7. Transaction Cost Biaya Transaksi
Biaya transaksi adalah biaya yang timbul akibat adanya transaksi saham.
Menurut Fabozzi 1999 biaya transaksi meliputi biaya komisi, biaya pelaksanaan, dan biaya peluang yang dapat dikelompokkan menjadi
komponen biaya tetap dan biaya variabel. a. Biaya Transaksi Tetap
Biaya transaksi tetap disini adalah komponen biaya transaksi yang mudah diukur yang digambarkan dengan komisi-komisi untuk pialang
atau broker, pajak, dan ongkos. Komisi adalah jumlah uang yang harus dibayar kepada pialang yang melaksanakan pesanan. Pajak meliputi
pajak pertambahan nilai sebesar 10 dari nilai transaksi baik untuk pembelian dan penjualan saham, serta pajak penghasilan untuk
penjualan sebesar 0,1 dari nilai transaksi Darmaji, 2001. Sedangkan yang termasuk kategori ongkos adalah ongkos pemeliharaan dan
ongkos transfer. Ongkos pemeliharaan adalah ongkos yang dibebankan oleh suatu institusi yang memegang sekuritas secara aman bagi
investor. Ongkos transfer adalah ongkos yang dibayar oleh investor untuk memindahkan kepemilikan suatu saham.
b. Biaya Transaksi Variabel Biaya transaksi variable berupa biaya pelaksanaan dan biaya peluang
yang tidak mudah diukur a Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan menggambarkan perbedaan antara harga pelaksanaan suatu sekuritas dan harga yang akan muncul jika tidak
ada perdagangan. Karena kedua kondisi ini tidak muncul secara bersamaan maka biaya transaksi yang nyata tidak dapat diobservasi.
Biaya pelaksaan muncul dari permintaan yang tinggi untuk pelaksanaan segera melalui permintaan untuk likuiditas aktivitas
perdagangan pada tanggal perdagangan. Biaya pelaksanaan bervariasi sesuai dengan bentuk investasi dan permintaan
perdagangan investor. b Biaya Peluang
Biaya peluang menggambarkan biaya tidak melakukan transaksi. Biaya peluang dapat muncul saat perdagangan yang diinginkan
gagal dilaksanakan. Komponen biaya yang menggambarkan perbedaan kinerja antara investasi yang diinginkan dan investasi
aktualnya setelah melakukan penyesuaian untuk biaya pelaksanaan dan komisi-komisi. Biaya peluang muncul dari selisih perbedaan
antara terjadinya perdagangan yang diinginkan dengan kegagalan melakukan perdagangan yang diinginkan. Karena kedua hal tersebut
tidak dapat diamati secara bersamaan, maka biaya peluang yang nyata tidak dapat diobservasi.
Komponen biaya tetap diikhtisarkan sebagai berikut: Biaya transaksi
= biaya tetap + biaya variabel Biaya tetap
= komisi + pajak + ongkos Biaya variabel
= biaya pelaksanaan + biaya peluang Biaya pelaksanaan
= biaya dampak pasar + biaya penentuan waktu
pasar Biaya peluang
= selisih pengembalian yang diinginkan dengan pengembalian aktual
Karena adanya komponen biaya transaksi yang sulit diukur maka ditetapkan suatu ukuran yang dapat mencerminkan biaya transaksi tersebut
yaitu bid-ask spread. Bid-ask spread adalah selisih antara harga beli tertinggi yang menyebabkan dealer setuju untuk membeli saham tertentu,
dengan harga jual terendah yang menyebabkan dealer setuju untuk menjual sahamnya. Bid ask spread merupakan biaya transaksi bagi investor. Spread
yang diperoleh investor yang setuju membeli saham dengan bid price dan menjual dalam ask price digunakan untuk menutupi biaya transaksi yang
terjadi. Untuk dapat memperoleh keuntungan dari penjualan saham, maka investor harus menjual di atas harga ask price.
Bid-ask spread yang besar akan mengakibatkan semakin lama investor menahan kepemilikan sahamnya holding period. Investor yang
melakukan perdagangan pada bid-ask price akan berusaha untuk tidak menjual atau menahan sahamnya sampai pada tingkat harga tertentu ask
price yang dapat menutupi biaya yang terjadi untuk membeli saham tersebut bid price. Untuk dapat memperoleh keuntungan berarti investor
akan menahan lebih lama lagi kepemilikan sahamnya minimal di atas ask price.
8. Market Value
Market value adalah harga barang atau surat-surat berharga menurut catatan pasar pada saat tertentu Riyanto dan Sigit Hutomo, 2008. Market
value menunjukkan ukuran perusahaan atau merupakan nilai sebenarnya
dari aktiva perusahaan yang direfleksikan di pasar Santoso, 2008. Semakin besar market value berarti semakin besar perusahaan tersebut
dilihat dari ukuran perusahaannya. Perusahaan besar mempunyai stabilitas yang lebih besar dalam
distribusi return sehingga investor akan menahan saham lebih lama karena investor melakukan penyesuaian portofolio yang lebih sedikit. Selain itu,
perubahan kenaikan penurunan market value dapat menimbulkan motif spekulatif investor. Perubahan kenaikan market value dapat menimbulkan
return yang diharapkan berupa capital gain bagi investor. Dengan demikian perubahan kenaikan market value dapat memperpendek rata-rata waktu
kepemilikan saham holding period.
9. Laba Per Lembar Saham
Laba Per Lembar Saham adalah besarnya bagian laba suatu periode untuk setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode tersebut. Laba
Per Lembar Saham merupakan rasio keuangan yang paling banyak digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan invesatsi karena
mengandung informasi yang penting baik bagi pihak manajemen maupun investor. Laba Per Lembar Saham perusahaan yang meningkat akan menarik
investor untuk membeli saham-saham tersebut karena investor menilai bahwa kinerja perusahaan tersebut baik. Tingginya Laba Per Lembar Saham
suatu perusahaan
mengindikasikan kemampuan
dan keberhasilan
perusahaan meningkatkan kesejahteraan bagi pemegang saham. Sebaliknya, Laba Per Lembar Saham yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan
tersebut gagal memberikan kesejahteraan yang diharapkan pemegang saham.
Dengan demikian, informasi Laba Per Lembar Saham dapat memberikan kabar baik bila ada kenaikan atau kabar buruk bila ada
penurunan. Bila informasi Laba Per Lembar Saham memberi kabar baik maka investor cenderung akan menahan atau memperpanjang lama
kepemilikan saham yang dimilikinya. Sebaliknya, jika informasi Laba Per Lembar Saham memberi kabar buruk maka investor akan cenderung
memperpendek lama kepemilikan sahamnya.
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai acuan penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya yang antara lain dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1. Santoso 2008 meneliti tentang “Analisis Pengaruh Transaction Cost
terhadap Holding Period Saham Biasa”. Penelitian ini menggunakan dua
variable independen tambahan yaitu market value dan variance of return. Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta yang termasuk dalam indeks LQ-45 selama periode pengamatan 2000-2005 dengan total 190 sampel. Tehnik analisis
penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah ketiga variabel berpengaruh secara signifikan terhadap holding
period pada level 1 .