Analisis Hasil Pemeriksaan histopatologi

c. Pemeriksaan preparat histopatologi Dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pemeriksaan preparat histopatologi dilakukan dengan menggunakan digitalmicrophotography dibimbing oleh dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes.

G. Analisis Hasil

1. Untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data maka pertama kali dilakukan uji normalitas dengan metode analisis shapiro-Wilk karena sampel yang digunakan 50. 2. Untuk mengetahui perbedaan waktu mati antar kelompok perlakuan, hasil waktu mati antar kelompok perlakuan dianalisis menggunakan metode analisis statistika Kruskal Wallis Test, dilanjutkan dengan analisis Mann Whitney jika data yang diperoleh tidak terdistribusi normal p0,05. untuk kepentingan ini hipotesis dirumuskan sebagai berikut Ho : Peningkatan dosis na-tiosulfat tidak dapat meningkatkan fek penawaracunan sianida. 3. Dilakukan pula uji histopatologi pada organ jantung, paru-paru, lambung dan usus halus, hati, serta ginjal dari tiap kelompok perlakuan. Data pemeriksaan histopatologi digunakan untuk mengevaluasi perubahan pada organ sebagai perwujudan efek toksik yang timbul. 4. Data gejala-gejala toksis yang teramati dianalisis secara kualitatif dengan membandingkan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol untuk melihat tingkat keparahan kerusakan pada sel maupun jaringan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Sianida sebagai Racun

Dalam penelitian ini, sianida yang digunakan sebagai senyawa racun berupa senyawa KCN kalium sianida dengan dosis lethal pada manusia dewasa 70 Kg yang diberikan secara peroral sebesar 200 mg. Kemudian senyawa KCN tersebut dikonversikan dosisnya ke hewan uji mencit jantan yang akan digunakan sebagai subyek uji dalam penelitian ini sekaligus sebagai kontrol positif dari keracunan sianida. Dengan menggunakan nilai konversi dosis dari manusia 70 Kg ke mencit dengan berat badan 20 gram sebesar 0,0026, maka didapatkan nilai dosis KCN secara peroral pada mencit 20 gram sebesar : = 200 x 0,0026 = 0,52 mg20 gram BB mencit = 26 mgKgBB mencit Keracunan sianida berarti meningkatkan keberadaan zat beracun sianida di sel sasaran, dimana terjadi translokasi sianida dari jalan masuk ke tempat reseptornya. Hal ini menyebabkan perubahan sianida menjadi produk aktif yang stabil, sehingga dapat menimbulkan gejala efek toksik mulai jantung berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas, kejang bahkan sampai mematikan. Dari tabel II, tampak bahwa waktu timbulnya efek toksik sampai kematian subyek uji mencit karena perlakuan sianida dosis 26 mgKgBB peroral setara dengan dosis letal pada manusia, 200 mg sangat cepat, rata-rata 321.17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI