Analisis Pemecahan Masalah Kesimpulan dan Saran Pengumpulan Data

4.11. Kesimpulan dan Saran

Langkah akhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian tersebut dan pemberian saran untuk penelitian selanjutnya bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini secara lebih mendalam lagi. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Penggunaan Bokar

Data penggunaan bokar diambil dari periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011. Data ini disajikan dalam periode per hari. Data ini digunakan untuk melihat pola distribusi data penggunaan bokar masa lalu yang akan dijadikan dasar untuk melihat distribusi penggunaan bokar pada masa mendatang. Data penggunaan bokar periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Data Penggunaan Bokar Periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 Periode Penggunaan Bokar Ton 01042011 68 02042011 69 04042011 67 05042011 75 06042011 70 07042011 69 08042011 69 09042011 67 11042011 75 12042011 77 Tabel 5.1. Data Penggunaan Bokar Periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 Lanjutan Periode Penggunaan Bokar Ton 13042011 69 14042011 70 15042011 74 16042011 65 18042011 73 19042011 77 20042011 68 21042011 70 23042011 71 25042011 75 26042011 76 27042011 70 28042011 72 29042011 75 30042011 69 02052011 69 03052011 67 04052011 66 05052011 72 Tabel 5.1. Data Penggunaan Bokar Periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 Lanjutan Periode Penggunaan Bokar Ton 06052011 72 07052011 72 09052011 68 10052011 71 11052011 75 12052011 72 13052011 74 14052011 70 16052011 69 18052011 76 19052011 69 20052011 67 21052011 72 23052011 72 24052011 68 25052011 71 26052011 71 27052011 67 28052011 73 Tabel 5.1. Data Penggunaan Bokar Periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 Lanjutan Periode Penggunaan Bokar Ton 30052011 68 31052011 71 Sumber : PT. Batanghari Tebing Pratama

5.1.2. Permintaan Produk Crumb Rubber

Data permintaan produk crumb rubber diambil dari periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011. Data ini disajikan dalam periode per hari. Data ini digunakan untuk melihat pola distribusi data permintaan produk crumb rubber masa lalu yang akan dijadikan dasar untuk melihat distribusi permintaan produk crumb rubber pada masa mendatang. Data permintaan produk crumb rubber periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Data Permintaan Produk Crumb Rubber Periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 Periode Permintaan Produk Crumb Rubber Ton 01042011 61 02042011 59 04042011 61 05042011 59 06042011 56 07042011 56 Tabel 5.2. Data Permintaan Produk Crumb Rubber Periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 Lanjutan Periode Permintaan Produk Crumb Rubber Ton 08042011 58 09042011 63 11042011 64 12042011 64 13042011 56 14042011 56 15042011 60 16042011 59 18042011 54 19042011 56 20042011 61 21042011 58 23042011 59 25042011 62 26042011 59 27042011 57 28042011 59 29042011 58 30042011 55 Tabel 5.2. Data Permintaan Produk Crumb Rubber Periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 Lanjutan Periode Permintaan Produk Crumb Rubber Ton 02052011 58 03052011 57 04052011 62 05052011 55 06052011 59 07052011 60 09052011 62 10052011 61 11052011 62 12052011 58 13052011 58 14052011 60 16052011 58 18052011 53 19052011 55 20052011 59 21052011 62 23052011 56 24052011 66 Tabel 5.2. Data Permintaan Produk Crumb Rubber Periode 01 April 2011 - 31 Mei 2011 Lanjutan Periode Permintaan Produk Crumb Rubber Ton 25052011 59 26052011 62 27052011 54 28052011 61 30052011 54 31052011 53 Sumber : PT. Batanghari Tebing Pratama

5.1.3. Lead Time Pemesanan Bahan Baku, Persediaan Awal Bahan Baku

dan Persediaan Awal Produk Crumb Rubber Periode 01 Juni 2011 Adapun data lead time pemesanan bahan baku, persediaan awal bahan baku dan persediaan awal produk crumb rubber periode 01 Juni 2011 adalah sebagai berikut: Lead time pemesanan bahan baku : 1-2 hari Persediaan awal bokar periode 01 Juni 2011 : 71 Ton Persediaan awal produk crumb rubber periode 01 Juni 2011: 23 Ton

5.1.4. Data Effisiensi dan Scrap Proses Produksi

Data effisiensi dan scrap proses produksi diklasifikasi berdasarkan proses yang terjadi yakni proses produksi yang dilakukan secara manual oleh operator dan proses produksi yang dilakukan dengan mesin. Adapun data effisiensi dan scrap proses produksi secara manual dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Data Effisiensi dan Scrap Proses Produksi Secara Manual Proses Produksi Secara Manual Effisiensi Scrap Proses penyortiran dan penimbangan 98 2 Proses penyimpanan bahan baku 100 Proses penjemuran 100 Proses pendinginan 100 Proses pembungkusan 100 Sumber : PT. Batanghari Tebing Pratama Adapun data effisiensi dan scrap mesin produksi PT. Batanghari Tebing Pratama dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Data Effisiensi dan Scrap Mesin Produksi PT. Batanghari Tebing Pratama Mesin Effisiensi Scrap Slab Cutter I 99 1 Slab Cutter II 99 1 Hummer Mill 99 1 Rotary Cutter 99 1 Tabel 5.4. Data Effisiensi dan Scrap Mesin Produksi PT. Batanghari Tebing Pratama Lanjutan Mesin Effisiensi Scrap Creeper I 99 1 Creeper II 99 1 Creeper III 99 1 Shredder 98 1 Dryer 99 1 Press Hidrolik 98 2 Sumber : PT. Batanghari Tebing Pratama

