Dispnea atau sesak nafas merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar Price Wilson, 1995 .
4. Jantung
Organ jantung merupakan organ yang sangat vital dan memegang peranan penting didalam tubuh makhluk hidup. Jantung bertanggung jawab
terhadap sistem sirkulasi didalam tubuh. Apabila terjadi gangguan pada organ ini maka sirkulasi darah didalam tubuh menjadi tidak lancar. Dalam penelitian ini
organ jantung masih dalam batas normal baik dalam pembedahan 3 jam dan pembedahan 24 jam setelah dipejani KCN dosis 26 mgkgBB dan pada kelompok
perlakuan yang dipejani KCN dosis 26 mgkg BB kemudian dilanjutkan dengan senyawa antidotumnya yaitu natrium tiosulfat berurutan dengan dosis 0,468
mgkg BB, 3.279 mgkg BB, 22,960 mgkg BB, 160.720 mgkgBB tidak menyebabkan kelainan pada organ jantung, artinya pemberian sianida dan natrium
tiosulfat disini tidak mempengaruhi organ jantung, kemungkinan organ ini normal karena percobaan yang peneliti lakukan adalah termasuk uji akut jadi belum
tampak adanya kerusakan pada ogan jantung ini.
5. Usus halus
Organ usus berperan dalam pencernaan makanan. Makanan yang telah dicerna di lambung kemudian masuk ke organ usus. Hasil pencernaan yang sudah
dianggap cukup di usus kemudian diserap melalui kapiler-kapiler darah dan pembuluh limfe. Pada penelitian ini kelompok kontrol KCN dosis 26 mgkgBB
menunjukkan organ usus tidak normal karena fili intestinal nya mengalami erosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a b
c d
e f
g
Gambar 10. Gambaran histopatologi untuk organ paru mencit akibat pemberian KCN dosis 26 mgkg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam, perlakuan:
a. KCN 26 mgkgBB, alveoli dan bronkeoli dalam batas normal. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang. b. Aquadest
c. Na
2
S
2
O
3
dosis 160.720 mgkg BB. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang. d. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 0,468 mgkg BB. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang. e. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 3.279 mgkg BB. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang. f. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 22.960 mgkg BB, g. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 160.720 mgkgBB
A B
A B
A B
A
B
a b
c d
e f
g
Gambar 11. Gambaran histopatologi untuk organ jantung mencit akibat pemberian KCN dosis 26 mgkg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam, perlakuan :
a. KCN 26 mgkgBB, miokardium dalam batas normal. b. Aquadest, miokardium dalam batas normal.
c. Na
2
S
2
O
3
dosis 160.720 mgkg BB, miokardium dalam batas normal. d. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 0,468 mgkg BB, miokardium dalam batas normal. e. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 3.279 mgkg BB, miokardium dalam batas normal. f. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 22.960 mgkg BB, miokardium dalam batas normal. g. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 160.720 mgkgBB, miokardium dalam batas normal.
a b
c d
e f
g
Gambar 12. Gambaran histopatologi untuk organ usus halus mencit akibat pemberian KCN dosis 26 mgkg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam,Perlakuan :
a. KCN 26 mgkgBB. A. fili intestinal erosi dan mukosanya tidak normal. b. Aquadest, fili intestinal dan mukosa dalam batas normal, mukosa muskularis, serosa dan kelenjar nya juga normal.
c. Na
2
S
2
O
3
dosis 160.720 mgkg BB. A. fili intestinal erosi dan mukosanya tidak normal. d. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 0,468 mgkg BB. A. fili intestinal erosi sedikit, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 2 ++.
e. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 3.279 mgkg BB. A. fili intestinal erosi sedikit, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 2 ++.
f. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 22.960 mgkg BB. A. fili intestinal erosi, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 1 +.
g. KCN dosis 26 mgkg BB dengan Na
2
S
2
O
3
dosis 160.720 mgkg BB. A. fili intestinal erosi, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 1 +.
A A
A
A A
A
dan mukosanya tidak normal. Demikian pula terjadi pada kelompok perlakuan I- IV organ usus masih dalam keadaan tidak normal masih terdapat erosi dan
terdapat manifestasi peradangan, peningkatan dosis senyawa antidotum menurunkan manifestasi terjadinya peradangan.
Pada kelompok kontrol KCN 26 mgkg BB. Pada pembedahan sesaat setelah kematian terjadi perubahan organ berupa erosi fili. Fili terdapat di
permukaan lumen usus halus yang mempunyai sejumlah lipatan mukosa. Fili berfungsi sebagai tempat penyerapan. Luas permukaan fili sangat besar sehingga
terjadi peningkatan proses absorpsi didaerah ini. Apabila terjadi erosi fili maka proses penyerapan makanan ke kapiler-kapiler darah akan mengalami penuruna n.
Peningkatan erosi fili terjadi pada kelompok perlakuan I dan kelompok II, tetapi lebih parah pada kelompok perlakuan II, hal itu kemungkinan
disebabkan karena semakin menurunnya dosis senyawa antidotum yang dipejankan kepada hewan uji kelompok tersebut. Sedangkan pada kelompok
perlakuan dosis 22.960 mgkgBB dan 160.720 mgkgBB tetap ditemukan adanya manifestasi peradangan tapi tingkat keparahannya lebih sedikitturun daripada
kelompok 0.468 mgkgBB dan 3.279 mgkgBB, hal ini kemungkinan karena dengan peningkatan pemberian dosis senyawa antidotum maka kerusakan organ
khususnya usus halus ini menjadi semakin tidak parah, atau dapat juga dikatakan kerusakan ini bersifat reversible.
6. Lambung