Penyimpanan Alat Praktik Pembahasan Hasil Penelitian

188 pembuatan laporan triwulan dan laporan tahunan. Laporan di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta hanya ada laporan tahunan dalam pertanggung jawabannya di awal ajaran baru, padahal untuk laporan triwulan diperlukan untuk mengontrol penambahan dan mutasi alat yang ada selama 3 bulan. Laporan tahunan kurang mengcover keseluruhan pertanggung jawaban alat praktik yang ada. Walaupun demikian, masih saja ada jurusan yang tidak memberikan laporan setiap tahunnya, karena jurusan tersebut adalah jurusan yang baru dibuka kurang lebih 3 tahun. Secara keseluruhan kegiatan inventaris di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta terdiri 1 pencatatan semua sarana dan prasarana dalam buku inventaris, 2 memberikan koding pada barang yang diinventariskan, 3 membuat laporan tahunan sebagai hasil rekapitulasi keadaan barang. Ary H Gunawan 1996: 143 menyatakan bawasannya kegiatan invetaris terdiri dari 1 pencatatan sarana prasarana, 2 pemberian koding, dan 3 pembuatan laporan triwulan dan tahun. Sayangnya, untuk pembuatan laporan triwulan tidak dilakukan, padahal hal tersebut penting untuk dilakukan. Keselurahan kegiatan ini dilakukan oleh Koordinator Bengkel yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan alat praktik dengan berkordinasi dengan Tool Man . Untuk mendukung berjalannya kegiatan inventaris maka Koordinator Bengkel harus selalu berkoordinasi dan meminta persetujuan dari Kepala Jurusan.

3. Penyimpanan Alat Praktik

Secara umum penyimpanan alat praktik di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta memperhatikan dua segi penyimpanan yaitu dari segi penggunaan dan 189 segi cara penyimpanan. Dilihat dari segi penggunaan, penyimpanan dilakukan dengan menempatkan alat yang sudah lama disimpan di depan agar digunakan terlebih dahulu. Cara penggunaan seperti pendapat dari Ary H Gunawan 1996: 140 yaitu pengaturan barang dalam gudang perlu memperhatikan prinsip “ First in, first out” dimana barang yang masuk lebih dulu harus digunakandikeluarkan lebih dulu agar tidak terjadi kerusakan karena terlalu lama disimpan. Dilihat dari segi penyimpanan alat, yaitu dengan mengelompokkan alat-alat berdasarkan nama dan tata letak penataan barang. Cara penyimpanan alat yang berdasarkan nama dilakukan setiap jurusan, diperuntukan untuk alat-alat yang kecil dan jumlahnya banyak dan tempat tersebut berupa box serta loker. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto 1987: 47 menjelaskan penyimpanan akan lebih mudah dilakukan apabila pada setiap rak atau setiap lemari ditempeli daftar alat atau bahan yang diletakkan disitu. Tapi untuk Jurusan Teknik Gambar Bangunan dan Teknik Komputer dan Jaringan, penyimpanan hanya diletakan begitu saja di almari, tanpa memberikan pelabelan nama alat. Tata letak barang yang ada di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta untuk alat praktik yang disimpan langsung di rak ataupun lemari dengan mengelompokkan alat yaitu jika alat itu disimpan dengan berdiri maka disatukan dengan berdiri, sedangkan untuk alat yang tiduran disimpan dengan cara tiduran. Penataan barang juga dilakukan dengan menyimpan alat praktik yang tidak bergerak di ruang praktik, karena tidak mungkin dipindahkan secara terus menerus. Penyimpanan di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta memiliki cara tersendiri di setiap jurusan dengan 190 melihat jenis dan keadaan alat. Meskipun demikian, dilihat dari segi cara dan tata letak semuanya melakukan hal yang serupa. Melihat dari cara dan segi penyimpanan alat, SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta memiliki tempat penyimpanan khusus yang disebut gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan di jurusan memiliki ukuran yang berbeda, dimana antar jurusan satu dengan jurusan yang lain berbeda luasnya, hal ini karena disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan alat. Begitu juga dengan jurusan Teknik Gambar Bangunan dan Teknik Komputer dan jaringan yang tidak memiliki tempat penyimpanan khusus, karena alat praktik hanya ditempatkan dalam almari. Hal ini dikarenakan alat praktik yang ada sederhana, serta kebanyakan alat praktik langsung berada di ruang praktik. Tempat penyimpanan alat terletak di dekat dengan ruang jurusanruang guru serta ruang praktik. Menurut Bernawi dan M Arifin 2012: 73 denah atau tata letak gedung harus memperhatikan dalam pemudahan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang. Dari hal tersebut sudah dipenuhi dimana dengan tempat penyimpanan di dekat ruang jurusan, maka akan mempermudah penerimaan barang di setiap jurusan, sehingga pemasok tidak kebingungan dalam mencari tempat penyimpanan. Dari segi penyimpanan telah dijelaskan di atas dengan dilengkapinya sarana pendukung tempat penyimpanan seperti box tertutup, loker, rak, almari, serta box terbuka. Untuk pengeluaran barang mudah untuk dilakukan karena penyimpanan alat sudah disesuaikan dengan pengelompokkan nama serta kelas. Gudang atau tempat penyimpanan seharusnya memperhatikan prinsip- prinsip menurut pendapat H.M Daryanto 2011: 52 yaitu tempat bebas dari faktor 191 perusak seperti panas, lembab, lapuk dan serangga, mudah dikerjakan baik untuk menyimpan dan digunakan, mudah didapat jika sewaktu-waktu diperlukan, harus diadministrasikan menurut ketersediaan, harus diadministrasikan secara berkala, serta tanggungjawab untuk pelaksana tempat penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci. Prinsip dalam penggunaan tempat penyimpanan hampir terpenuhi sepeti mudah didapat, mudah untuk menyimpan atau digunakan, diinventaris secara berkala satu tahun sekali serta penanggung jawab pengelola, namun tempat penyimpanan yang dekat dengan masing-masing ruang jurusan bahkan ada yang menjadi satu dengan ruang guru, sehingga terlihat sempit dan kurang representatif, suhu, udara dan kelembabannya kurang diperhatikan serta penataannya masih kurang rapi. Untuk tempat penyimpanan di salah satu jurusan sering bocor saat hujan, jadi ada alat tertentu yang menyimpannya di dalam kelas agar tidak rusak. Tempat penyimpanan selain dilihat dari segi letak, denah serta sarana pendukung yang lainnya. SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta memiliki pengelola khusus di tempat penyimpanan di setiap jurusan. Pengelola secara teknis disebut dengan Tool Man , sedangkan untuk pengelola yang secara keseluruhan bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilakukan di tempat penyimpanan disebut dengan Koordinator Bengkel Korbeng. Seperti pendapat dari Bernawi dan M Arifin 2012: 195 kepala gudang bertanggung jawab terhadap pengelolaan gudang mulai dari penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, distribusi, pemusnahan dan pelaporan. Semua kegiatan tersebut dilakukan oleh Koordinator Bengkel atau kepala gudang dengan berkoordinasi dengan Tool Man . Namun, 192 tidak hanya itu keduanya juga melakukan kegiatan pencatatan, perawatan, serta pemindahan barang untuk proses pendidikan.

4. Penggunaan Alat Praktik