5.1.5. Blok Diagram Pembuatan Crumb Rubber

Blok diagram memberikan petunjuk mengenai proses yang terjadi dalam pembuatan crumb rubber. Adapun blok diagram pembuatan crumb rubber di PT. Batanghari Tebing Pratama dapat dilihat pada Gambar 5.1. Bokar Penyortiran dan penimbangan Penyimpanan di gudang bahan baku Pencincangan dengan mesin Slab Cutter I Pencincangan dengan mesin Slab Cutter II Pencincangan dengan mesin Hummer Mill Pencincangan dan penyeragaman dengan mesin Rotary Cutter Pembentukan lembaran dengan mesin Creeper I Pembentukan lembaran dengan mesin Creeper II Pembentukan lembaran dengan mesin Creeper III Penjemuran selama 12-16 hari Pencincangan dengan mesin Shredder Pemanasan dengan mesin Dryer Pendinginan selama 3 jam Penimbangan dengan timbangan duduk Pengepresan dengan mesin Press Hidrolik Pembungkusan dengan kantong plastik Palleting Penyimpanan di gudang produk crumb rubber Gambar 5.1. Blok Diagram Pembuatan Crumb Rubber di PT. Batanghari Tebing Pratama

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Formulasi Masalah

Langkah awal dalam melakukan simulasi adalah melakukan formulasi masalah untuk menentukan masalah utama yang akan dipecahkan dengan menggunakan teknik simulasi. Dari hasil formulasi masalah, diketahui bahwa yang menjadi masalah utama yang dialami oleh perusahaan adalah permintaan yang datang secara fluktuatif yang menyebabkan perusahaan sulit menentukan jumlah bahan baku yang diperlukan serta jumlah produksi yang harus dihasilkan secara tepat. Pemecahan masalah yang menjadi tujuan simulasi ini adalah menentukan jumlah persediaan bahan baku yang diperlukan serta jumlah produksi yang harus dihasilkan untuk dijadikan pertimbangan pihak perusahaan.

5.2.2. Membangun Model

Sebelum membangun model simulasi, terlebih dahulu dibentuk loop umpan balik causal loop yaitu sebuah diagram yang menggambarkan hubungan antara komponen yang digunakan dalam simulasi dinamis. Hubungan yang terjadi antara komponen terbagi menjadi dua yaitu : 1. Hubungan similar s yaitu hubungan berbanding lurus yakni apabila nilai satu komponen bertambah besar, nilai komponen yang dipengaruhinya juga bertambah besar dan sebaliknya. 2. Hubungan opposite o yaitu hubungan berbanding terbalik yakni apabila nilai satu komponen bertambah besar, nilai komponen yang dipengaruhinya menjadi bertambah kecil dan sebaliknya. Pembentukan causal loop harus dilakukan secara logis dan tepat sebab causal loop ini akan menjadi dasar dalam pembuatan model simulasi dinamis. Akan diberikan satu contoh pembuatan causal loop secara rinci dari awal sampai selesai. Causal loop yang akan diuraikan secara rinci sebagai contoh adalah causal loop untuk bagian persediaan bokar. Pertama-tama bentuk dulu entitias utama sistem yakni persediaan bokar serta varibel yang mempengaruhinya yakni penerimaan bokar dan penggunaan bokar. Kemudian ditentukan hubungan variabel dengan entitas. Penerimaan bokar berbanding lurus dengan persediaan bokar sebab makin besar penerimaan bokar tentu persediaan bokar akan semakin besar. Oleh karena itu, terjadi hubungan similar s antara penerimaan bokar dan persediaan bokar. Demikian pula, ditentukan hubungan antara penggunaan bokar dan persediaan bokar, makin besar penggunaan bokar maka persediaan bokar akan makin kecil. Oleh karena itu, terjadi hubungan opposite o antara penggunaan bokar dengan persediaan bokar. Langkah pertama pembentukan causal loop persediaan bokar dapat dilihat pada Gambar 5.2. Pe n e rim a a n Bo k a r Gambar 5.2. Langkah Pertama Pembentukan Causal Loop Persediaan Bokar Langkah kedua, adalah mengembangkan variabel yang mempengaruhi entitas. Untuk penggunaan bokar sendiri, akan menjadi input proses penyortiran dan penimbangan. Hubungan yang terjadi antara penggunaan bokar dengan input proses penyortiran dan penimbangan adalah hubungan similar s sebab makin besar penggunaan bokar maka akan semakin besar pula yang menjadi input proses