Analisis Tingkat Kehadiran Dalam RapatPertemuan

kebutuhan masyarakat, sumbangan pertimbangan, bekerjasama dalam penyusunan, dan bantuan tenaga ahli dari masyarakat. Ini menunjukkan bahwa selain kontribusi masukan, responden juga berharap adanya bentuk kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dalam penyusunan rencana tata ruang dan juga adanya bentuk bantuan tenaga ahli dari masyarakat. Kesimpulannya bahwa terdapat berbagai macam bentuk partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana umum tata ruang Kota Pati, baik pada tahap Penjaringan Aspirasi Masyarakat I, tahap Penjaringan Aspirasi Masyarakat II, maupun tahap Seminar Rancangan Rencana. Dan bentuk partisipasi masyarakat pada seluruh tahap pada prinsipnya sama dengan bentuk pada masing-masing tahap, yaitu didominasi oleh bentuk sumbangan masukansaranusul dan bentuk sumbangan informasidata.

4.3 Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat

Pada sub bab ini dibahas tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana umum tata ruang Kota Pati, dengan tujuan untuk mengetahui derajad keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan rencana umum tata ruang. Derajad keterlibatan masyarakat tersebut diukur dari variabel-variabel tingkat kehadiran dalam rapatpertemuan, keaktifan mengemukakan masukansaranusul, keterlibatan dalam menetapkan konsep rencana, dan keterlibatan memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana.

4.3.1 Analisis Tingkat Kehadiran Dalam RapatPertemuan

Untuk mengukur tingkat kehadiran dalam rapatpertemuan digunakan skala penilaian yang mengacu pada Tangga Partisipasi Masyarakat Sherry Arnstein yang terdiri dari 8 tangga, berturut-turut dari tangga 1 sampai dengan 8 sebagai berikut: 1 hadir hanya sebagai pendengar saja; 2 hadir dan memberikan masukan tetapi untuk kepentingan pemerintah; 3 hadir dan memberikan masukan untuk kepentingan masyarakat; 4 hadir dan melakukan dialogtanya jawab dengan pemerintah; 5 hadir dan memberikan beberapa pengaruh pada apa yang direncanakan; 6 hadir dan membagi tanggung jawab perencanaan dengan pemerintah; 7 hadir dan diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan dominan di keseluruhan rencana; 8 hadir dan memiliki kekuasaan penuh untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi rencana. Tingkat kehadiran masyarakat dalam rapatpertemuan dapat dilihat pada Tabel IV.6 berikut ini: TABEL IV.6 TINGKAT KEHADIRAN DALAM RAPATPERTEMUAN PADA PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PATI No. Variabel Skala Penilaian N Bobot N x Bobot Jumlah dalam Variabel Hadir sebagai pendengar 2 3,7 1 2 Hadir memberi masukan untuk pemerintah - - 2 - Hadir memberi masukan untuk masyarakat 35 64,8 3 105 Hadir dan melakukan dialog dengan pemerintah 11 20,4 4 44 Hadir memberi beberapa pengaruh 6 11,1 5 30 Hadir membagi tanggung jawab perencanaan - - 6 - Hadir diberi limpahan kewenangan keputusan - - 7 - 1 Tingkat kehadiran dalam rapat pertemuan Hadir memiliki kekuasaan penuh - - 8 - 181 Sumber: Hasil analisis, 2006 Berdasarkan tingkat kehadiran dalam rapatpertemuan, sebagian besar responden hadir dalam pertemuan dan mengemukakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, yaitu sebanyak 35 orang 64,8, lalu diikuti dengan responden hadir dan melakukan dialogtanya jawab dengan pemerintah sebanyak 11 orang 20,4, responden hadir dan memberikan beberapa pengaruh pada apa yang direncanakan sebanyak 6 orang 11,1, dan responden hadir hanya sebagai pendengar saja sebanyak 2 orang 3,7. Tidak ada yang tingkat kehadirannya karena alasan-alasan sebagai berikut, yaitu: memberi masukan untuk kepentingan pemerintah, membagi tanggung jawab perencanaan dengan pemerintah, diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan dominan di keseluruhan rencana, dan memiliki kekuasaan penuh untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi rencana. Penentuan kategori tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan tabel IV.6 diatas, dapat diperhitungkan sebagai berikut: Terdapat 1 variabel pertanyaan dengan pilihan jawaban pertanyaan ada 8 pilihan dengan skor masing-masing berkisar 1 sampai 8. Urutan skor tersebut didasarkan pada 8 tangga tingkat partisipasi masyarakat dari Sherry Arnstein. Sehingga minimum skor yang diperoleh untuk setiap individu 1 x 1 adalah 1, maksimum skor yang diperoleh untuk setiap individu 1 x 8 adalah 8, maka bila jumlah sampel 54, dapat diketahui skor minimum untuk tingkat partisipasi masyarakat 54 x 1 adalah 54 dan skor maksimum 54 x 8 adalah 432. Dengan diketahuinya skor minimum dan maksimum maka diketahui pula jarak interval, yaitu 432-548 = 47,25. Maka bila digunakan tipologi dari Arnstein, dapat diketahui tingkat partisipasi masyarakat adalah: ƒ Citizen Control, bila memiliki skor 384,82 - 432,00 ƒ Delegated Power, bila memiliki skor 337,56 - 384,81 ƒ Partnership, bila memiliki skor 290,30 - 337,55 ƒ Placation, bila memiliki skor 243,04 - 290,29 ƒ Consultation, bila memiliki skor 195,78 - 243,03 ƒ Informing, bila memiliki skor 148,52 - 195,77 ƒ Therapy, bila memiliki skor 101,26 - 148,51 ƒ Manipulation, bila memiliki skor 54,00 - 101,25 Dengan demikian bila total skor yang diperoleh dari hasil analisis adalah 181, maka tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori tingkat Informing Tangga ketiga dari delapan Tangga Arnstein. Pada tingkat informing informasi dapat diartikan bahwa tingkat kehadiran dalam rapatpertemuan karena adanya: • Pemberian informasi kepada masyarakat yang ikut dilibatkan dengan mengundangnya untuk berpartisipasi dalam penyusunan rencana umum tata ruang Kota Pati. • Dalam hal ini, informasi diberikan lewat surat dan lewat forum pertemuan. • Pada tingkat Informing ini termasuk dalam derajad tokenismepenghargaan atau Degree of Tokenism, yaitu suatu tingkat partisipasi dimana masyarakat didengar dan diperkenankan berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan

4.3.2 Analisis Keaktifan Mengemukakan MasukanSaranUsul