11 berkaitan dengan hakikat manusia, maka nilai-nilai tersebut harus bersumber
kepada hakikat kemanusiaan itu dijabarkan dalam norma hukum yang dapat diistilahkan dengan hak dasar hak asasi manusia.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut
belum memiliki formasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan menjadi norma moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau negara,
maka nilai-nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar, sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai
instrumental itu merupakan suatu eksplementasi dari nilai dasar.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan lebih nyata. Nilai praksis merupakan pelaksanaan secara
nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai praksis
dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.
2.1.2.3 Pendidikan Nilai
Wahap 1995:56 memaparkan bahwa pendidikan nilai paling tidak meliputi empat dimensi utama. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah:
menemukan nilai-nilai inti pribadi dan masyarakat, inkuiri filosofis dan rasional
12 terhadap nilai-nilai inti tersebut, respon positif atau negatif terhadap nilai-nilai inti
tersebut, pembuatan keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar berdasarkan inkuiri dan respon. Melalui pendidikan nilai, anak akan menyadari
apa yang oleh hati nurani masing-masing dapat dipandang sebagai hal yang benar secara moral.
Menurut Sastrapratedja dalam Kaswardi 1993:3, yang dimaksud pendidikan nilai ialah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri
seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama, Mardiatmadja dalam Mulyana 2004:119 mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta
didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Jadi pada kesimpulannya, pendidikan nilai
adalah pendidikan yang mensosialisasikan nilai-nilai kepada peserta didik. Pendidikan nilai sangatlah penting untuk diajarkan di seluruh program
pendidikan, agar peserta didik tidak hanya mendapatkan ilmu, keterampilan dan teknologi saja, melainkan dapat mengembangkan aspek kepribadian, moral dan
etik. Adapun tugas dari pendidikan nilai menurut Benoit dalam Kaswardi
1993:101 yaitu membuat orang sadar, bahwa nilai sebagai pedoman bertindak bersifat mendua, ada nilai positif dan nilai negatif, oleh karena itu sebagai
pendidik, harus berusaha sebaik mungkin mengarahkan, dan menjelaskan nilai- nilai positif kepada peserta didik. Benoit juga mengatakan bahwa pendidikan nilai
tampil dalam cara yang berbeda-beda, tergantung dari apakah diberikan dalam keluarga, media massa, dalam gerakan remaja di sekolah, dan lain-lain.
13 Dalam
pelajaran PKn,
nilai difungsikan
untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang karena nilai dijadikan standar perilaku. Demikian juga yang dikatakan Djahiri 1991:6, bahwa PKn
hendaknya tidak sekedar disampaikan arti, rumusan, percontohannya semata. Hendaknya juga dikaji isi pesan, semangat jiwanya nilai untuk selanjutnya
disampaikan tatanan moralnya berikut acuan normatifhukum keharusannya dan tata cara pelaksanaannya. Oleh karena itu, pendidikan nilai sangatlah penting
untuk diajarkan dalam PKn. Nilai-nilai pancasila yang dimasukkan dalam pelajaran PKn digali dari kebudayaan-kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat
bangsa Indonesia merupakan pandangan hidup atau menjadi panutan hidup bangsa Indonesia. Nilai pancasila secara individu dimaknai sebagai cermin perilaku
kehidupan sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap dan bertindak.
2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Tan dalam Rusman 2011:229 pembelajaran berbasis masalah PBM merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan
berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,
dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Pada kenyataannya, tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut, baik
disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan maupun karena kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan
kualitas keilmuan tenaga pendidik. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu