Variabel utama Pembuatan larutan dan penetapan dosis KCN Pembuatan larutan dan penetapan dosis natrium tiosulfat Pengelompokkan hewan uji

35

BAB III . METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis uji antidotum Natrium tiosulfat pada kasus keracunan akut-oral sianida pada mencit jantan galur swiss termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Dalam Penelitian uji antidotum Natrium tiosulfat pada kasus keracunan akut-oral sianida pada mencit jantan galur swiss mempunyai variabel utama dan pengacau.

1. Variabel utama

a. Variabel bebas : dosis natrium tiosulfat, sejumlah mg natrium tiosulfat tiap kg berat badan mencit. b. Variabel tergantung : keadaan kembalinya kondisi mencit ke keadaan semula dari gejala efek toksik yang timbul dan yang diukur adalah waktu dalam detik timbulnya lima gejala efek toksik dari keracunan sianida, meliputi: Jantung berdebar, Hilang kesadaran, Gagal nafas, Kejang, Mati akibat pemejanan tiosulfat.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali 1 Umur : 60-90 hari 2- 3 bulan 2 Berat badan : 20- 30 gram PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Jenis kelamin : Jantan 4 Galur : Swiss 5 Jalur pemberian : Oral sianida, i.p natrium tiosulfat 6 Frekuensi pemberian : Satu kali b. Variabel pengacau tidak terkendali : jumlah asupan gizi hewan uji

C. Definisi Operasional

1. Waktu terjadinya efek toksik adalah waktu dalam detik di mana mulai muncul efek toksik dari keracunan sianida, meliputi : jantung berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas, kejang, dan mati setelah pemejanan sianida pada mencit yang diamati secara vis ual. 2. Waktu hilangnya efek toksik adalah durasi antara sesaat pemberian natrium tiosulfat sampai hilangnya gejala efek toksik. 3. Gejala efek toksik dari keracunan sianida yang meliputi : jantung berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas, dan kejang, apabila tidak teramati atau tidak muncul diinterpretasikan dengan angka 0.00 detik. 4. Gejala efek toksik dari keracunan sianida yang berupa kematian, apabila dalam waktu 1X24 jam tidak mati maka diinterpretasikan dengan angka 86400 detik. 5. Jantung berdebar adalah keadaan di mana dengan pengamatan secara visual mencit terlihat lebih berdebar. 6. Hilang kesadaran adalah keadaan di mana mencit tidak dapat membalikkan badan setelah diterlentangkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Gagal nafas adalah keadaan di mana mencit susah bernafas dan tampak mulut yang ikut membuka-buka. 8. Kejang adalah keadaan di mana kaki depan dan atau kaki belakang mencit bergetar- getar; atau kaki depan dan kaki belakang saling menarik ke depan dan kebelakang. 9. Mati adalah keadaan di mana mencit sudah tidak ada tanda-tanda bernafas dan tidak terdapat adanya detak jantung yang teramati dalam pengamatan maksimal 24 jam.

D. Bahan Penelitian

Bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Racun yang dipejankan adalah larutan potassium sianida KCN, E.Merck, Darmstadt, Germany. Bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Racun yang dipejankan adalah larutan potassium sianida KCN, E.Merck, Darmstadt, Germany. Bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Bahan antidot yang digunakan adalah natrium tiosulfat E.Merck, Darmstadt, Germany. bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Bahan pelarut adalah aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Bahan kimia berupa formalin 10 tekhnis untuk mengawetkan organ hewan uji yang dperoleh dari Laboratorium Farmakologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 6. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan yang diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Penelitian UPHP, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

E. Alat dan Instrumen Penelitian

Peralatan dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Neraca atau timbangan elektrik Mettler Toledo Tipe AB 204, Switzerland 2. Alat-alat gelas 3. Jarum tuberkulin preparat oral yang digunakan untuk pemberian larutan sianida secara per-oral 4. Seperangkat alat bedah yang digunakan untuk membedah mencit 5. Digitalmicrophotography untuk pengamatan dan pemeriksaan histopatologi organ hewan uji

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan larutan dan penetapan dosis KCN

Larutan KCN 0,104 bv dibuat dengan cara melarutkan 0,104 gram KCN ditambah aquadest hingga 100 ml. Dosis KCN dipilih berdasarkan dosis letal oral KCN yang sudah dikonversikan ke dosis letal oral mencit yaitu sebesar 26 mgkg BB. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Pembuatan larutan dan penetapan dosis natrium tiosulfat

Larutan natrium tiosulfat 0.643 bv dosis 160.720 mgkg BB dibuat dengan cara melarutkan 642.880 mg natrium tiosulfat ditambah aquadest hingga 100 ml. Dosis natrium tiosulfat dipilih berdasarkan hasil orientasi yang sudah pernah dilakukan yaitu sebesar 1125 mgkg BB. Dosis 1125 mgkg BB diturunkan dengan faktor perkalian 7 kalinya, maka diperoleh dosis 160.720 mgkg BB, 22.960 mgkgBB.,3.279 mgkgBB dan 0,468 mgkgBB.

3. Pengelompokkan hewan uji

Hewan uji sebanyak 42 ekor dikelompokkan secara acak menjadi 7 kelompok, yaitu : a.. Kelompok I diberi bahan pelarut yang digunakan yaitu aquadest, sebagai kontrol negatif. b. Kelompok II diberi larutan KCN dosis 26 mgkgBB mencit secara p.o. c. Kelompok III diberi larutan Na 2 S 2 O 3 dosis 160.720 secara i.p. sebagai kontrol antidotum nya. d. Kelompok IV diberi perlakuan KCN dosis 26 mgkgBB secara p.o. dan secara cepat diberikan antidotumnya Na 2 S 2 O 3 dosis 0.468 mgkgBB secara i.p. e. Kelompok V diberi perlakuan KCN dosis 26 mgkgBB secara p.o. dan secara cepat diberikan antidotumnya Na 2 S 2 O 3 dosis 3.279 mgkgBB secara i.p. f. Kelo mpok VI diberi perlakuan KCN dosis 26 mgkgBB secara p.o. dan secara cepat diberikan antidotumnya Na 2 S 2 O 3 dosis 22.960 mgkgBB secara i.p. g. Kelompok VII diberi perlakuan KCN dosis 26 mgkgBB secara p.o. dan secara cepat diberikan antidotumnya Na 2 S 2 O 3 dosis 160.720 mgkgBB secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI i.p. Peringkat kelompok VII ini merupakan kelompok yang diberi dosis tertinggi antidotum Na 2 S 2 O 3 yang diharapkan hewan uji dalam kelompok ini seluruhnya akan hidup.

4. Pengamatan