarana Pengolahan Air Minum

Berdasarkan hasil Penelitian dapat diketahui bahwa masih ditemukan depot yang tidak memperhatikan masa pakai alat yang digunakan. Salah satunya seperti filter yang digunakan, sudah tidak dalam masa pakai lagi sehingga proses penyaringan tidak maksimal dan kontaminan yang terdapat dalam air tidak disaring sempurna, hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas air minum yang dihasilkan oleh depot tersebut, sehingga dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Alat dan perlengakapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan, seperti Universitas Sumatera Utara peralatan yang telah habis masa pakai harus diganti sesuai dengan ketentuan teknisnya. Peralatan harus berfungsi dengan baik, mampu mengolah air baku untuk mereduksi kandungan partikel-partikel fisik, kimiawi yang tinggi dan mampu membunuh mikro organisme yang berbahaya, sehingga hasil produksi air langsung bisa diminum dan memenuhi syarat kesehatan Jamaludin, 2007. Menurut Asfawi 2004, peralatan sangat berperan dalam mengolah air baku menjadi air minum. Kondisi peralatan yang baik dan memenuhi persyaratan diharapkan akan menghasilkan air minum yang baik juga. Peralatan depot air minum harus terbuat dari bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan seperti timah hitam Pb, tembaga Cu, seng Zn, Cadmium Cd. Seluruh mesin dan peralatan yang kontak langsung dengan air harus terbuat dari bahan yang tara pangan, tahan korosi dan tidak bereaksi dengan bahan kimia Depkes, 2006.

5.2.5 Air Baku

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Nitrat pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Padang Tahun 2012

2 95 120

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Sop Buah Yang Dijual Di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

10 96 104

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Es Kolak Durian Yang Dijajakan Di Jalan Dr. Mansyur Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2010

5 57 94

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Es Krim Yang Dijajakan Di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun 2009

7 54 74

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli DALAM AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

10 54 60

Kandungan Bakteriologis, Flourida Pada Air Minum Isi Ulang dan Evaluasi Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum di Wilayah Kecamatan Denpasar Barat Pada Tahun 2016.

3 6 40

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Nitrat pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Padang Tahun 2012

0 0 51

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Nitrat pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Padang Tahun 2012

0 0 8

PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN NITRAT PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA PADANG TAHUN 2012 SKRIPSI Ditujukan Sebagai Salah Satu Syarat

0 0 14